PT Pertamina dilaporkan merugi sebesar Rp 12 triliun. Itu terjadi karena sampai saat ini PT Pertamina masih menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar di bawah harga keekonomian.
Hal tersebut dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said saat melaporkan kinerja kementeriannya kepada Presiden joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin (27/7).
Dia menjelaskan, selain melaporkan adanya kerugian yang dialami PT Pertamina, dirinya juga melaporkan hal terkait perkembangan di beberapa sektor. Meliputi bahan bakar minyak dan sektor kelistrikan.
“Memang, ini adalah kesempatan untuk melaporkan perkembangan semua hal. Setelah Lebaran tidak ada gangguan di sektor energi, listrik, elpiji, juga BBM tidak ada masalah. Tapi di sektor BBM ada kerugian dari pihak Pertamina. Itu juga sudah dilaporkan,” kata Sudirman.
Menurutnya, kerugian PT Pertamina karena penjualan premium dan solar tidak sebanding dengan kondisi saat ini. Di mana harga minyak dunia sedang naik, namun harga pada kedua bahan bakar tersebut tidak mengalami hal serupa.
“Pemerintah juga tidak memberi lampu hijau untuk menaikkan harga BBM untuk saat ini,” tutur Sudirman.
Sementara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, menilai kerugian PT Pertamina harus dilihat secara keseluruhan dari segi bisnisnya. Sejauh ini PT Pertamina masih mempunyai lini bisnis yang menguntungkan.
“Karenanya, persoalan ini harus dilihat konteksnya secara menyeluruh. Operasional Pertamina dilakukan secara menyeluruh. Artinya, di sini bisa ada kerugian, tetapi ada keuntungan ditempat lain,” kata Rini.