Jumat, Desember 13, 2024

Ini Strategi Perindustrian Hadapi MEA

- Advertisement -
Seorang perajin memahat kayu jati untuk menyelesaikan pembuatan ukiran motif daun klasik khas Jepara di industri mebel kayu di Kediri, Jawa Timur, Rabu (11/2). Menurut perajin, mebel dengan motif ukiran khas daerah Jepara seperti motif klasik, motif daun, motif patung kerajaan, tersebut sangat diminati masyarakat, karena ukiran daerah Jepara, Jawa Tengah tersebut di kenal sangat etnik dan ukiranya halus. ANTARA FOTO/Rudi Mulya
Seorang perajin memahat kayu jati untuk menyelesaikan pembuatan ukiran motif daun klasik khas Jepara di industri mebel kayu di Kediri, Jawa Timur, Rabu (11/2). Menurut perajin, mebel dengan motif ukiran khas daerah Jepara seperti motif klasik, motif daun, motif patung kerajaan, tersebut sangat diminati masyarakat, karena ukiran daerah Jepara, Jawa Tengah tersebut di kenal sangat etnik dan ukiranya halus. ANTARA FOTO/Rudi Mulya

Saleh Husin, Menteri Perindustrian mengatakan untuk menangani persaingan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir 2015 Kementerian Perindustrian mengusung strategi ganda, yaitu ofensif dan defensif.

“Dan fokus pada peningkatan wirausaha baru melalui pelatihan,” katanya melaui keterangan resmi di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, strategi ofensif dilakukan dengan membangun pusat pendidikan dan pelatihan industri. Penerapan strategi dilakukan dengan penguatan sektor Industri kecil menengah, melalui bantuan bagi industri kecil menengah dengan penataan kembali mesin dan peralatan.

Strategi defensif dilakukan dengan konsentrasi pada penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk munafaktur.

Saleh menjelaskan, saat ini tersusun 50 Standar Kompetensi Kerja Indonesia sektor industri serta 25 Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi. Secara berkelanjutan penambahan 15 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan 10 Lembaga Sertifikasi Profesi, terutama bidang industri.

Pengembangan industri kecil dan menengah yang termasuk dalam program ofensif adalah dengan memfasilitasi akses permodalan bagi industri kecil menengah melalui usaha rakyat. Program bina lingkungan.

Menurut data Badan Pusat Statistik, hingga 2013, jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja. “Angka ini akan ditingkatkan dengan melalui percepatan pertubuhan wira usaha,” katanya.

Percepatan itu dilakukan melalui peningkatan wirausaha di daerah tertinggal dan daerah potensial, program Beasiswa Penumbuhan Wirausaha Industri yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Terkait industri tahun ini, merujuk pada pertumbuhan Industri non migas pada triwulan pertama tahun 2015 sebesar 5,21% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,71%.

Sementara, ekspor produk industri hingga Februari tahun 2015 sebesar US$ 17,57 miliar yang memberi kontribusi sebesar 69,16% dari total ekspor nasional yang sebesar  US$ 25,41 miliar.

- Advertisement -

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal total investasi yang masuk pada triwulan pertama pada tahun 2015 mencapai US$ 20,32 juta.[*]

Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.