Minggu, November 24, 2024

Asal-usul Terorisme: Khawarij atau Salafi-Wahabi?

Syafiq Hasyim
Syafiq Hasyim
Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Visiting Fellow pada Indonesia Programs ISEAS Singapore. Tulisan ini merupakan pandangan pribadi.
- Advertisement -

Banyak kalangan yang mengasosiasikan tindakan terorisme ini dengan kelompok Khawarij. Secara bahasa berarti mereka yang keluar (khariji). Khawarij adalah kelompok yang keluar dari imam pada zaman mereka atau mereka keluar dari Sahabat Ali R.A. Dalam Mu’jam al-wasit, khawarij adalah satu kelompok dari kelompok Islam yang keluar dari sahabat Ali, mereka juga menolak pendapat Ali dan juga dari sahabat-sahabat lainnya.

Dalam banyak hal, tindakan kaum khawarij dan teroris memiliki kesamaan-kesamaan seperti dalam hal keluar dari kesepakatan umat Islam, kejahatan membunuh mereka yang tidak sehaluan dan lain sebagainya. Namun, jika kita pelajari dari sekian banyak tentang terorisme, bisa dikatakan hampir tidak ada dari mereka yang merujuk dan menyandarkan tindakan dan pemikiran mereka pada kaum khawarij ini. Bahkan hampir semua organisasi dan kelompok teroris menisbahkan diri pada kelompok Sunni.

Selain itu, keberadaan kaum khawarij pada zaman sekarang hampir dikatakan sudah tidak ada lagi. Kaum ibadiah, yang dianggap sebagai ejawantah kaum khawarij modern, justru memiliki pandangan keagamaan yang terbuka pada kelompok lain. Karenanya, menyamakan kaum teroris dengan khawarij menurut saya masih problematik.

Jika dilihat secara seksama dari rekam jejak dan paham yang mereka anut, kebanyakan dari dari kaum teroris dan ekstremis justru benci dan menolak khawarij. Mereka menganggap khawarij itu bukan bagian dari Islam. ISIS, Jamaah Islamiyah dan al-Qaedah rata-rata mendaku diri mereka sebagai kelompok Sunni atau juga bisa disebut Ahlussunnah waljamaah.

Jika memakai definisi Imam al-Syihristani, maka seluruh orang yang keluar dari pemimpin yang benar yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat maka mereka ini bisa disebut sebagai khawarij, kullu man kharaja ala al-imam al-haq al-ladhi ittafaqat al-jama’atu alaihi yusamma kharijiyya (lihat al-Minal wa all-nihal, J. 1, h. 113). Masih banyak lagi definisi tentang kaum khawarij ini.

Jika kita kembali pada pembicaraan jika kebanyakan kaum teroris sekarang ini justru berasal dari kelompok Sunni, maka Sunni yang bagaimana? Apakah seluruh kelompok Sunni itu berpotensi jadi teroris dan jika secara paham keagamaan mereka mengaku Sunni namun dalam tindakan nyata mereka itu seperti kaum khawarij, maka bisa tidak kaum Sunni yang seperti itu kita sebut sebagai khawarij?

Sunni sendiri adalah kelompok keagamaan yang sangat luas. Bahkan kini Sunni menjadi kelompok terbesar umat Islam di Indonesia pada zaman sekarang. Syiah adalah kelompok kedua terbesar umat Islam di sunia. Karena begitu besar dan dominanya, sehingga apa yang disebut Sunni pada masa kini sering dianggap sebagai Islam itu sendiri. Di Indonesia sendiri dan beberapa negara Muslim di Asia Tenggara menganggap Sunni itu Islam. Domanisasi ini tidak terlepas dari sejarah kedatangan Islam di Indonesia yang pada awalnya dibawa oleh penyebar Islam dari kalangan Sunni.

Namun sebagaimana yang saya katakana, bahwa Sunni itu banyak dan bervariasi. Namun dari kecenderungan mereka menafsirkan al-Qur’an dan hadis, Sunni bisa dibagi ke dalam dua; pertama, mereka yang memiliki kecenderungan naqliyah (literalis) dan mereka yang memiliki kecenderungan aqliyah. Naqliyah ini literalis dan mereka yang tergolong dalam kelompok ini adalah madzhab Hanbali dan juga sebagian Syafii, sementara yang aqliyah adalah rasional, mengandalkan ra’yun (nalar) yang lebih dekat dengan madzhab Hanafi.

Bagaimana dengan terorisme seperti ISIS? ISIS menurut banyak studi adalah bagian dari kelompok Sunni. Bahkan ISIS beroperasi dan merekrut anggotanya dari wilayah-wilayah Islam yang didominasi kaum Sunni. Tidak hanya ISIS, Jama’ah Islamiyah dan juga al-Qaedah dulu juga menyatakan afiliasi mereka ke kelompok Sunni. Lalu Sunni yang mana yang menjadi inspirasi kaum teroris?

Banyak kalangan setuju jika Sunni ekstrimlah yang menjadi inspirasi gerakan teror dan kekerasan di lingkungan umat Islam. Bahkan menurut Kyai Said Aqil Siradj (Ketua PBNU), Salafi/Wahhabi terkait dengan tindakan ekstremisme dan terorisme di Indonesia. Kyai Said menyatakan Salafi/Wahabi adalah pintu masuk kaum teroris. Mengapa Salafi/Wahhabi menjadi pintu masuk?

- Advertisement -

Karena di dalam Salafi/Wahhabi terdapat ideologi keagamaan yang kaku dan literal sehingga menuntun banyak orang untuk memahami agama secara hitam putih. Pemahaman hitam putih inilah yang menyebabkan banyak orang menjadi ekstremis. Hal ini sesuai dengan pandangan Syaikh Yusuf al-Qaradawi. Dia berpendapat jika mereka yang biasanya masuk dalam terorisme dan ekstremisme kekerasan adalah mereka yang memahami agama secara literalis. Mengapa literalis menjadi masalah? Karena cara pandang literalis ini hanya fokus pada pengertian harfiyahnya saja, tanpa memikirkan makna-makna dan hakikat-hakikat lainnya.

Karenanya, jika menisbahkan kelompok teroris ke kaum khawarij, saya melihatnya secara berbeda. Dari segi tindakan kekerasan, membunuh orang Islam lainnya, seperti yang kaum khawarij lakukan terhadap sahabat besar memang mereka mirip dengan tindakan kaum teroris masa kini.

Namun dari segi yang lain, saya melihatnya tidak terlalu cocok untuk memasukkan kaum teroris ke dalam kelompok kaum khawarij. Dari segi populasi, kaum Khawarij ini sudah punah. Dari segi ajaran, teologi kaum Khawarij juga tidak berkembang karena tidak ada yang mengembangkannya. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama mereka juga mungkin sudah sulit kita jumpai saat ini. Sarjana dan ulama mereka juga tidak ada yang menonjol di era sekarang.

Justru sekarang ini yang memiliki cara pandang, sebagaimana Syaikh Yusuf al-Qaradawi dan Kyai Said Aqil Siradj, yang memungkinkan para teroris memiliki tautan ideologis adalah kalangan Salafi/Wahhabi. Memang benar, tidak semua kalangan Salafi Wahhabi terlibat dalam gerakan terorisme dan ekstremisme kekerasan. Mereka yang terlibat di dalam gerakan ini biasanya dipanggil sebagai Salafi/Wahabi jihadis karena mereka memiliki orientasi jihad atau perang.

Sebagai catatan, penelusuran asal-usul dan akar ideologi keagamaan kaum teroris dan ekstremis ini perlu dilakukan secara serius termasuk penelusuran kesejarahannya agar kita memiliki cara penanggulangan dan treatment yang pas. Wacana keagamaan publik di Indonesia juga harus mengerti masalah ini agar kita bisa melakukan penilaian yang adil. Yang jelas, keterkaitan terorisme dan ekstremisme dan agama itu harus dijelaskan secara clear, bahwa kaum teroris dan ekstremislah yang banyak mempergunakan dan menyalahkan gunakan agama.

Syafiq Hasyim
Syafiq Hasyim
Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Visiting Fellow pada Indonesia Programs ISEAS Singapore. Tulisan ini merupakan pandangan pribadi.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.