Sabtu, Oktober 12, 2024

Ridwan Kamil dan Blunder Mayoritas

Denny Siregar
Denny Siregar
Penulis dan blogger.
Dua bakal calon Gubernur Jawa Barat, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi (kanan) dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (tengah), menghadiri acara Musyawarah Wilayah ke-4 PKB Jawa Barat, di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (2/8). ANTARA FOTO/Risky Andrianto

Tidak mudah menjadi pemimpin masyarakat di negara kesatuan ini.

Pemimpin harus bisa melepaskan ikatan-ikatan personal dirinya dalam bentuk suku, agama, dan ras karena ia sudah berubah menjadi alat negara. Ketika seorang pemimpin menjadi alat negara, apa pun kebijakannya haruslah menggunakan struktur yang sudah disediakan negara.

Apa yang dilakukan Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung dengan programnya “Butuh Duit? Hayu ke Masjid” telah melukai perasaan banyak orang.

Kenapa? Karena Ridwan Kamil terang-terangan mengelompokkan konsep mayoritas dan minioritas di kota yang dipimpinnya berdasarkan “apa agama seseorang”.

Ridwan Kamil jelas melanggar asas “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang tertuang dalam sila kelima di tubuh Pancasila. Ia merenggut hak sebagian warganya untuk mendapatkan fasilitas yang sama hanya karena ia dikelompokkan dalam kotak “minoritas” agama.

Alasan Ridwan Kamil adalah keadilan yang proporsional, dimana ketika agama yang dianut satu kaum lebih mayoritas dibandingkan agama lain, maka agama mayoritas itu mendapatkan perlakuan yang berbeda.

Sedangkan minoritas hanya wajib dilindungi saja. Entah maksudnya dilindungi dari apa seakan-akan minoritas adalah warga negara yang lemah.

Ridwan Kamil mungkin lupa bahwa ia digaji dari pajak yang dibayarkan oleh semua rakyat tanpa memandang apa agamanya. Dan bagaimana bisa ia dengan tiba-tiba membagi uang pajak yang disalurkan dalam bentuk kredit itu dalam bentuk pengelompokan “mayoritas” dan “minoritas”?

Sulit melepaskan keberpihakan Ridwan Kamil ini dari panasnya Pilkada Jawa Barat yang akan berlangsung sebentar lagi. Meski banyak alasan yang dikemukakannya, kita juga paham bahwa Ridwan Kamil membutuhkan dukungan dari kelompok agama yang merasa mayoritas itu untuk menjadi Gubernur Jawa Barat.

Ridwan Kamil dulu saya harapkan menjadi salah satu kandidat pemimpin nasional pengganti Joko Widodo. Tapi ketika saya melihat bahwa ia ternyata berpihak dengan menyisihkan pihak lain, saya menjadi ragu seragu-ragunya.

Benar kata seorang teman. “Ketika kamu melihat seorang pemimpin tidak punya konsep kerja yang jelas, ia pasti menggunakan isu agama sebagai senjata terkuatnya. Karena hanya itu yang dia bisa…”

Seruput kopi dulu ah…

Denny Siregar
Denny Siregar
Penulis dan blogger.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.