Minggu, Februari 9, 2025

Trump: Ambisi, Eksekutif, dan Kontroversi Awal

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Donald Trump ingin memulai masa jabatan keduanya dengan gebrakan besar. Dia menjanjikan kejutan dan kekaguman—perubahan besar sejak hari pertama. Tepat sebelum pelantikannya, dia mengadakan rapat umum besar-besaran di Washington, D.C., pada hari Minggu, yang disebut sebagai “Victory Rally.” Trump berbicara di depan ribuan pendukungnya dan berjanji kepada mereka, “100 hari pertama yang luar biasa.”

“Rakyat Amerika telah memberikan kepercayaan mereka kepada kami, dan sebagai balasannya, kami akan memberikan hari pertama terbaik, minggu pertama terbesar, dan 100 hari pertama paling luar biasa dalam sejarah kepresidenan Amerika.” ucap Trump.

Seratus hari pertama adalah hal besar bagi para presiden Amerika. Ini adalah periode bulan madu, waktu untuk menarik perhatian media, membuat janji-janji berani, dan memberikan sinyal niat, baik kepada pemilih Amerika di dalam negeri maupun kepada mitra Amerika di luar negeri.

Jadi, apa pesan Donald Trump untuk hari pertama? Apa saja janji-janji yang akan dia wujudkan dalam 100 hari pertama masa jabatannya? Dia ingin membuat gebrakan besar. Trump berencana menandatangani lebih dari 200 perintah eksekutif saat dia memasuki Gedung Putih.

“Mulai besok, saya akan bertindak dengan kecepatan dan kekuatan yang bersejarah untuk menyelesaikan setiap krisis yang dihadapi negara kita. Kita harus melakukannya. Oh, kalian akan sangat menikmati menonton televisi!” ujar Trump.

Trump ingin memulai masa jabatan keduanya dengan agresif. Dia berencana menandatangani 200 perintah eksekutif. Tapi, apa itu perintah eksekutif? Itu adalah perintah yang mengikat secara hukum untuk departemen pemerintah yang tidak memerlukan persetujuan Kongres. Ketika seorang presiden menandatangani perintah eksekutif, dia secara hukum memberikan instruksi kepada lembaga pemerintah. Perintah-perintah ini diberi nomor dan diterbitkan dalam Federal Register.

Namun, seorang presiden tidak dapat mengeluarkan perintah eksekutif untuk segala hal. Presiden berikutnya dapat selalu membatalkannya, dan pengadilan dapat membatalkannya juga. Para presiden menggunakan perintah eksekutif untuk membuat perubahan kebijakan dengan cepat, seperti mengubah aturan imigrasi atau regulasi lingkungan. Tapi seorang presiden tidak dapat melanggar Konstitusi dengan perintah eksekutif. Seperti yang disebutkan sebelumnya, perintah-perintah ini dapat ditantang di pengadilan atau dibatalkan oleh presiden berikutnya. Perintah eksekutif adalah alat yang kuat untuk membuat kebijakan, tetapi tidak bersifat permanen.

Sebagai perbandingan, Joe Biden menandatangani 160 perintah eksekutif selama seluruh masa jabatannya—160 perintah dalam empat tahun. Trump ingin menandatangani 200 perintah hanya dalam hari pertama menjabat. Jelas, dia adalah orang yang tidak mau menunggu.

Lalu isu-isu apa yang akan dia tangani terlebih dahulu? Imigrasi ilegal adalah prioritas utama. Itu adalah salah satu janji utama dalam kampanyenya, dan sekarang dia ingin mewujudkannya. Trump mengatakan dia akan mengendalikan perbatasan pada hari pertama.

“Kami akan dengan cepat mengembalikan kendali atas wilayah dan perbatasan kedaulatan kami. Kami akan mengusir setiap imigran ilegal, anggota geng, dan penjahat migran yang beroperasi di tanah Amerika dan menghapus geng kriminal trenda dari Amerika Serikat.” Tegas Trump.

- Advertisement -

Pengendalian perbatasan, deportasi massal, dan tindakan keras terhadap geng kriminal—ini adalah target utamanya. Dia berencana menandatangani puluhan perintah terkait imigrasi saja. Penasihat Trump mengatakan bahwa penggerebekan imigrasi akan dimulai minggu depan. Mereka juga berencana meningkatkan jumlah deportasi. Bahkan, Trump menginginkan apa yang dia sebut sebagai “program deportasi terbesar dalam sejarah AS.” Dia dapat menggunakan perintah eksekutif untuk mengusir imigran ilegal, tetapi itu tidak akan mudah. Dia telah mencoba hal yang sama pada masa jabatan sebelumnya, dan kasus-kasus tersebut berakhir di pengadilan. Kali ini pun, perlawanan sangat mungkin terjadi.

Namun, Donald Trump tampaknya telah memantapkan tekadnya. Prioritas keduanya adalah pertahanan. Dia mendorong beberapa reformasi besar.

“Saya akan mengarahkan militer kita untuk memulai pembangunan Iron Dome besar sebagai perisai pertahanan rudal, yang semuanya akan dibuat di Amerika Serikat. Dan kita akan segera menghapus ‘wokeness’ dari militer kita dan membuatnya seperti dulu.” Trump berucap.

Dalam hal pertahanan, Trump memiliki dua prioritas utama. Pertama, memperkuat pertahanan udara Amerika—dia ingin membangun perisai rudal seperti Iron Dome Israel. Kedua, dia menargetkan kebijakan DEI (Diversity, Equity, and Inclusion/Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi) di militer. DEI telah menjadi isu kontroversial, yang menghasilkan kuota, promosi, dan penjatahan berdasarkan ras, etnis, gender, orientasi seksual, dan agama. Trump ingin menghapus kebijakan ini.

Dia juga ingin menghilangkan apa yang dia sebut sebagai “pengeluaran yang boros.” Itu adalah prioritas ketiganya, yang melibatkan Elon Musk dan DOGE—Departemen Efisiensi Pemerintahan. Musk telah diberi tanggung jawab untuk memimpin DOGE. Apa tugas DOGE? Memberikan saran kepada pemerintah tentang cara mengurangi pengeluaran yang tidak efisien. Tujuannya adalah memangkas biaya, dan Musk akan memimpin upaya ini.

Musk dan Trump telah menjadi sangat dekat sejak pemilu, dan kemarin pun tidak berbeda. Musk hadir di Victory Rally di Washington, D.C. Trump memanggil Musk ke panggung, dan dia tidak datang sendirian.

“Kemari, Elon. Apakah kalian lihat roketnya kemarin? Itu luar biasa! Ah, dan X ada bersamanya. X, kemari!”

“Terima kasih, Tuan Presiden. Maaf, Little X ikut naik ke panggung. Dia pendukung yang sangat antusias, seperti yang kalian lihat.”

“Ya, kemenangan ini baru permulaan. Yang benar-benar penting ke depannya adalah membuat perubahan signifikan.”

Elon Musk akan memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan ini—lebih dari sekadar memangkas biaya. Musk bahkan ikut serta dalam panggilan telepon Trump. Misalnya, saat Trump berbicara dengan Zelensky, Elon Musk juga ada di jalur telepon. Dia juga ikut dalam panggilan Trump dengan Sundar Pichai, CEO Google. Jadi, bersiaplah melihat Musk menjadi lebih terlihat dalam beberapa hari mendatang, jika itu masih memungkinkan.

Kemitraan ini sudah menimbulkan gesekan. Laporan menyebutkan Vivek Ramaswamy tidak senang. Dia seharusnya menjadi pemimpin bersama DOGE bersama Elon Musk. Mereka berdua memiliki posisi yang sama sebagai co-director. Namun, Ramaswamy kabarnya mempertimbangkan kembali. Dia merasa Musk terlalu mendominasi. Sekarang, Ramaswamy diperkirakan akan mundur dari DOGE dan bahkan mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Ohio.

Ketegangan telah muncul bahkan sebelum mereka mulai bekerja, yang sangat khas dari Donald Trump. Empat tahun ke depan tidak diragukan lagi akan penuh ketidakpastian. Satu-satunya hal yang pasti adalah dosis drama yang besar.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.