Sabtu, November 23, 2024

Ambisi Militer China: Dari Zhuhai Air Show Menuju Panggung Dunia

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Langit Zhuhai, kota di selatan China, bergemuruh dengan deru mesin-mesin canggih.  Bukan tanpa alasan, China sedang menggelar pertunjukan udara megah yang menampilkan koleksi alutsista terbaru dan tercanggih. Berbagai jenis pesawat, drone, dan  peralatan angkatan laut bergantian memamerkan kemampuannya, menghiasi langit  dengan manuver-manuver akrobatik yang memukau.

Di antara deretan pesawat mutakhir tersebut, dua atraksi utama mencuri perhatian publik. Yang pertama adalah J-35A, jet tempur siluman generasi kelima yang digadang-gadang  sebagai tandingan F-35 Amerika. Dengan teknologi siluman yang memungkinkannya  menghilang dari radar, J-35A menjadi simbol ambisi China dalam mendominasi udara.

Namun, kejutan sesungguhnya datang dari atraksi kedua, yang secara mengejutkan  bukanlah produk dalam negeri. Jet tempur Su-57 Rusia, dengan desainnya yang garang  dan kemampuan tempur yang mematikan, turut hadir memeriahkan pertunjukan udara  China. Kehadiran jet tempur asing ini tentu menimbulkan berbagai pertanyaan. Apa tujuan  sebenarnya di balik pameran kekuatan militer yang dilakukan China? Apakah ini sekedar unjuk gigi, atau ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan kepada dunia?

Di jantung Zhuhai Air Show, berdiri sebuah mahakarya teknologi militer China yang mencuri perhatian: J-35A. Jet tempur siluman generasi kelima ini bukanlah pesawat biasa. Ia lahir dari ahim inovasi canggih, dipersenjatai dengan  kemampuan untuk menghilang  dari radar, menyerang dengan kecepatan supersonik, dan dilengkapi dengan kecerdasan  buatan yang mematikan. J-35A adalah puncak kemajuan teknologi dirgantara China,  jawaban tegas mereka atas F-35 Amerika.

Menariknya, kemiripan desain antara kedua jet tempur ini bukanlah kebetulan belaka. Pada tahun 2016, seorang pengusaha China dijatuhi hukuman penjara selama 46 bulan karena  terlibat dalam konspirasi pencurian rahasia militer AS, termasuk data penting tentang F-22  dan F-35. Namun, China tidak sekedar meniru. Mereka mempelajari, mengembangkan,  dan menyempurnakan teknologi yang dicuri, menghasilkan J-35A yang diyakini lebih unggul dari pendahulunya.

Kepercayaan diri China terpancar jelas dalam pertunjukan udara ini. J-35A hanyalah satu  dari sekian banyak alutsista canggih yang dipamerkan. Untuk pertama kalinya, China juga  menampilkan kekuatan angkatan laut mereka yang semakin bertaji, dengan armada  pesawat dan kapal tak berawak yang siap menguasai lautan. Salah satu yang paling  menarik perhatian adalah kapal drone “paus pembunuh”, sebuah monster baja tanpa  awak yang siap melahap musuh-musuhnya di Laut China Selatan. Pameran ini adalah pernyataan sikap China kepada dunia: mereka siap tempur, dan mereka tidak akan ragu untuk menggunakan kekuatan militernya jika terancam.

Kehadiran jet tempur siluman Su-57  Rusia  di  Zhuhai  Air  Show  menjadi  suguhan  tersendiri  bagi  para  pengunjung.  Su-57,  kebanggaan  industri  pertahanan  Rusia,  dipertontonkan  dengan  bangga,  bahkan  diterbangkan  langsung  oleh  pilot  Rusia  yang  terlatih.  Ini  bukanlah  kunjungan  biasa.  Kehadiran  Su-57  menandai  hubungan  erat  yang  semakin  terjalin  antara  China  dan  Rusia,  dua  kekuatan  besar  yang  bersatu  dalam  persahabatan  strategis.

Tak  tanggung-tanggung,  Presiden  Putin  mengutus  orang  kepercayaannya,  Sergey  Shoigu,  kepala  Dewan  Keamanan  Nasional  Rusia,  untuk  menghadiri  acara  tersebut.  Ini  menunjukkan  betapa  pentingnya  Zhuhai  Air  Show  bagi  kedua  negara.  China  tidak  hanya  memamerkan  kekuatan  militernya  yang  semakin  meningkat,  tetapi  juga  menunjukkan  kepada  dunia  bahwa  mereka  memiliki  mitra  kuat  yang  siap  mendukung  mereka.

Namun,  ambisi  China  melampaui  sekedar  unjuk  gigi.  Mereka  memiliki  agenda  yang  lebih  besar:  menjadi  pemain  utama  dalam  pasar  senjata  global.  Saat  ini,  pangsa  pasar  ekspor  senjata  China  masih  relatif  kecil,  hanya  5,8%,  dibandingkan  dengan  Amerika  Serikat  yang  mendominasi  dengan  42%.  Namun,  China  bertekad  untuk  mengubah  keadaan  ini.

Dengan  menyasar  negara-negara  di  Global  South  yang  memiliki  ketidakpercayaan  terhadap Barat, China menawarkan  alternatif  yang  menarik.  Zhuhai  Air  Show  menjadi  panggung  yang  sempurna  bagi  China  untuk  memasarkan  produk  militernya,  menunjukkan  kecanggihan  teknologi  mereka,  dan  menarik  calon  pembeli.  Ini  adalah  strategi  cerdas  untuk  mencapai  dua  tujuan  sekaligus:  mempertegas  posisi  China  sebagai  kekuatan  militer  dunia  dan  meraih  keuntungan  ekonomi  melalui  ekspor  senjata.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.