Jumlah anak yang memiliki gangguan pada mata di perkotaan lebih banyak dari pada anak-anak yang tumbuh dan berkembang di pedesaan. Ini menjadi salah satu faktor terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak di perkotaan. Tingkat rabun pada anak mencapai 17,7 hingga 23 persen dan banyak ditemukan di perkotaan.
Profesor Ian Morgan, dari Australian University (ANU), mengatakan bahwa kasus rabun jauh pada anak-anak lebih disebabkan karena faktor budaya, bukan sepenuhnya karena faktor genetik. Anak-anak yang tumbuh di perkotaan lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam ruangan daripada bersosialisasi di luar rumah dengan sinar matahari yang cukup.
Sebuah studi dari jurnal medis Lancet menjelaskan sinar matahari ternyata dapat membantu proses pertumbuhan zat dopamin pada mata yang menghentikan bola mata tumbuh memanjang sehingga mencegah perubahan fokus cahaya pada penglihatan. Ini juga akan mencegah terjadinya rabun terutama untuk pertumbuhan anak.
“Kondisi ini berbeda dengan anak-anak di pedesaan yang terbiasa bermain di luar ruang sehingga penglihatan mereka lebih dinamis dan fleksibel,” ungkap Tri Rahayu, dokter spesialis mata dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain kurangnya bersosialisasi di luar rumah, akrabnya anak-anak moderen perkotaan dengan gadget, smartphone, video game, dan komputer sehingga membuat pertumbuhan indera penglihatan terganggu. Tri Rahayu menjelaskan bahwa pemakaian teknologi komunikasi yang berlebihan membuat mata anak jarang berkedip sehingga mata menjadi kering dan kepala pusing.
“Ini akan beresiko terjadi rabun jauh pada usia dini,” ungkap Tri.
Data riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 mencatat bahwa 10 persen dari 66 juta anak Indonesia usia sekolah (5-19 tahun) mengalami gangguan pada mata. Selain itu, data juga menyebutkan bahwa 4,6 persen dari jumlah penduduk Indonesia menggunakan kacamata dan lensa mata.
Rentannya anak-anak perkotaan terhadap gangguan mata juga disebabkan karena kurangnya pemahaman orangtua terhadap gejala-gejala dari anak yang terkena gangguan mata. Jika anak sering memicingkan matanya jika melihat objek yang jauh, sering memiringkan kepala, dan sering mengeluh pusing maka orangtua harus segera memeriksakan mata anak ke dokter.
Kehidupan sosial di luar rumah juga harus diajarkan kepada anak sejak dini. Anak yang cenderung hanya di dalam rumah dan akrab dengan gadget, selain akan merusak indera penglihatan, juga akan mengurangi tingkat kepedulian sosial. Selain itu, kemampuan anak untuk bersosialisasi juga akan terhambat. [*]