Kamis, Juni 26, 2025

Guru yang Dekat, Bukan Sekadar Mengajar

Aufa Ihsan MSc
Aufa Ihsan MSc
saya sangat concern dengan pendidikan. suka dengan olahraga, gadget, dan kuliner.
- Advertisement -

Di dunia pendidikan, guru sering kali ditempatkan dalam posisi yang serba formal dan kaku. Harus tegas, harus berwibawa, harus menjaga jarak. Tapi, apakah itu satu-satunya cara menjadi guru yang baik?

Saya pernah menjadi guru dan memilih jalan berbeda. Di luar kelas, saya memanggil siswa dengan sebutan “bro” atau “sis”, saling fist bump sebelum mereka mencium tangan saya. Di dalam kelas, saya tetap disiplin, tegas, dan adil. Jika ada yang melanggar peraturan, saya hukum sesuai kesepakatan.

Saya tidak ingin ditakuti, tapi saya ingin dihormati dan dicintai. Dan hasilnya? Siswa saya nyaman, terbuka, dan tetap hormat dan berprestasi. Bahkan setelah dua tahun saya berhenti mengajar, mereka masih mengirim pesan rindu dan curhat tentang hidup mereka. Ada yang bercerita tentang impian mereka, meminta saran jurusan kuliah, hingga masalah personal.

Namun, pendekatan ini tidak selalu diterima. Beberapa guru senior menilai sikap saya tidak dewasa, tidak mencerminkan sosok guru yang “seharusnya”. Padahal, saya tidak melakukan hal yang melanggar etika. Saya hanya mencoba menjadi manusia yang bisa dirasakan kehadirannya oleh siswa, bukan sekadar pengajar, tapi juga pendengar, pembimbing, dan teman.

Di sinilah letak persoalan kebijakan pendidikan kita. Kurikulum dan sistem pelatihan guru masih terlalu fokus pada aspek teknis: RPP, silabus, metode pembelajaran. Padahal, pendidikan adalah soal hubungan. Siswa tidak hanya belajar dari materi, tapi juga dari cara guru memperlakukan mereka. Kita butuh kebijakan yang mendorong guru untuk menjadi lebih empatik, adaptif, dan relevan dengan dunia siswa.

Program seperti PPG dan pelatihan guru seharusnya tidak hanya mengajarkan cara mengajar, tapi juga cara membangun koneksi. Guru yang bisa menjadi tempat curhat, yang tahu kapan harus tegas dan kapan harus mendengarkan, adalah guru yang akan dikenang seumur hidup oleh muridnya.

Pendidikan bukan hanya soal nilai akademik, tapi juga soal nilai-nilai kehidupan. Bukan hanya soal pengetahuan, tapi juga soal kehadiran. Dan guru yang hadir secara utuh (dalam hati dan pikiran siswa) adalah guru yang sesungguhnya.

Aufa Ihsan MSc
Aufa Ihsan MSc
saya sangat concern dengan pendidikan. suka dengan olahraga, gadget, dan kuliner.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.