Jumat, April 26, 2024

Abad Pencerahan Perancis dan Masyarakat Indonesia Kini

Adi Fauzanto
Adi Fauzanto
Pusat Studi Sosial Demokrasi dan Anti Korupsi

Berawal dari rasa penasaran mengenai istilah politik ‘kanan’ dan ‘kiri’ yang menurut Buku Dasar-Dasar Ilmu Politik Prof Miriam Budiardjo pada Bab Partai Politik, dimana istilah tersebut bersumber dari sejarah Revolusi Negara Prancis pada abad ke-18 di parlemen saat itu.

Rasa penasaran tersebut membawa saya mencoba mencari literatur sejarah Prancis. Melangkah kaki saya ke salah satu toko buku di Kota Malang. Dan terpilih buku ‘Sejarah Prancis’ dengan penulis Jean Carpentier dan tim.

Buku ini membahas secara komperhensif sejarah Prancis dari pra-sejarah hingga abad ke-20. Pun, juga menjawab rasa ingin tahu saya terhadap politik ‘kanan’ dan ‘kiri’ yang dimaksud dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik Prof. Miriam Budiardjo.

Selain politik ‘kanan’ dan ‘kiri’, memang kondisi sosial-politik-ekonomi Prancis menarik dibahas. Pun, juga dengan kondisi politik hukum di Prancis yang kurang lebih sama dengan Indonesia karna sistem hukum eropa kontinental (walaupun kondisi ini sudah banyak bercampur dengan sistem anglo saxon).

Sistem tersebut dibawa oleh Belanda sebagai negara yang menjajah Indonesia saat itu. Dan di Belanda sendiri mengadopsi dari Prancis, inilah yang dinamakan Asas Konkordasi. Tapi saya tidak akan membahas hal ini.

Kembali lagi, selain permasalahan sosial-politik-ekonomi dan politik hukum, di Prancis terkenal juga dengan istilah Pencerahan di Eropa saat itu.

Hal tersebut membuat saya penasaran dengan keadaan sederhana disekitar kita yaitu kata-kata “Terimakasih atas Pencerahan nya” dalam berbagai waktu, seperti di media social seperti WA, Line, Twitter.

Dan terlebih melihat kondisi masyarakat kita saat ini, senang sekali ‘beradu akal sehat’ dan argumen, yang keduanya saling klaim memiliki akal yang paling sehat dan argumen paling benar. Sebenarnya hal tersebut bisa positif, menuntut masyarakat untuk terus belajar dan tentunya membaca.

Bahkan sempat membayangkan terdapat perdebatan seperti Ibnu Rusyd dan Imam Al-Ghozali dengan tulisan kritik nya. Namun (saat ini) terkadang buzzer-buzzer dengan argumen yang terkesan ‘lemah’ merusaknya.

Kembali lagi, salah satu bab dalam buku tersebut membahas tentang “Abad Pencerahan” tepatnya Bab 18. Abad ini berlangsung pada rentang waktu abad ke-17. Terdapat banyak pembahasan mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat, hingga kemunculan tokoh-tokoh yang disebut filosof dengan berbagai karya-karyanya.

Seperti Descrates, Montesquieu dengan L’Esprit des lois (teori pemisahan kekuasaan), J.J Rossoue dengan Le Contract Social (Kontrak Sosial), dan teman-temannya. Tapi saya tidak akan membahas hal tersebut, dikarenakan ceteknya ilmu saya.

Tetapi yang saya akan bahas bagaimana peran masyarakat dan penguasa yang berwenang berperan. Dalam sub-bab ‘Minat Terhadap Ilmu Pengetahuan’ disana tertulis “Kemajuan yang terjadi banyak didorong oleh minat penguasa berwenang maupun khalayak umum yang semuanya tertuju pada ilmu pengetahuan”. Yang dalam hal ini terdapat Louis XV dan Louis XVI menjadi penguasa yang berwenang dan beberapa tokoh lainya.

Sampai disitu, saya membayangkan Indonesia (setelah reformasi) yang mendorong kemajuan masyarakat dengan ilmu pengetahuan. Merabahnya pusat studi, pusat kajian, lembaga think-thank, lembaga penelitian, pers/media, dan tentunya Universitas/kampus-kampus di Indonesia.

Dan dewasa ini, terdapat monumen Perpsutakaan Nasional yang luar biasa hanya di Jakarta (semoga tidak hanya membangun jalan didaerah-daerah namun juga perpustakaan di daerah-daerah seperti di Jakarta).

Tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakyat merumuskannya terhadap ilmu pengetahuan kedepannya. Termasuk juga formulasi pendidikan di Indonesia yang akhir ini diributkan dengan sistem zonasi. Dalam hal ini, mungkin pemerintah dalam proses mencari suatu formulasi terbaik atau mencari ‘pakem’ pendidikan di Indonesia, dari tahun ke tahun. Pun dalam hal ini saya sebagai generasi kelahiran 98′ telah menjadi kelinci percobaan berkali-kali dalam sistem pendidikan di Indonesia. Semua ini demi perbaikan Indonesia ‘katanya’ dan semoga membaik.

Dari pelbagai pembahasan singkat tentang Abad Pencerahan. dan, timbul pertanyaan, “Sudah sampai mana Indonesia?”

Terkahir, mengutip perkataan seorang Condorcet dikutip dalam buku yang sama “mereka tak pernah kehabisan daya untuk menuntut kemerdekaan berfikir, kebebasan menulis, sebagai jalan keselamatan bagi manusia dari segala kejahatan”. Sekian, mohon maaf jika melebar dan terimakasih

Adi Fauzanto
Adi Fauzanto
Pusat Studi Sosial Demokrasi dan Anti Korupsi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.