Kamis, April 25, 2024

Aksi Perempuan Menekan Penyebaran COVID-19 di Kep. Karibia

Dian Rahmawati
Dian Rahmawati
Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Para pemimpin perempuan seperti Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Perdana Menteri dari Sint Maarten di Kepulauan Karibia Silveria Jacobs dan Direktur Pan-American Health Organization (PAHO) Carissa F. Etienne terbukti memiliki peran yang signifikan dalam menekan angka pertumbuhan kasus positif COVID-19.

Dapat dikatakan bahwa mereka merupakan aktivis feminis liberal, dimana lebih mengedepankan hak-hak individu dan kesetaraan dalam hal mendapat pelayanan kesehatan di masa krisis seperti ini. Tanpa memandang status sosial dan gender, seluruh warga negara berhak atas jaminan kesehatan dan ketersediaan pangan.

Langkah awal yang mereka ambil yakni dengan memberlakukan kebijakan lockdown di negara mereka serta memberikan akomodasi pangan dan alat kesehatan, dengan berdasarkan prinsip human security, khususnya dalam aspek health security dan food security. 

Tak hanya kedua aspek tersebut, terdapat kekhawatiran akan tingkat kekerasan yang terjadi di dalam rumah dan juga kriminalitas di jalan maka diperlukan kebijakan yang mengatur tentang personal security agar khususnya perempuan, anak-anak, lansia, dan disabilitas dapat hidup aman dan tentram sekalipun harus berdiam diri berbulan-bulan di rumah. Perlindungan berbasis hak asasi manusia yang ditargetkan selalu penting ini juga meliputi perlindungan terhadap imigran, orang-orang yang ditahan, para tunawisma dan kelompok-kelompok terpinggirkan dan pengungsi lainnya.

Kemudian penting bahwa layanan kesehatan dan sosial ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan lansia mengingat tingginya jumlah kematian dalam kelompok populasi ini, terutama yang terisolasi tanpa adanya dukungan keluarga.

Selain itu di Karibia, perempuan adalah pengasuh utama di banyak rumah tangga dan sekitar 70% peran vital di sektor kesehatan dan sosial. Akibatnya, perempuan tidak hanya menanggung beban sosial yang lebih besar tetapi juga menghadapi risiko yang semakin besar untuk menjadi pekerja garis depan dalam setiap krisis.

Penelitian juga menunjukkan bahwa dalam krisis kemanusiaan, tingkat kekerasan seksual tumbuh cepat karena masa krisis. Langkah-langkah penahanan yang dimaksudkan untuk menekan penyebaran COVID-19, seperti isolasi diri dan jarak fisik, dapat mengakibatkan korban dikurung dengan pelaku mereka serta sedikit akses ke layanan pendukung. Hal ini lah yang dapat memperkuat perlunya penjaminan personal security.

Penerapan Struktural Fungsionalisme, di mana para individu hanya diperbolehkan untuk menjalankan perannya dalam sebuah struktur yang sudah ada. Secara garis besar, teori struktural fungsional memandu setiap komponen masyarakat agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau berjalan sesua dengan porsinya masing-masing.

Langkah yang paling signifikan ialah Negara-negara Karibia wajib melaporkan pembaruan lokal ke Badan Kesehatan Masyarakat Karibia atau  the Caribbean Public Health Agency (CARPHA), Organisasi Kesehatan Pan Amerika atau the Pan-American Health Organization (PAHO) dan Organisasi Kesehatan Dunia atau the World Health Organization (WHO), tanpa mengurangi atau menghilangkan berita dan dengan kata lain perlu adanya transparansi data.

Lembaga lain seperti CARPHA sejauh ini telah berupaya mengaktifkan Tim Manajemen Insiden (IMT) dan sedang mengoordinasikan kesiapsiagaan dan tanggapan regional terhadap insiden baru ini, menerbitkan Laporan Situasi (SITREPS) kepada Negara-negara Anggota CARPHA dan pemangku kepentingan regional lainnya, memberikan Panduan Wisatawan kepada para pemangku kepentingan, menyebarluaskan Pedoman udara dan pelabuhan, membagikan Siaran pers dengan media dan pemangku kepentingan regional lainnya, serta aktivasi Cluster Keamanan guna melacak penumpang dari China melalui IMPACS (Carribbean Public Health Agency, 2020).

Selain mengembangkan pedoman teknis, PAHO telah melatih staf nasional tentang reorganisasi layanan kesehatan dan juga memberi saran kepada negara-negara mengenai stok pasokan medis dan peralatan perlindungan pribadi atau personal protection equipment (PPEs). Hal ini telah mendukung negara-negara untuk mendapatkan pengiriman PPEs ke 35 negara dan 1 wilayah, dan kit uji COVID-19 ke 25 negara (Pan-American Health Organization, 2020).

Akan tetapi, Pejabat Karibia juga menghadapi tugas yang semakin sulit dalam menyeimbangkan kesehatan masyarakat dengan keinginan untuk mendorong dan melanjutkan kegiatan pariwisata yang penting secara ekonomi.

Dikarenakan sektor pariwisata merupakan sumber kehidupan Karibia maka langkah-langkah tahap pertama meliputi penyaringan semua penumpang kapal pesiar yang turun, larangan menahan pengunjung kapal pesiar dari / ke pantai dan inspektur sanitasi tambahan di bandara.

Selain itu, kelompok-kelompok termasuk CTO, CARPHA, Hotel Karibia dan Asosiasi Pariwisata (CHTA) dan Pusat Manajemen Ketahanan & Krisis Pariwisata Global (GTRCMC) mengumumkan kesepakatan untuk membentuk satuan gugus tugas yakni COVID-19  Satgas Pariwisata Karibia atau COVID-19 Caribbean Tourism Task Force  (CCTTF) (Brian, 2020).

Apabila masyarakat di Kepulauan Karibia mengesampingkan sektor ekonomi dan mengedepankan sektor kesehatan, maka pengubahan kapal pesiar menjadi kapal rumah sakit dirasa akan sangat membantu warga penghuni pulau-pulau terpencil yang tersebar luas di Laut Karibia.

Seperti yang dilakukan Argus RFA, kapal rumah sakit, yang ada di kapal adalah Royal Marines, Royal Fleet Auxiliary dan pelaut Angkatan Laut Kerajaan serta penerbang dari 815 Naval Air Squadron, 845 Naval Air Squadron, dan 1700 Naval Air Squadron. Tim medis kemudian dapat bergabung dengan Argus di Karibia untuk mendukung kontribusi Pemerintah Inggris dalam menanggapi COVID-19 (The Maritime Executive, 2020).

Oleh karena itu, apabila masyarakat bersinergi bergotong royong bersama dalam menekan angka penyebaran COVID-19 dengan memaksimalkan peran mereka masing-masing tanpa menimbulkan perpindahan peran hingga menimbulkan chaos, seperti berdiam diri dirumah, menjaga jarak (social distancing), para pemilik kapal pesiar menyumbangkan kapalnya untuk menjadi kapal rumah sakit, sektor industri menggenjot produksi alat-alat kesehatan, departemen pangan menjamin ketersediaan dengan harga rendah atau normal, dan sebagainya.

Maka teori struktural fungsionalisme dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan tanpa khawatir akan krisis kemanusiaan dan krisis lainnya akan terjadi.

Dian Rahmawati
Dian Rahmawati
Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.