Tahun 2025 menandai babak baru bagi ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) dalam konstelasi geopolitik global. Dengan posisi strategis di persimpangan Samudera Hindia dan Pasifik, kawasan ini menghadapi tantangan besar dari rivalitas kekuatan global seperti Amerika Serikat dan China, serta tekanan untuk memimpin upaya stabilitas kawasan. Namun, ASEAN juga memiliki peluang besar untuk memainkan peran lebih signifikan dalam perdamaian, keamanan, dan kerja sama ekonomi dunia.
Tantangan Geopolitik
1. Ketegangan di Laut China Selatan
Sengketa wilayah di Laut China Selatan masih menjadi isu krusial. Upaya China untuk memperluas pengaruhnya melalui pembangunan pulau buatan dan kehadiran militer telah memicu kekhawatiran beberapa negara anggota ASEAN. Berdasarkan laporan ASEAN 2025: Forging Ahead Together, upaya untuk menyelesaikan masalah ini masih terhambat oleh negosiasi yang berlarut-larut.
2. Rivalitas Amerika Serikat dan China
Kawasan Asia Tenggara menjadi medan persaingan antara dua kekuatan ekonomi besar dunia. Amerika Serikat melanjutkan strategi Indo-Pacific untuk menandingi dominasi China, sementara Beijing terus memperkuat pengaruhnya melalui inisiatif Belt and Road (BRI). Menurut artikel “China’s Belt and Road Initiative and ASEAN” dalam Journal of Contemporary China, ketergantungan ekonomi ASEAN terhadap China menciptakan dilema geopolitik yang rumit.
3. Krisis Myanmar
Krisis politik di Myanmar akibat kudeta militer pada 2021 masih menjadi luka yang belum sembuh. Artikel dari The Diplomat menyebut bahwa ketidakstabilan ini memengaruhi reputasi ASEAN dalam mempromosikan demokrasi dan menguji prinsip non-intervensi yang menjadi landasan organisasi ini.
Peluang di 2025
1. Penguatan Ekonomi Regional
ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global. Dengan populasi lebih dari 680 juta jiwa dan PDB gabungan yang terus meningkat, kawasan ini menarik perhatian investor asing. Perjanjian perdagangan seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) memberikan peluang besar untuk mempererat integrasi ekonomi di antara negara-negara anggotanya, sebagaimana dijelaskan dalam laporan ASEAN Economic Community.
2. Kepemimpinan dalam Energi Berkelanjutan
Sebagai kawasan yang rawan terhadap dampak perubahan iklim, ASEAN memiliki peluang untuk memimpin inisiatif global terkait energi hijau. Kolaborasi di sektor energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, dapat menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan ekonomi sekaligus menjaga lingkungan. Hal ini sejalan dengan analisis dalam buku “ASEAN and the Future of Global Trade.”
3. Peningkatan Peran dalam Forum Global
Sebagai tuan rumah berbagai konferensi internasional, ASEAN dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisinya dalam organisasi global seperti PBB, G20, dan APEC. Dengan mengusung agenda-agenda strategis seperti keamanan maritim, perdagangan bebas, dan keberlanjutan lingkungan, ASEAN dapat menjadi jembatan bagi kepentingan negara maju dan berkembang, sebagaimana diungkapkan dalam laporan U.S. Foreign Policy in Southeast Asia: A New Strategic Approach.
Kesimpulan
Tahun 2025 adalah waktu krusial bagi ASEAN untuk membuktikan kapasitasnya sebagai aktor geopolitik global yang relevan. Dengan menghadapi tantangan dari persaingan kekuatan besar, ketegangan internal, dan krisis di beberapa negara anggotanya, ASEAN tetap memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin dalam diplomasi global, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, keberhasilan ini hanya dapat dicapai jika ASEAN mampu menjaga solidaritas dan memprioritaskan kepentingan bersama di tengah tekanan internasional yang semakin kompleks.
Sumber Referensi
1. ASEAN 2025: Forging Ahead Together. ASEAN Secretariat.
2. “China’s Belt and Road Initiative and ASEAN.” Journal of Contemporary China.
3. “U.S. Foreign Policy in Southeast Asia: A New Strategic Approach.” Foreign Affairs.
4. “ASEAN’s Non-Interference Principle: A Critical Analysis.” ISEAS – Yusof Ishak Institute.
5. “The Impact of Myanmar Crisis on ASEAN’s Political Cohesion.” The Diplomat.
6. ASEAN Economic Community. Laporan resmi.
Sumber Gambar
1. VOA Indonesia
(Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis.)