Senin, Juni 17, 2024

Buku Sebagai Ruh Pendidikan

Fikri Haikal
Fikri Haikal
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ketua PC IMM Bantul 2023-2024

Pendidikan sebagai laboratorium penguatan sistem berpikir untuk menghadirkan antusiasme terhadap fenomena sosial dan membentuk sistem berpikir, perlu memaknai kembali ruh pendidikan.

Ruh pendidikan dalam banyak ulasan menyebutkan ada kurikulum, kebudayaan, dan akhlak. Penulis tidak menyalahkan ulasan tersebut, tetapi bagi penulis kurikulum merupakan sistem dan teknis menjalankan, mengadvokasi serta mengevaluasi pendidikan, kebudayaan sebagai entitas suatu masyarakat untuk dikembangkan melalui pendidikan, dan akhlak merupakan output pendidikan.

Ruh pendidikan bagi penulis adalah buku. Buku sebagai ruh pendidikan yaitu unsur yang membentuk sistem berpikir manusia. Bangkitnya peradaban manusia tergantung pada sistem berpikirnya tentang hidup, alam semesta dan manusia.

Bangkitnya sistem berpikir tentang kehidupan, alam semesta, dan manusia tergantung sejauh mana bahan bacaan yang dikonsumsi. Buku membentuk cara berpikir, analisis, berbicara dan bertindak manusia (sistem berpikir). Sistem berpikir seseorang akan melekat erat dan memberikan hasil yang berarti, apabila pengetahuannya syarat nilai.

Pengetahuan syarat nilai membentuk sistem berpikir untuk kebermanfaatan sistem kehidupan manusia. Dengan demikian, apabila kita hendak mengubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur, maka tidak ada jalan lain selain mengubah sistem berpikir manusia.

Bukti bahwa sistem berpikir mengharuskan adanya melalui proses membaca (buku), dapat diterangkan sebagai berikut; bahwa segala sistem pengetahuan yang dapat dijangkau oleh seseorang terhadap suatu pemahaman menyeluruh hanyalah melalui buku, tidak ada sistem pengetahuan menyeluruh atau kompleks selain buku. Esai, opini, jurnal, AI hari ini hanya menyodorkan pengetahuan yang umum.

Kilas Balik Sejarah

Eropa pada Abad Pertengahan mengalami zaman kegelapan, karena mengabaikan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah bagi orang-orang Eropa saat itu adalah fatwa gereja, siapapun yang menentang pengetahuan gereja, maka hukuman mati baginya. Contoh nyata seorang ilmuwan dan filsuf Galileo Galilei yang menyatakan bahwa matahari merupakan pusat tata surya, pemahaman ini bertentangan dengan fatwa gereja yang menyatakan bumi lah yang menjadi pusat tata surya.

Kepatuhan terhadap gereja berlangsung sangat lama, di seberang Inggris misalnya dominasi gereja menghasilkan sistem feodalisme, perbudakan dan pembunuhan menjadi pandangan biasa. Sektor kehidupan manusia berjalan lambat, tidak ada perubahan besar yang berarti bagi kehidupan dan kemakmuran masyarakat.

Gereja mendominasi sistem berpikir masyarakat Eropa, di waktu bersamaan orang-orang Islam mulai menyebarkan Islam ke wilayah Eropa. Merasa eksistensi terancam, terjadilah perang salib antara orang-orang Eropa dengan orang-orang yang menyebarkan Islam ke Eropa. Perang ini bermula pada sentimen agama, namun berujung pada perebutan hegemoni kekuasaan dan perebutan wilayah perniagaan.

Zaman kegelapan di Eropa, nyatanya karya-karya dari masa Yunani dan Romawi Kuno diabaikan oleh orang-orang Eropa. Pada proses penyebaran Islam ke Eropa dan berhasil menaklukan, karya-karya dari masa Yunani dan Romawi Kuno seperti Socrates, Plato, Aristoteles, dan lain sebagainya dimanfaatkan oleh cendekiawan muslim dengan melakukan penerjemahan terhadap karya tersebut.

Proses penerjemahan tersebut membawa peradaban Islam pada masa kegemilangan, karena mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu.

Kecintaan terhadap Buku menghadirkan Era Renaissance

Masyarakat Eropa mulai menyadari bahwa mereka selama ini telah mengabaikan ilmu pengetahuan ilmiah. Mereka menyadari bahwa dominasi gereja selama ini menutup kemajuan ke arah yang lebih baik dan tidak menguntungkan bagi banyak orang. Keinginan adanya perubahan dalam bidang sosial, politik, dan budaya, serta ekonomi tidak terelakkan lagi. Berbanding terbalik dengan orang-orang Islam di Eropa yang mulai melemah kekuatannya dan sedikit demi sedikit terlalu fokus untuk bisa memenangkan perang salib, dan justru mengabaikan ilmu pengetahuan.

Italia, meski mengalami abad kegelapan, orang-orang Italia tidak sepenuhnya meninggalkan ajaran Yunani dan Romawi klasik. Mereka tetap mengenyam pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Para sarjana inilah yang mempelajari banyak ilmu pengetahuan dari transkip-transkip zaman klasik dan menjadi motor penggerak perubahan ke arah yang lebih baik dari zaman sebelumnya.

Situasi itulah yang mendorong percepatan adanya renaissance. Menurut Alison Brown (1999 dalam Anisa Septianingrum, 2021) menyatakan renaissance merupakan suatu gerakan yang menggambarkan suatu nilai-nilai dan minat-minat progresif sebagai ganti pemikiran takhayul dan kegelapan yang dibawa oleh pihak gereja.

Perkembangan pesat era renaissance terjadi akibat para cendekia Italia yang mulai tergila-gila dengan buku. Sumber ilmu pengetahuan yang paling terpercaya saat itu adalah buku. Para sarjana yang haus ilmu pengetahuan berlomba-lomba untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya buku. Peristiwa itu menghadirkan pendirian perpustakaan diikuti pendirian sekolah-sekolah baru dengan program pengajaran yang baru pula

Situasi Masyarakat Pendidikan di Indonesia

Pembicaraan di kalangan mahasiswa hari ini tidak lagi memperdebatkan buku bacaannya, melainkan menyibukkan diri pada bermain game online, kapan selesai kuliah, selesai kuliah mau bekerja dimana, dan pembicaraan-pembicaraan oportunis lainnya. Situasi ini tidak terlepas dari kemajuan yang menghantarkan masyarakat pada pemikiran oportunis dan konsumtif. Pendidikan pada akhirnya menyesuaikan diri dengan perkembangan itu. Kita tidak dapat menghentikan kemajuan, tapi kita telah mengabaikan ruh dari kemajuan itu sendiri.

Tidak mengherankan jika kita menemukan fakta yang dilansir dari kominfo.go.id menyatakan bahwa dari hasil penelitian UNESCO Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi Dunia.

Menurut data UNESCO minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 yang rajin membaca. Data ini telah digunakan diberbagai jurnal penelitian pendidikan, khususnya soal literasi di Indonesia. Fakta lainnya, dilansir dari news.detik.com yang dirilis tahun 2023, menyatakan bahwa Joki skripsi berkembang bak cendawan di musim hujan. Jasa konsultasi skripsi tidak lagi malu menawarkan diri kepada khalayak.

Fenomena joki skripsi tidak terlepas adanya permintaan yang melambung tinggi. Mencari jasa joki skripsi hari ini sangatlah mudah, sekali klik pada Google kalimat “Jasa Joki Skripsi”, langsung beribu alamat email atau handphone yang dapat dihubungi. Sistem pendidikan yang dibangun selama ini ternyata memuat kekuatan-kekuatan pasar yang terbilang anonim (Wahono, 2001).

Fakta tersebut bagi penulis tidak mengagetkan, sebab selama penulis menjadi mahasiswa hari ini, orderan jasa skripsi dan tugas yang masuk masih berlangsung. Pendidikan telah kehilangan ruh, dan ruh pendidikan adalah membaca buku. Membaca buku, membentuk sistem berpikir, berucap, dan bertingkah laku.

Masyarakat pendidikan di Indonesia telah benar-benar kehilangan arah dan menghilangkan kesadaran bahwa buku adalah ruh pendidikan. Islam Eropa berjaya dan sejarah renassaince bangkit karena kecintaan terhadap buku.

Fikri Haikal
Fikri Haikal
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ketua PC IMM Bantul 2023-2024
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.