Jumat, Mei 3, 2024

Cara Praktis Agar Mencintai Dunia Baca Tulis

Muhammad Nuruddin
Muhammad Nuruddin
Mahasiswa Dept. Akidah Filsafat, Universitas al-Azhar Kairo, Mesir | Alumnus Pondok Pesantren Babus Salam Tangerang | Peminat Kajian Sufisme, Filsafat dan Keislaman.

Mungkin satu tahun belakangan ini adalah momen yang paling saya syukuri selama menempuh studi di bumi para nabi. Pasalnya, ada satu perasaan yang sebelumnya tidak sempat saya rasakan. Juga ada satu kebiasaan yang sebelumnya tidak mudah untuk saya lakukan.

Yaitu kebiasaan membaca dan menulis. Sebagai mahasiswa, tentu membaca dan menulis merupakan suatu keharusan. Tapi, keharusan itu satu hal, kesukaan dan kegilaan itu hal yang lain.

Kalaupun harus membaca, sebelumnya kebiasaan membaca itu masih saya rasakan sebagai beban. Menulis juga begitu. Hampir tak ada kenikmatan yang saya rasakan di sana. Tapi, terhitung dari satu tahun belakangan ini kenikmatan itu mulai saya rasakan. Tanya sama para pengantin baru, seperti apa nikmatnya malam pertama itu? Mereka pasti nggak akan bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Saya juga begitu.

Kalau Anda bertanya kepada saya seperti apa nikmatnya baca-tulis itu? Perkataan terlalu miskin untuk menggambarkan kenikmatan. Tapi mengapa saya bisa merasakan itu? Dan bagaimana caranya agar rasa itu tumbuh? Kali ini saya akan berbagi tips sederhana kepada Anda. Barangkali, dengan menempuh hal yang sama, kelak Anda juga akan merasakan pengalaman serupa. Apa saja langkah-langkah yang harus ditempuh itu? Jawabannya sebagai berikut:

Pertama, usahakan untuk mendapatkan informasi dan wawasan baru setiap hari walaupun sedikit. Langkah pertama ini sangat penting untuk Anda tempuh. Anda bisa bayangkan, kalau seandainya hal ini Anda lakukan secara konsisten, dalam setahun Anda bisa mendapatkan 365 wawasan baru yang sebelumnya Anda tidak tahu.

Itu baru setahun. Bagaimana kalau kebiasaan itu Anda dilakukan sepanjang hidup? Anda bisa jadi orang cerdas. Dan kalau sudah cerdas kualitas kehidupan Anda juga pasti akan meningkat, tidak hanya berjalan di tempat.

Karena itu, cobalah untuk menempuh langkah sederhana ini secara konsisten. Yang penting sehari dapat pengetahuan baru. Dari mana saja. Tidak selamanya harus dari buku. Sekarang kita hidup di era keterbukaan informasi.

Untuk mendapatkan wawasan baru, Anda cukup membuka gadget, lalu masuk ke website-website tertentu, cari tulisan-tulisan yang bermutu, atau lihat youtube, atau mengakses apa saja. Yang penting setiap hari Anda mendapatkan wawasan baru. Meskipun cuma satu.

Adakah yang sulit dengan langkah pertama ini? Tidak ada. Sama sekali tidak ada. Yang bilang ada hanyalah orang-orang malas yang sudah bosan untuk menjalani hidup. Kalau urusan begini saja Anda tidak bisa, jangan berharap Anda bisa mencintai ilmu pengetahuan. Jangan harap Anda akan suka membaca apalagi cinta dengan dunia kepenulisan. Tapi ingat, ini baru langkah pertama. Masih ada langkah selanjutnya.

Kedua, ingat-ingat wawasan yang sudah Anda serap itu dengan sebaik mungkin. Bagaimana caranya? Biasanya, kalau saya, setelah mendapatkan wawasan baru, baik itu dari buku, pengajian, internet, atau dari sumber manapun, wawasan itu saya ingat-ingat di sela-sela aktivitas yang saya lakukan. Entah itu ketika mandi, makan, jalan ke masjid, pulang ke rumah, naik mobil, pergi mengaji, sebelum tidur, atau ketika bersantai-santai sekalipun.

Jadi usahakan agar otak Anda itu selalu bekerja dengan merekam wawasan-wawasan baru yang sudah Anda punya. Itu kata kuncinya. Mengapa kita harus menempuh cara yang kedua ini? Jawabannya, karena cara seperti ini akan menciptakan ketergantungan dalam diri kita pada ilmu pengetahuan secara perlahan-lahan.

Kalau setiap hari Anda membiasakan diri untuk mendapatkan pengetahuan baru, dan Anda berusaha untuk mengingat-ngingat apa yang sudah Anda dapatkan itu, perlahan tapi pasti cara seperti itu akan melahirkan ketergantungan. Kok bisa? Ya, karena Anda sudah menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. Sesuatu itu kalau sudah jadi kebiasaan pasti akan sulit untuk ditinggalkan. Lihat saja orang yang tiap hari main game. Suruh mereka untuk tidak bermain dalam sehari. Apa yang akan terjadi? Ya, seperti itulah.

Jadi jangan dikira kecanduan itu hanya menyangkut hal-hal yang buruk saja. Tidak. Kecanduan itu juga bisa kita ciptakan dalam hal-hal yang bersifat positif. Bisa Anda bayangkan, seperti apa nikmatnya hidup Anda kalau yang sudah menjadi kebiasaan dan kecanduan itu berupa hal-hal baik, seperti menulis dan membaca buku. Kualitas hidup Anda akan meningkat. Cara pandang Anda akan berubah. Dan Anda akan memiliki kemudahan untuk memberikan manfaat kepada orang banyak.

Ketiga, lakukanlah dua langkah yang sudah saya sebutkan itu selama 40 hari berturut-turut. Apa susahnya kita berusaha menambah wawasan baru setiap hari, lalu kita berusaha untuk selalu mengingatnya sebisa mungkin, dan selanjutnya kita melakukan kedua hal itu secara konsisten, dan sebisa mungkin, selama 40 hari. Mengapa harus 40 hari? Saya sendiri tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

Saya hanya mendapatkan satu nasihat dari guru saya bahwa angka 40 itu punya rahasia. Kalau Anda berharap agar bisa konsisten melakukan perbuatan baik, dan Anda ingin agar perbuatan baik itu menjadi kebiasaan yang sulit untuk Anda tinggalkan, maka lakukanlah selama 40 hari. Apapun itu. Mau urusan salat, membaca buku, menulis, mengaji, bersedekah, memperbaiki akhlak yang buruk, dan lain sebagainya. Lakukan selama 40 hari. Kalau Anda berhasil, saya ucapkan selamat. Karena kebiasaan baik itu akan sulit untuk Anda tinggalkan.

Setidaknya, kalaupun Anda tidak percaya, dalam beberapa hal saya sudah membuktikan itu. Sekarang, bagi saya, membaca dan menulis sudah menjadi bagian dari nafas kehidupan. Sehari tidak membaca, atau sehari saja tidak menulis, rasanya ada yang kurang. Sama halnya seperti perokok berat yang dalam sehari tidak mampu menghirup asap. Tanyakan sama mereka, apa rasanya? Rasanya seperti tersiksa. Ya, saya tidak berlebihan. Tapi memang begitulah kalau sesuatu itu sudah menjadi kecanduan.

Kata kuncinya adalah kebiasaan. Kalau Anda punya cara lain, lakukanlah. Yang penting, bagaimana caranya agar membaca dan menulis itu Anda jadikan sebagai kebiasaan. Ciptakan kebiasaan itu secara perlahan-lahan. Menulis setiap hari, membaca setiap hari. Meskipun sedikit. Tak ada alasan bagi Anda untuk tidak bisa menulis apalagi membaca.

Berbagai macam bacaan sudah tersedia di hadapan Anda. Tinggal Anda tiru saja gaya tulisan yang Anda baca itu sedikit demi sedikit. Lalu praktekkan. Entah itu di facebook, instagram, whatsApp, atau apa saja. Yang penting harus praktek. Lama kelamaan juga pasti Anda bisa. Sekarang kita tidak kekurangan fasilitas. Yang menjadi musuh kita bersama sekarang hanyalah rasa malas. Tapi mau sampai kapan rasa malas itu mendikte kehidupan Anda?

Jadikanlah menulis dan membaca itu sebagai suatu kebiasaan secara perlahan-lahan. Kalau sudah menjadi kebiasaan, maka akan lahir ketergantungan. Dari ketergantungan itu akan lahir kecanduan. Dan dari kecanduan itu akan lahir suatu kenikmatan. Dan kalau kebiasaan baca-tulis itu sudah mampu melahirkan kenikmatan, percayalah bahwa Anda akan merasakan perubahan berarti dalam kehidupan Anda. Selama mencoba! Sangat mudah, bukan?

Muhammad Nuruddin
Muhammad Nuruddin
Mahasiswa Dept. Akidah Filsafat, Universitas al-Azhar Kairo, Mesir | Alumnus Pondok Pesantren Babus Salam Tangerang | Peminat Kajian Sufisme, Filsafat dan Keislaman.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.