Minggu, Desember 8, 2024

Eating Disorder: Mengapa Harus Takut Makan?

Ananda Adawiyah
Ananda Adawiyah
Mahasiswi Program Studi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Advertisement -
“Lebih baik menahan rasa lapar, daripada menjelma menjadi orang yang mengerikan untuk menghindari nasib yang buruk”

Hallo sobat healthy, kenapa sih kita harus takut untuk makan? Pasti di antara kita pernah merasa bahwa makanan itu terlihat menyeramkan bukan? Contohnya setelah menjalankan program diet dan mendapatkan penurunan angka timbangan, biasanya kita menjadi sangat takut untuk makan. Nah, mungkin saja kamu sudah mengalami gejala gangguan makan atau biasa disebut dengan Eating Disorder, sobat.

Berbicara tentang gangguan makan (Eating Disorder). Apa sih Eating Disorder itu? Menurut (National Institute of Mental Health,2011 dalam Laila, 2013), Eating Disorder adalah suatu penyakit mental yang dapat menimbulkan ancaman serius terhadap pola makan sehari-hari, seperti makan yang berlebihan atau makan yang terlalu sedikit. Lalu, apa saja sih gejala pada Eating Disorder dan bagaimana cara menanganinya jika sudah terkena penyakit tersebut? Yuk, mari kita simaksobat healthy!.

Gejala Eating Disorder

Menurut (Sigman,2003 dalam Laila, 2013), Diagnostic and Statistical Mental Disorder-IV (DSM-IV) menunjukkan ada tiga kategori khusus diagnosis gangguan makan yaitu, Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, dan Binge Eating Disorder.Selain itu, ada juga kondisi yang serupa dengan ketiga jenis gangguan di atas,tetapi secara umum tidak memenuhi kriteria yang ada yaitu EatingDisorder Not Otherwise Specified.

1. Anorexia Nervosa 

Anorexia Nervosa suatu sindrom di mana seseorang dengan sengaja membuat dirinya merasa kelaparan karena takut mengalami kegemukan, padahal memiliki berat badan yang jauh di bawah normal. Contohnya, seperti tidak ingin mencapai berat badan normal, mencari alasan agar tidak mengkonsumsi makanan, dan mempunyai ketakutan yang berlebihan terhadap kenaikan berat badan.

2. Bulimia Nervosa

Bulimia Nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan usaha untuk memuntahkan makanan secara terus-menerus yang sebelumnya dikonsumsi. Gangguan ini ditandai dengan perilaku yang memakan makanan dalam jumlah banyak dan berulang-ulang, lalu memuntah kannya kembali makanan tersebut serta melakukan olahraga yang berlebihan.

3. Binge Eating Disorder

Binge Eating Disorder adalah gangguan makan yang mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak tetapi dalam waktu yang singkat, seperti makan setiap 2 jam sekali. Gangguan ini ditandai dengan merasa tidak mampu mengontrol porsi makan dan makan dalam jumlah yang banyak walaupun tidak merasa lapar. Gangguan Binge Eating Disorder setidaknya berlangsung 2 hari selama 6 bulan.

4. Eating Disorder Not Otherwise Specified

- Advertisement -

Eating Disorder Not Otherwise Specified merupakan kategori gangguan makan yang mana pengidap hanya memiliki sekitar 50% dari sindrom Anorexia Nervosa atau Bulimia Nervosa. Contohnya, seperti seorang wanita yang memiliki kriteria Anorexia Nervosa, tetapi masih mengalami menstruasi secara normal dan berat badannya masih dalam kisaran ideal.

Pengobatan Eating Disorder

1.Terapi Keluarga

Perawatan ini dianjurkan untuk remaja yang didampingi oleh orang tua. Orang tua harus memiliki kendali atas berat badan dan makanan yang dikonsumsi anak. Tujuannya agar anak dapat mengkonsumsi makanan yang sehat serta memudarkan nafsu makan yang berlebihan.

2.Terapi Perilaku Kognitif

Terapi ini dianggap sebagai pengobatan rumah untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang bertujuan untuk menormalkan dan mengatasi masalah psikologis yang berhubungan dengan pola makan.

3.Psikoterapi Interpersonal

Tujuan pengobatan ini untuk membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah interpersonal yang diyakini bekerja untuk gangguan makan. Pengobatan ini tidak fokus langsung pada gejala gangguan makan.

4.Obat-Obatan

Eating Disorder atau gangguan makan tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Akan tetapi, obat-obatan dapat mengontrol keinginan makan yang berlebihan serta menghentikan keinginan untuk memuntahkan makanan yang dikonsumsi.

Obat-obatan masih terbilang kurang terbukti kemanjurannya untuk pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini, bisa diatasi dengan terapi perilaku kognitif karena terapi tersebut bisa dilakukan dalam jangka waktu pendek.

Baik sobat healthy,memang terkadang hidup tampak melelahkan. Tetapi, kita harus yakin bahwa kita kuat dan percaya kalau kita mampu melewati segala kesulitan yang sedang kitaalami. Kita semua adalah pemeran utama dalam cerita hidup kita masing-masing. Jadilah pemeran utama yang mencintai tubuhmu sendiri, karena tubuhmu pantas dimengerti dan disayangi.

Sumber

Chairani, L.(2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis. Jurnal Buletin Psikologi. 26(1). p. 12-13.

Laila, N. N.(2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan Pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. p. 13-27.

Krisnasi, H. dkk(2017). Gangguan Makan Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa Pada Remaja. Jurnal Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. 4(3). p.399-401.

Wilson, G. dkk(2007). Psychological Treatment of Eating Disorder. Jurnal American Psycologist Association. 62(3). p. 199-204.

Herpertz, Stephan. dkk (2011). Jurnal Deutsches Arzteblatt International. 108(40). p.680-683.

Ananda Adawiyah
Ananda Adawiyah
Mahasiswi Program Studi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.