Jumat, Maret 29, 2024

Lindungi Anak Dari Tayangan Merusak

ilustrasi Poster sosialisasi tayangan televisi di kantor KPID NTB, Mataram/ANTARA
ilustrasi Poster sosialisasi tayangan televisi di kantor KPID NTB, Mataram/ANTARA

Pada tahun 2012, dilaporkan anak-anak Indonesia menonton televisi sampai 5 jam per harinya. Laporan yang diumumkan Komisi Penyiaran Indonesia tersebut tersebut menunjukkan bahwa anak Indonesia menonton paling lama dibandingkan anak-anak di negara ASEAN lainnya, yang tercatat 2 sampai 3 jam.

Tayangan televisi Indonesia pun beragam, terdiri dari beberapa kategori dan masuk ke dalam penilaian kualitas Komisi Penyiaran Indonesia. Beragamnya jenis program, anak perlu dilindungi dari tayangan yang merusak.

KPI pernah merilis laporan, yang menyatakan bahwa 75% anak-anak Indonesia menonton sinetron dan tayangan hiburan. Akan tetapi, ternyata tayangan sinetron Indonesia  bukan tontonan yang cocok buat anak-anak.

Ironisnya, menurut Kepala Pusat Penyuluhan Kementerian Sosial, Tati Nugraha pernah menyatakan bahwa 57 % sinetron Indonesia mengandung pornografi, yakni menampilkan adegan berpacaran, berpelukan dan berciuman.

Pada penilaian program televisi bulan Maret-April 2015, KPI memberikan penilaian kurang pada kualitas tayangan anak. Jenis program anak hanya mendapat nilai 3,03. KPI memasang nilai 4 pada bagi tayangan yang dianggap berkualitas.

Menurut Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Erlinda, upaya agar perlindungan terhadap anak dari pengaruh buruk tayangan televisi adalah dengan penegakkan hukum.

Di sisi lain, tak semua tayangan televisi Indonesia tidak cocok bagi anak-anak Indonesia. Stasiun televisi mencoba untuk menampilkan tayangan berkualitas dan aman untuk anak. Contohnya adalah tayangan “Olimpiade Cerdas Anak”, yang disiarkan Rajawali Televisi. Tayangan tersebut menampilkan perlombaan cerdas cermat interaktif yang ditunjukkan bagi siswa sekolah mengah atas. Para panelis pada program ini muncul dengan  watak-wataknya masing yang sudah terprogram, seperti judes atau penyemangat.

Selain kualitas tayangan program, penempatan televisi perlu juga untuk diatur. Menurut Psikolog Wanda Anastasia, mengatakan baiknya tidak disediakan televisi di kamar anak. Hal tersebut dilakukan agar anggota keluarga lain dapat mengawasi tayangan yang ditonton anak. Wanda menambahkan, bahwa anak perlu diajak berdiskusi mengenai tayangan yang cocok ditonton.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.