Istilah klasisisme menunjuk pada suatu kurun waktu dari akhir abad ke-17 sampai akhir abad ke-18, dan dianggap sebagai gelombang kedua setelah zaman renaissance sebagai gelombang pertama. Klasisisme menekankan pada peniruan karya-karya agung secara harafiah, formal, kurang kreatif, dan meremehkan kreativitas individu.
Pusat klasisisme di Eropa Barat adalah Perancis pada masa pemerintahan Louis XIV, dan Inggris (Dryden dan Pope). Klasisisme merupakan istilah kritik, suatu ajaran yang menunjukkan ciri-ciri kebudayaan Yunani dan Romawi kuno terutama dalam bidang sastra, filsafat, seni, dan kritik.
Klasisisme mengandung arti pemikiran atau sikap tertentu yang diambil dari ucapan-ucapan kritis bangsa Yunani dan Romawi yang ditiru dan dikembangkan melalui sastra dan seni kuno yang meliputi antara lain intelektualitas atau dominasi akal, kesadaran akan bentuk, kesatuan antara desain dan tujuan, kejelasan, kesederhanaan, keseimbangan, pencermatan pada susunan struktur dan logika, keaslian gaya, kepatuhan alur, kendali diri, dekorum (ketaatan pada kaidah), penghormatan terhadap tradisi, peniruan, pemertahanan nilai, dan cita rasa tinggi.
Bangsa Yunani dikenal akan kejernihan berpikir yang tercermin dalam kelancaran, keterusterangan, dan kesederhanaan ungkapan, serta sikap yang mengutamakan pentingnya komunikasi antar sesama daripada pengungkapan pribadi orang per orang.
Dalam pikiran bangsa Yunani kesatuan merupakan gagasan terpenting untuk membuat bangunan dan karya seni secara alamiah. Mereka berusaha menyusun struktur yang simetris, logis, seimbang, harmonis, dan sesuai proporsinya. Mereka memiliki cita rasa kepantasan (decorum), memakai gaya dan pokok pembicaraan yang bermartabat, dan menghindari antusiasme, emosi, dan subyektivitas. Sifat-sifat ini disebut klasisisme.
Meskipun sastra abad ke-19 pada umumnya mengikuti aliran romantik (atau realis pada fase-fase berikutnya), para tokoh masa itu menghasilkan karya yang mencerminkan vitalitas sikap klasik. Pada abad ke-20 semakin terlihat tumbuhnya kembali sikap klasik di dalam praktik kesusastraan dan prinsip-prinsip kritik seperti yang dilakukan oleh T.E Hulme, T.S Eliot, dan Ezra Pound. Sebagian besar puisi dan kritik terbaik pada saat itu mengusung vitalitas klasisisme.
Di dalam kesusastraan Inggris klasisisme merupakan kekuatan penting sejak masa pencerahan atau Renaisans. Dalam zaman ini penulis Yunani dan Romawi dianggap sebagai pengarang yang patut ditiru. Renaisans merupakan kurun waktu pengaturan dan peniruan yang disertai variasi dan persaingan. Tokoh-tokoh yang berpengaruh adalah Virgiluis dan filsuf Cicero sebagai tokoh panutan dalam penggunaan bahasa Latin yang dipakai sebagai bahasa ilmu dan pendidikan
Kaum humanis berperan sebagai pengemban aliran klasik. Bahkan, Spenser, seorang romantik, tidak hanya mengambil materi-materi klasik, tetapi juga mengikuti doktrin-doktrin klasik dan berusaha meniru tokoh-tokoh klasik, yaitu Virgil dan Homer. Sir Philip Sydney berbicara sebagai seorang klasis dalam esei-esei kritiknya berjudul The Defence of Poesy, meskipun dia penulis roman-roman Gerejani (Pastoral Romances).
Ben Johnson adalah pengusung klasisisme dalam puisi Inggris. Sedangkan Milton memperlihatkan keseimbangan yang sempurna antara romantisme dan klasisisme. Sikap dan pandangan klasik mencapai puncaknya pada masa Restorasi dan Augustan dengan tokoh-tokoh, yaitu antara lain, John Dryden, Joseph Addison, dan Alexander Pope. Generasi berikutnya adalah Samuel Johnson yang menjadi panutan semangat klasik yang kemudian disebut sebagai neo-klasik di dalam kesusastraan dan kritik.
Istilah neoklasisisme digunakan untuk klasisisme yang mendominasi kesusastraan Inggris di abad pencerahan dan abad ke-19. Namanya diambil dari model-model pengungkapan sastra, sekumpulan sikap terhadap hidup dan seni pada sastra klasik, dan tulisan Prancis kontemporer.
Aliran neoklasik merupakan reaksi terhadap antusias yang menyala-nyala pada masa renaisans. Aliran ini berpandangan antara lain sebagai berikut. Pertama, manusia memiliki keterbatasan, bersifat dualistis, dan tidak sempurna yang berbeda dengan gagasan renaisans bahwa potensi manusia tak terbatas. Kedua, aliran ini menyampaikan penghargaan atas keteraturan dan kekaguman pada nalar dan aturan-aturan.
Ketiga, neoklasisisme mengutarakan kesangsian atas inovasi dan penemuan. Keempat, aliran ini mengedepankan pandangan yang melihat arti penting manusia dalam kualitas kebersamaan dan aktivitas kelompok.
Kelima, dalam menanggapi antusiasme mistik keagamaan, aliran ini menyodorkan rasa ketuhanan (Deisme yang terkendali). Para kritikus dan penulis sastra klasik melahirkan nilai-nilai artistik tentang susunan, logika, emosi yang terkendali, ketepatan, kebenaran, selera yang tinggi, dan dekorum.
Kesadaran akan kesimetrisan, kecintaan pada desain, serta pandangan terhadap seni sebagai hal yang berpusat pada kemanusiaan menjadikan manusia sebagai pusat pikiran.
Keyakinan bahwa sastra dinilai atas jasanya bagi kemanusiaan menyebabkan pencarian proporsi, kesatuan, harmoni, dan keindahan dalam ungkapan literer bertujuan menghibur, menyampaikan ajaran, dan meluruskan umat manusia sebagai makhluk sosial neoklasisisme pada karya sastra memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
Diksi dan gaya bahasa puisi cenderung konvensional dengan detail yang disesuaikan dengan desain. Pemuasan terhadap akal dari pada perasaan menyebabkan kecintaan terhadap akal pikiran dan kecerdasan. Aspek-aspek alam, antara lain, gunung, laut, dan musim kurang dimanfaatkan dibandingkan dengan bintang, bunga, atau taman.
Sastra mengagungkan bentuk yang menekankan pada kehalusan, kejelasan, dan kecerdasan. Sastra menghindari hal yang samar-samar dan misterius. Sastra menilai tinggi keuniversalan dan dekorum. Sastra meniru unsur-unsur klasik dan mengembangkan bentuk-bentuk serta jenis-jenis sastra klasik, yaitu antara lain, satir dan ode.
Sastra didaktik berkembang pesat. Sikap dan tata krama kaum neoklasik kemudian tergusur oleh romantisme, namun aliran neoklasik telah memberikan dampak menyeluruh yang permanen terhadap sastra dalam memperjelas dan menanamkan ke dalam sastra Inggris tentang pentingnya keindahan-keindahan klasik, yaitu keteraturan, bentuk yang indah, struktur yang seragam, kejelasan, keringkasan, dan pengendaliaan.
Teknik puisi yang dikembangkan oleh Pope juga merupakan warisan yang permanen. Pada abad ke-20 muncul tendensi neoklasik yang kuat pada banyak puisi dan kritik, yang tumbuh dari reaksi menentang romantisisme, dan kesangsian terhadap potensi manusia, serta munculnya penghargaan baru terhadap posisi kecerdasan akal dalam hidup dan seni. Penulis T.S Eliot dan kaum kritikus baru mengusung berbagai isu yang sejalan dengan neoklasisme.