Jumat, Maret 29, 2024

Warga Jawa Barat : Antara Kebodohan Illuminati dan Hilangnya Agenda Publik

Selain Ideas of March, maka film politik, tepatnya film konsultan komunikasi politik, yang membuat saya terkesan adalah “Our Brand is Crisis”. Film tentang kiprah konsultan komunikasi politik Amerika yang membantu Castilo, Capres Bolivia, menduduki kursi kepresidenan. Film ini konon terinspirasi dari praktek beberapa konsultan kampanye politik Amerika di negara dunia ketiga. Jane (Sandra Bullock) sang konsultan, berhasil mengantarkan kliennya menjadi Presiden Bolivia. Meski survei awal menunjukan kalau elektabilitas Castilo jeblok. Jane sendiri awalnya termasuk yang berkesimpulan bahwa Castillo bukan hanya tidak akan terpilih tetapi juga tidak layak menjadi Presiden karena memiliki karakter buruk.

Dalam film yang diproduseri George Clooney ini, ditunjukan teknik komunikasi politik untuk membuat image buruk lawan politik. Caranya adalah melalui labelling dengan menciptakan kosakata berkonotasi negatif. Karena kosakata ini dilempar ke publik, maka kosakata inipun menjadi konsumsi publik dan otomatis diucapkan oleh masyarakat berulang-ulang dan tanpa sadar menjadi label.

Namun sebelum menceritakan tekhnik itu, ada baiknya kita ungkap back ground sosial politik Bolivia sehingga tekhnik ini dimunculkan Jane.

Dari sisi sosio-religi, Amerika Latin dikenal sebagai tempat bersemainya ide Teologi Pembebasan, pemahaman keagamaan yang menjadi dasar melakukan pembelaan terhadap rakyat miskin dan marginal, dan teori dependensia atau penolakan keras terhadap lembaga internasional yang dianggap memiskinkan negara dunia ketiga. Sementara secara sosio-politik, Amerika Latin dikenal sebagai wilayah dimana pemikiran Marxist atau Komunis menjadi salah satu rujukan gerakan. Dalam “Che”, film biografi Che Guevara, divisualkan bahwa setelah Che berhasil membantu Fidel Castro melakukan revolusi Kuba dengan menggulingkan diktator Fulgencia Batista, Che lalu bergerak ke Bolivia membawa virus revolusi ke negeri itu.

Karenanya dikaitkan dengan institusi seperti IMF, World Bank atau Amerika atau Nazi Hitler, adalah kecelakaan bagi setiap Capres di Bolivia. Karena IMF adalah simbol institusi rentenir dunia yang menghancurkan negara-negara dunia ketiga dengan berbagai program pinjamannya. Sementara Nazi Hitler, adalah simbol fasisme yang dulu ditentang gerakan Marxist. Konotasi makna IMF atau Nazi Hitler bagi Bolivia, tidak berbeda dengan konotasi makna Komunis atau PKI bagi orang Indonesia.

Ceritanya ketika Castilo, Jane dan seluruh tim sedang berada di sebuah hutan, tiba-tiba Jane mempunyai ide untuk menyandingkan foto rival politik Castilo dengan gambar tokoh Nazi. Tujuannya, supaya orang menganggap bahwa lawan politik Castilo punya hubungan erat dengan Nazi.

Sontak seluruh tim menolak ide Jane. Menurut mereka, mengaitkan Capres lawan dengan Nazi itu sangat lemah. Lawan politik punya banyak bahan untuk membantahnya. Ketika seluruh tim mati-matian menolak karena dianggap mengaitkan dengan Nazi terlalu lemah dan akan dibantah secara massif oleh lawan politik, Jane tersenyum. Menurut Jane, justru itulah yang dia inginkan.

Dia butuh bantahan massif dari lawan politik tentang keterkaitan dengan Nazi. Karena ketika bantahan itu massif muncul, maka secara tidak langsung kata Nazi selalu beriringan dengan nama lawan politik Castilo. Ada asosiasi yang muncul antara nama Nazi dengan nama rival politik dan lawan politik berkonstribusi membentuk asosiasi tersebut.

Jane mengingatkan teman-temannya sesama Amerika tentang Lyndon Johnson, Wakil Presiden Amerika yang menjadi Presiden karena menggantikan Kennedy yang ditembak. Ketika Lyndon berkampanye menjadi senator, dia mengusulkan membuat isyu bahwa lawan politik nya pernah bercinta dengan Babi.

Kontan, seluruh tim menolak ide tersebut. Selain absurd, tidak ada bukti juga sangat mudah dibantah lawan politik. Menurut Lyndon, justru itulah yang diharapkan. Bantahan massif lawan politik bahwa dia tidak bercinta dengan Babi. Karenanya nanti secara otomatis, antara kalimat bercinta dengan Babi dan nama lawan politiknya, terus beriringan disebut publik dan menjadi memory publik.

Bila kita tarik lebih jauh, pola Castilo dan Lyndon ini bisa kita kaitkan dengan propaganda ala Joseph Goebbels. Goebbels adalah Mentri Propaganda Nazi melakukan teknik propaganda yang disebut Argentum ad nausem atau Big Lie. Teknik yang mengajarkan bahwa cara untuk membuat orang percaya sesuatu adalah dengan menyebarkan kebohongan sebanyak-banyaknya.

Jadi menurut Goebbels, kebenaran adalah kebohongan yang diucapkan berulang-ulang. Masa kampanye Pilpres kemarin, kita merasakan betul propaganda ala Goebbels ini. Ada propaganda massif tentang Capres turunan Cina dan Capres yang akan mendirikan khilafah. Padahal yang satu jelas Jawa nya sementara yang satu lagi militer tulen yang doktrinnya NKRI harga mati. Ironisnya, tidak sedikit orang percaya propaganda ini.

Cerita diataslah yang muncul di kepala saya ketika membaca riuhnya perdebatan tentang Masjid Ash Shofar di Jawa Barat yang dianggap menempelkan segitiga Iluminati lambang Dajjal. Awalnya mungkin hanya percampuran antara senyum dan gereget. Karena sebelum medsos menjadi media komunikasi, tidak sedikit orang yang berpikir konspiratif ala Ust Rahmat Baequni dkk.

Sementara pada sisi lain, subjektivitas dalam menginterpretasikan sebuah simbol atau teks, adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Permasalahan timbul ketika interpretasi subjektif dijadikan alat untuk mendeskriditkan dan semakin tidak produktif ketika Kepala Daerah selevel Gubernur Jawa Barat beberapa kali mesti turun langsung menjelaskan dan mengklarifikasi. Menjadikan hal ini seolah seperti agenda publik.

Fitnah atau interpretasi negatif ala Ust Rahmat Baequni memang perlu diklarifikasi. Karena ini juga menyangkut nama baik. Tapi apakah Jawa Barat akan ngabret (bergerak cepat) kalau Gubernur Jawa Barat mesti turun langsung menyelesaikan hal seperti ini?Karena pekerjaan Gubernur itu banyak dan menumpuk. Lagipula bukankah, design arsitektur Masjid tersebut dikerjakan dalam kapasitasnya sebagai konsultan Arsitek bukan sebagai Gubernur Jawa Barat?

Jawa Barat itu memiliki banyak masalah konkret dan faktual yang mesti diselesaikan dengan cepat dan menjadi agenda publik. Ahmad Heryawan, mantan Gubernur yang menurut catatan beberapa lembaga internasional dianggap berprestasi, selama dua priode menjabat tidak bisa menyelesaikan masalah pencemaran sungai Citarum. Sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat yang tingkat pencemarannya dianggap salah satu tertinggi di dunia. Bandara Kertajati yang sepi pemakai sehingga pemasukan tidak bisa menutup biaya operasional. Belum lagi banjir menahun Dayeuh Kolot

Pada titik ekstrem, anggap saja kita menempatkan masalah segitiga Iluminati adalah serendah-rendahnya isyu. Lebih rendah dari isyu Nazi nya Castilo atau bercinta dengan Babi ala Lyndon Johnson. Tetapi pada titik seperti inipun apakah relevan seorang Gubernur turun langsung menangani?

Seperti kata Mark Twain “Don’t wrestle with pig. You both get dirty and the pig likes it”.

Saya sendiri selalu teringat masa-masa akhir tahun 90an dan awal tahun 2000. Ketika orang mulai mengenal internet dan booming warnet. Masa itu banyak disebutkan bahwa top ten situs yang dikunjungi internet user di Indonesia adalah situs porno. Namun lambat laun keadaan berubah. Ketika situs berita online Indonesia bermunculan, situs porno perlahan tapi pasti keluar dari 10 besar situs yang paling sering dikunjungi. Digantikan situs berita online Indonesia. Padahal ketika itu belum diperkenalkan kebijakan atau teknologi blokir situs porno. Karena kadang gelap itu bukannya tidak bisa melihat, tapi karena tidak ada cahaya.

Jadi ketimbang membicarakan isu berbau spekulasi dan ilusi seperti segitiga ilmuninati, kenapa tidak membicarakan hal yang konkrit dan faktual yang dihadapi publik. Karena tugas pemimpin itu membangun agenda publik, bukan membangun isyu publik apalagi mengekor isu publik dan memasifkannya

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.