Selasa, April 30, 2024

Titik Temu antara Islam dan Liberalisme?

Satrio Alif
Satrio Alif
Peneliti Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin dan kompatibel dengan tantangan zaman, tentu selalu dihadapkan dengan permasalahan antara korelasi suatu pemikiran dengan ajaran islam. Seringkali, terjadi percampuran antara islam dengan pemikiran tersebut seperti pan islamisme. Salah satu isu kontemporer mengenai korelasi antara ajaran Islam dengan suatu pemikiran adalah korelasi ajaran Islam dengan Liberalisme.

Sebelum membahas korelasi antara Islam dan Liberalisme, penulis akan terlebih dahulu memaparkan pengertian mengenai keduanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Islam diartikan sebagai agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt. Islam sendiri sebenarnya dalam bahasa arab berarti selamat. Maksud dari selamat di sini adalah islam merupakan agama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat bagi para pemeluknya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Liberalisme dapat diartikan sebagai aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan berniaga (pemerintah tidak boleh turut campur). Menurut The Encyclopedia of Philosophy, Liberalisme adalah paham yang berusaha memperbesar wilayah kebebasan individu dan mendorong kemajuan sosial.

Dalam pembahasan aliran dalam aqidah, terdapat salah satu aliran yang konteks ajarannya sesuai dengan liberalisme yaitu aliran murjiah. Menurut pembahasan Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam Universitas Indonesia, aliran murjiah ini mengajarkan bahwa setiap orang di dunia adalah seorang muslim meskipun mengerjakan dosa besar. Amal perbuatan, dosa dan kebaikan adalah urusan prbadinya dengan Tuhan. Aliran ini juga memiliki salah satu cabang yang ekstrem di mana mereka berpandangan bahwa seorang muslim yang menyatakan secara lisan tidaklah menjadi kafir, kekufurannya secara lisan tidaklah menjadi kafir karena keimanan atau kekafiran seseorang terletak di dalam hatinya.

Pada masa kontemporer seperti saat ini, terdapat suatu aliran yang memadukan antara Islam dan Liberalisme secara komperhensif yaitu Islam Liberal. Istilah Islam Liberal pertama kali digunakan para penulis Barat seperti Leonard Binder dan Charles Kurzman. Dalam pandangan Lutfie Assyaukanie, Islam Liberal sebagai gerakan pertama kali muncul pada tahun 1798 atau lebih dari 2 abad yang lalu. Tepatnya itu saat Napoleon Bonaparte datang pertama kali sampai di Mesir. Itulah pertama kali munculnya pertemuan antara islam dan pemikiran barat.

Menurut para penganut islam liberal, ajaran islam liberal adalah alat bantu dalam pengkajian ajaran Islam sehingga ajaran agama ini dapat terpelihara dan berdialog dalam konteks dan realita yang produktif dan progresif. Dalam pandangan ini, Islam ingin ditafsirkan dan dihadirkan secara liberal-progresif dengan metode hermeneutik, yakni metode penafsiran dan interpretasi terhadap teks, konteks dan realitas. Sehingga, dapat diartikan bahwa Islam Liberal adalah sekadar alat bantu analisis, bukan kategori yang mutlak.

Islam liberal merupakan hal yang sangat kontras daripada Islam revivalis atau islam tradisional. Islam liberal dalam ajarannya menghadirkan kembali masa lampau untuk kepentingan modernitas kehidupan di masa kini.  Di samping hal tersebut, kaum liberal berpendapat jika islam secara benar, maka ajaran islam sebenarnya sejalan dengan atau bahkan merupakan perintis bagi konsep liberalisme barat.

Satrio Alif
Satrio Alif
Peneliti Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.