Langit Zhuhai, kota di selatan China, bergemuruh dengan deru mesin-mesin canggih. Bukan tanpa alasan, China sedang menggelar pertunjukan udara megah yang menampilkan koleksi alutsista terbaru dan tercanggih. Berbagai jenis pesawat, drone, dan peralatan angkatan laut bergantian memamerkan kemampuannya, menghiasi langit dengan manuver-manuver akrobatik yang memukau.
Di antara deretan pesawat mutakhir tersebut, dua atraksi utama mencuri perhatian publik. Yang pertama adalah J-35A, jet tempur siluman generasi kelima yang digadang-gadang sebagai tandingan F-35 Amerika. Dengan teknologi siluman yang memungkinkannya menghilang dari radar, J-35A menjadi simbol ambisi China dalam mendominasi udara.
Namun, kejutan sesungguhnya datang dari atraksi kedua, yang secara mengejutkan bukanlah produk dalam negeri. Jet tempur Su-57 Rusia, dengan desainnya yang garang dan kemampuan tempur yang mematikan, turut hadir memeriahkan pertunjukan udara China. Kehadiran jet tempur asing ini tentu menimbulkan berbagai pertanyaan. Apa tujuan sebenarnya di balik pameran kekuatan militer yang dilakukan China? Apakah ini sekedar unjuk gigi, atau ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan kepada dunia?
Di jantung Zhuhai Air Show, berdiri sebuah mahakarya teknologi militer China yang mencuri perhatian: J-35A. Jet tempur siluman generasi kelima ini bukanlah pesawat biasa. Ia lahir dari ahim inovasi canggih, dipersenjatai dengan kemampuan untuk menghilang dari radar, menyerang dengan kecepatan supersonik, dan dilengkapi dengan kecerdasan buatan yang mematikan. J-35A adalah puncak kemajuan teknologi dirgantara China, jawaban tegas mereka atas F-35 Amerika.
Menariknya, kemiripan desain antara kedua jet tempur ini bukanlah kebetulan belaka. Pada tahun 2016, seorang pengusaha China dijatuhi hukuman penjara selama 46 bulan karena terlibat dalam konspirasi pencurian rahasia militer AS, termasuk data penting tentang F-22 dan F-35. Namun, China tidak sekedar meniru. Mereka mempelajari, mengembangkan, dan menyempurnakan teknologi yang dicuri, menghasilkan J-35A yang diyakini lebih unggul dari pendahulunya.
Kepercayaan diri China terpancar jelas dalam pertunjukan udara ini. J-35A hanyalah satu dari sekian banyak alutsista canggih yang dipamerkan. Untuk pertama kalinya, China juga menampilkan kekuatan angkatan laut mereka yang semakin bertaji, dengan armada pesawat dan kapal tak berawak yang siap menguasai lautan. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah kapal drone “paus pembunuh”, sebuah monster baja tanpa awak yang siap melahap musuh-musuhnya di Laut China Selatan. Pameran ini adalah pernyataan sikap China kepada dunia: mereka siap tempur, dan mereka tidak akan ragu untuk menggunakan kekuatan militernya jika terancam.
Kehadiran jet tempur siluman Su-57 Rusia di Zhuhai Air Show menjadi suguhan tersendiri bagi para pengunjung. Su-57, kebanggaan industri pertahanan Rusia, dipertontonkan dengan bangga, bahkan diterbangkan langsung oleh pilot Rusia yang terlatih. Ini bukanlah kunjungan biasa. Kehadiran Su-57 menandai hubungan erat yang semakin terjalin antara China dan Rusia, dua kekuatan besar yang bersatu dalam persahabatan strategis.
Tak tanggung-tanggung, Presiden Putin mengutus orang kepercayaannya, Sergey Shoigu, kepala Dewan Keamanan Nasional Rusia, untuk menghadiri acara tersebut. Ini menunjukkan betapa pentingnya Zhuhai Air Show bagi kedua negara. China tidak hanya memamerkan kekuatan militernya yang semakin meningkat, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa mereka memiliki mitra kuat yang siap mendukung mereka.
Namun, ambisi China melampaui sekedar unjuk gigi. Mereka memiliki agenda yang lebih besar: menjadi pemain utama dalam pasar senjata global. Saat ini, pangsa pasar ekspor senjata China masih relatif kecil, hanya 5,8%, dibandingkan dengan Amerika Serikat yang mendominasi dengan 42%. Namun, China bertekad untuk mengubah keadaan ini.
Dengan menyasar negara-negara di Global South yang memiliki ketidakpercayaan terhadap Barat, China menawarkan alternatif yang menarik. Zhuhai Air Show menjadi panggung yang sempurna bagi China untuk memasarkan produk militernya, menunjukkan kecanggihan teknologi mereka, dan menarik calon pembeli. Ini adalah strategi cerdas untuk mencapai dua tujuan sekaligus: mempertegas posisi China sebagai kekuatan militer dunia dan meraih keuntungan ekonomi melalui ekspor senjata.