Jumat, Maret 29, 2024

Sastra dan Regionalisme

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Regionalisme merupakan definisi yang sangat penting dalam aliran sastra karena merupakan ciri-ciri khas tulisan pada waktu itu. Dalam menghadapi keserbasamaan dan standarisasi kehidupan sebagai akibat produksi dan distribusi barang serta hiburan secara massal, maka perhatian pada perlindungan tradisi dan tata cara kehidupan lokal dan regional yang berada di ambang bahaya hilang perlu disebarluaskan.

Dalam Criticism and Fiction (1891) Howells mengamati dan mengakui penulis warna lokal. Sepuluh tahun lewat setelah terbit esainya ini, fiksi warna lokal mencapai puncaknya melalui jurnal-jurnal terkenal, misalnya Harper’s Monthly, Scribner’s, Atlantic Monthly, dan Century. Pada pergantian tahun, fiksi warna lokal jatuh, digantikan oleh penulis-penulis naturalis yang menentang mereka.

Di Amerika, fiksi warna lokal muncul setelah Perang Saudara. Kaum muda pergi meninggalkan daerah mereka ke kota-kota, sedangkan para janda dan perawan tua memilih tetap tinggal di daerahnya. Beberapa di antara mereka kemudian mengekspresikan perasaan dan pikirannya ke dalam bentuk tulisan-tulisan.

Fiksi warna lokal menggali dan meninjau kembali nilai-nilai masa lalu yang mungkin berguna untuk kehidupan masa sekarang. Fiksi ini disebut sebagai elegi  budaya. Fiksi warna lokal pada era modern yang tidak menentu mampu menahan perubahan yang datang dari luar dengan cara memberikan tekanan pada upacara dan tata cara kedaerahan.

Sarah Orne Jewett dan Mary Wilkins Freeman, misalnya, adalah penulis-penulis yang secara tidak langsung mampu mempersatukan masyarakat dengan cerita-cerita dan  tradisi-tradisi masa lalu yang kemudian diteruskan kepada generasi berikutnya. Penderitaan fisik dan mental dalam menghadapi kesulitan merupakan tema karya mereka.  Mereka berpendapat bahwa untuk menghadapi era yang tidak menentu diperlukan kombinasi nilai-nilai  kelestarian, kebersamaan, penghargaan pada masa lalu, ketabahan dan kesabaran yang merupakan  nilai-nilai  masa lalu. Nilai-nilai tersebut dipuji setinggi langit, tetapi  dicemooh oleh para naturalis.

Penulis warna lokal berfungsi sebagai sejarawan. Mereka menghargai tradisi dan mencatat kehidupan  orang desa yang tidak  mekanis dan sederhana. Mitchell menambahkan bahwa ciri fiksi warna lokal adalah mempertahankan dan memelihara  jati diri individu. Para tokoh warna lokal berpijak pada tradisi,  masa lalu, dan warisan kekuatan moral yang mampu menghadapi  saat-saat krisis.

Karya warna lokal menggambarkan secara akurat dan detail mengenai manusia dan lingkungannya. Pengarang dalam karya-karyanya berfungsi sebagai orang luar atau  pengamat. Mereka tidak ikut menginterpretasikan, tetapi hanya memberikan gambaran seperti apa adanya. Gaya bahasa mereka merupakan ungkapan semua pengamatan yang mereka lakukan.

Dengan gaya bahasa, mereka membujuk, mendukung, atau membela diri. Pertengahan abad XIX merupakan zaman prosa naratif ketika cerpen dan novel mencapai kematangan dalam bentuk, tema, dan bahasa yang diwariskan kepada penulis abad XX untuk dikembangkan. Bentuk dan tema tulisan tidak terbatas, penggunaan bahasa juga sangat lentur dan tidak terikat pada pemakaian bahasa baku.

Secara umum sastra warna lokal bermula pada dua tradisi yaitu pertama, humor frontir yang biasanya menggunakan dialek yang ekstensif. Pembaca terbiasa dengan konvensi dialek sketsa humor frontir. Tradisi humor frontir membentuk  dua macam fiksi warna lokal yaitu anekdot dan sketsa karakter. Humor frontir merupakan karya khas Amerika, dan penulisnya disebut penulis warna lokal. Dalam perkembangannya, humor frontir menjadi fiksi domestik dan berwarna lokal. Fiksi tersebut kemudian diterbitkan dengan sirkulasi yang lebih luas. Harte mengatakan bahwa humor ala Amerika telah membebaskan Amerika dari ikatan tradisi Inggris.

Tradisi kedua adalah the truth without the stretchers (kebenaran tanpa pembawa) yang merupakan unsur fiksi warna lokal yang ditulis oleh penulis-penulis perempuan. Regionalisme merefleksikan kebudayaan perbedaan jenis kelamin pada abad XIX. Dalam pendahuluan American Women Regionalists 1850-1910, Fetterley berpendapat bahwa laki-laki kulit putih tidak menulis teks yang sama seperti penulis perempuan kulit putih atau kelompok minoritas lain. Penulis-penulis perempuan biasanya saling mengenal, saling mengagumi, dan saling berbagi pengalaman. Mereka berpendapat adanya perbedaan  esensial  antara penulis perempuan dan laki-laki, bahkan di antara penulis perempuan yang satu dengan yang lain.

Selain disebut sebagai penulis realis domestik, penulis perempuan juga disebut sebagai regionalis. Feterley merunut asal mula regionalisme yang menurutnya dimulai dari antologi Harriet Beecher Stowe berjudul Uncle Lot, yang diterbitkan pada tahun 1834 di Western Monthly Magazine di bawah judul “A New England Sketch.” Uncle Lot diambil sebagai contoh yang menggambarkan permulaan regionalisme karena dua alasan.

Pertama, walaupun Harriet menggambarkan sketsanya dalam tradisi sastra didaktik New England, dan ceritanya dikategorikan sebagai cerita cinta konvensional, dalam cerita ini Harriet menciptakan dialog dan visi yang mengandung nilai-nilai berciri woman’s sphere, dua hal yang merupakan unsur regional. Melalui sketsa ini Harriet menciptakan dialog dengan beberapa penulis fiksi Amerika misalnya Washington Irving dalam Rip Van Winkle atau The Legend of Sleepy Hollow. Harriet menghubungkan  bagian dialog ini dengan visi dan nilai-nilai yang  bercirikan woman’s sphere.

Penulis regionalis biasanya memfokuskan tokoh untuk melihat perkembangan dan penemuan jati diri, khususnya dalam hubungannya dengan rumah, daerah, dan masyarakat. Tokohnya biasanya seorang yatim piatu atau perempuan yang dikaitkan dengan perempuan lain. Melalui hubungan ini sering terjadi narasi dalam narasi. Protagonis perempuan dan narator dalam fiksi regional sering berkembang jauh dalam konteks komunitas khusus perempuan yang berlokasi khusus, dan mendefinisikan identitas sebagai anggota kolektif, berkaitan, dan berkolaborasi.

Tokoh regionalis cenderung untuk berkembang dalam komunitas asalnya. Oleh karena itu, Fetterley mengatakan bahwa regionalisme merupakan fiksi yang bercirikan empati. Menurutnya, hal inilah yang membedakan dengan fiksi  warna lokal.

Ciri fiksi regional yang lain adalah menaruh perhatian pada peran narator. Narator tidak mengambil jarak dengan tokoh seperti terlihat dalam fiksi warna lokal, dia sendiri bahkan muncul sebagai tokoh. Karena narator mengidentifikasikan diri dalam cerita, pembicara dalam teks merupakan subjek bukan objek. Lebih lanjut Fetterley mengatakan bahwa regionalisme memberikan kontribusi yang sangat besar tidak hanya pada sastra tetapi juga dalam kehidupan nyata.

Ulasan di atas menegaskan unsur penting regionalisme atau/dan warna lokal adalah adanya esensi hubungan antara tokoh dan latar tempat. Hubungan tokoh dengan tempatnya, yaitu lanskap regional, merupakan pusat pencarian identitas diri.  Geografi yang luas menjadi salah satu pokok bahasan dalam pencarian jati diri bangsa. Mereka tidak mempermasalahkan suku bangsa, bangsa,  dan agama. Equality atau kesetaraan. merupakan pokok pikiran yang disampaikan oleh Willa Cather dalam O Pioneers!

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.