Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet Psychiatry pada Jumat (9/7) mengatakan, merokok dapat menjadi kontributor penyakit mental, selain kanker dan stroke. Tim penelitian tersebut menghimpun data dari 61 studi yang dilakukan di seluruh dunia antara 1980 dan 2014 dan menemukan bahwa 57% orang yang didiagnosis penyakit psikotik adalah perokok.
Dalam penelitian itu, diteliti 15 ribu perokok dan 273 ribu non perokok. Beberapa di antaranya didiagnosis mengidap penyakit psikosis seperti skizofrenia.
“Orang-orang yang merokok tiga kali lebih mungkin mengalami psikosis,” kata sebuah pernyataan dari Departemen College London King Studi Psikosis, yang mengambil bagian dalam meta analisis.
Para peneliti juga mengemukakan, dalam satu tahun, perokok lebih cepat mengalami penyakit psikosis daripada non perokok. Selain itu, telah lama muncul hipotesis, orang-orang yang mengidap psikosis menghilangkan tekanan atau kebosanan dengan merokok. Mereka kemudian kecanduan untuk merokok karena dianggap sebagai obat untuk mengobati diri sendiri atau obat antipsikosis.
Menurut peneliti, merokok dianggap faktor pemicu meningkatkan psikosis. Paparan nikotin telah meningkatkan pelepasan dopamin hingga menyebabkan psikosis berkembang. Dopain adalah senyawa di otak yang berperan dalam sistem keinginan dan kesenangan sehingga meningkatkan rasa senang. Kelebihan dopamin menyebabkan penyakit psikosis seperti skizofrenia.
Secara terpisah, berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013, jumlah penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang merokok sebesar 36,3%. Dan rata-rata jumlah rokok yang dihisap sebanyak 12,3 batang per hari.[*]
