Senin, Mei 13, 2024

HUTRI72- Menjaga Kibaran Sang Saka Merah Putih di Daerah Perbatasan

HUTRI72- Menjaga Kibaran Sang Saka Merah Putih di Daerah Perbatasan

Menjalani kehidupan di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) memang seringkali bikin galau karena sarana dan prasarana di daerah seperti ini sangat sangat jauh dari kemajuan. Membandingkan keadaan disini dengan di Jawa pun sudah banyak ketimpangan mulai dari jalan, air bersih, listrik, kesehatan, pendidikan, dan perekonomian. Semua hal tersebut akan terlihat lebih jauh lagi kesenjangan-nya ketika pembandingnya adalah negara tetangga. Masyarakat yang tinggal di perbatasan Kalbar yang berseberangan dengan Malaysia dengan mudahnya melihat ketimpangan semacam ini karena secara geografis daerah ini daratanya berbatasan langsung dengan negeri Jiran; bagaimana tidak ketika mereka menyeberang ke perbatasan mereka dapat melihat perbedaaan yang signifikan kenampakan negara sendiri dengan negara tetangga. Dalam hal sarana jalan, rata-rata jalan aspal di negara seberang  begitu lebar, bersih, tertata, dan dilengkapi sistem drainase yang baik sementara rata-rata jalan yang di tempat mereka sendiri relatif sempit, tidak rata, berlubang sana-sini, serta tidak mempunyai saluran drainase (bahkan banyak yang tidak berparit sehingga kalau hujan jalanan tergenang air). Belum lagi jalanan yang di kampung kebanyakan masih tanah kuning dan ketika melewatinya harus berjibaku untuk tidak jatuh dan terjebak di lumpur ketika hujan. Dalam hal ekonomi, berbelanja kebutuhan sehari-hari lebih murah harganya jika belanjanya di negeri seberang. Belum lagi dengan ketersediaan lapangan kerja dan standar gaji yang lebih besar di negeri seberang.  Dalam hal pendidikan, bangunan sekolah dan fasilitasnya juga sangat jauh tertinggal. Disini masih bisa kita temukan gedung- gedung sekolah yang berdinding papan kayu, tidak ada listrik dan kelas yang sangat ala kadarnya karena tanpa fasilitas penunjang belajar. Tapi di negeri seberang bangunanya bagus-bagus dan fasilitasnya lengkap. Lalu dalam hal fasilitas kesehatan ternyata banyak orang-orang kaya disini lebih memilih berobat dan memeriksakan dirinya ke rumah sakit di Khucing daripada ke rumah sakit yang ada di negara sendiri.

Masyarakat di daerah 3T rentan untuk mengidolakan Negara tetangga yang notabene nampak lebih bagus dan tertata daripada Negara sendiri namun bagaimanapun juga kecintaan terhadap Negara kita Indonesia harus selalu kita dengungkan dan kita tanamkan di hati masyarakat. Banyak cara yang dapat kita usahakan untuk mengupayakan hal ini dari berbagai aspek.

Dari aspek sarana jalan, sebaiknya pemerintah lebih lagi memfokuskan perbaikan dan pembangunan di daerah-daeraah sperti ini. Meskipun dalam pemerintahan sekarang sudah ada terobosan dan perbaikan seperti adanya Trans Kalimantan yang bisa menghubungkan Indonesia, Malasya dan Brunai namun keberadaaan jalan ini masih belum ideal karena pengaspalan yang belum rata serta keberadaan marka dan lampu penerangan masih sangat minim dan boleh dibilang hampir belum ada.  Proyek lanjutan untuk Trans Kalimantan ini perlu didukung oleh semua pihak yang berkaitan agar jalan ini bisa lebih bagus dan lebih aman. Pihak propinsi ataupun pemda juga perlu memperhatikan jalan-jalan di daerah. Setidaknya jalan-jalan utama yang hancur bisa diperbaiki.

Dari aspek ekonomi, ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menyerap lapangan kerja. Harga sayuran dan buah yang terbilang mahal disini menjadi peluang untuk mengolah sektor pertanian dan agrobisnis. Hanya saja masyarakat perlu pembinaan dan wadah untuk menyalurkan hasil produknya. Jika dinas Pertanian bisa memfasilitasi pengadaan bibit unggul, mengajari pengolahan pupuk organik yang notabene bahan dasarnya mudah didapat di lingkungan sekitar, membuat event penjualan seperti ‘Sunday Market’, serta bisa mendistribusikan produk mereka maka perekonomian masyarakat di daerah perbatsan bisa terangkat lebih baik dan merata.

Dari aspek pendidikan, jika kita sebagai seorang pendidik, untuk memotivasi anak-anak didik kita sesekali lagu Indonesia Raya dapat kita nyanyikan bersama mereka sebelum memulai kelas, film yang mengugah semangat nasionalisme ataupun film pendidikan seperti ‘Laskar Pelangi dan Denias: Senandung di atas awan’ dapat kita putarkan di kelas semampu kita walaupun jika terpaksa harus menggunakan laptop bila tidak ada listrik, lomba menulis puisi bertemakan tanah air dapat kita selenggarakan, serta kita juga bisa mengajarkan mereka memaknai “Bhineka Tunggal Ika” lewat prakarya dan kerajinan kreatif yang melambangkan kebinekaan. Masih sebagai pendidik, kegiatan pengabdian masyarakat juga dapat kita usahakan. Tipikal masyarakat disini yang ‘haus hiburan’ dapat kita manfaatkan untuk mengajak mereka nonton ‘layar tancap’ dan memutarkan film nasionalisme yang bertemakan perbatasan sepeerti ‘Tanah Surga… Katanya’. Memang sih kita harus mau repot untuk melakukan kegiatan karena kita harus mencari kampung yang ada listriknya/ paling tidak ada genset dan membawa sendiri LCD proyektor  dan sound system melewati jalan jelek untuk memutarkan film tersebut. Namun dijamin kegiatan ini akan sangat worthed untuk dilakukan karena warga kampung mulai dari anak-anak kecil, remaja, dewasa, dan lansia pasti akan ramai berkumpul. Hal ini juga pasti bisa menumbuhkan kecintaan terhadap “kampung diri” sehingga masyarakat tidak akan membanggakan kampung di negeri seberang.

Dinas Pendidikan juga bisa mengupayakan agar fasilitas pendidikan di daerah- daerah seperti ini lebih diperhatikan sarana dan prasarananya. Paling tidak fasilitas komputer perlu ada agar anak didik melek komputer karena faktanya ada siswa yang belum pernah tau seperti apa komputer itu apalagi untuk menggunakanya tambah tidak tahu lagi.  Namun hal ini perlu didukung oleh Unit Pelayanan Tekhnis dari PLN yang menyambungkan listrik ke sekolah. Hingga saat ini masih ada sekolah-sekolah yang masih belum mendapatkan aliran listrik karena jalur listrik belum dibangun di kampung tempat sekolah itu berada. Membicarakan hal ini kembali saya teringat curhatan seorang guru yang mengajar TIK di salah satu SMU Negeri disini yang mengatakan bahwa beliau tidak pernah memberikan praktek komputer kepada siswa-siswanya karena disekolah tersebut tidak mempunyai komputer dan parahnya lagi belum ada listrik padahal sekolah tersebut belum terlalu masuk ke kampung. Hal-hal krusial seperti ini jika terus menerus tidak dilengkapi akan membuat galau anak-anak kampung dimana persekolahan di kampung seberang lebih bagus lebih lengkap.

Keberadaan rumah sakit dengan fasilitas yang memadai serta alat-alat yang modern juga harus menjadi prioritas agar masyarakat disini tidak mengidolakan rumah sakit di negeri lain sambil memandang buruk rumah sakit di negeri sendiri. Kebayang kan efek publikasi yang buruk yang pasti akan muncul jika ada kasus kematian karena pelayanan pasien yang tidak memadai? Hal seperti ini yang harus kita hindari agar tidak membuat galau masyarakat perbatasan.

Walaupun banyak ketimpangan dan banyak hal yang harus diperbaiki namun beruntungnya adalah secara sosial budaya semangat cinta Indonesia masih sangat menggema di tanah borneo ini. Ada satu acara tahunan yang selalu dinanti dan dirayakan dengan meriah oleh masyarakat. Acara tersebut adalah peringatan 17-an. Animo masyarakat disini dalam merayakan hari kemerdekaan Indonesia terasa lebih semarak dan lebih greget dibandingkan dengan perayaan serupa di pulau Jawa. Disini setiap Agustus selalu digelar berbagai perlombaan antar kampung hampir di setiap kecamatan. Perlombaan sepak bola dan bola volly adalah dua kegiatan olah raga yang paling popular dan bergengsi untuk dilombakan. Perlombaan-perlombaan seperti ini biasanya sudah dimulai ketika memasuki bulan Agustus, bahkan ada yang sudah dimulai di akhir Juli. Perlombaan- perlombaan seperti ini juga diikuti dengan kegiatan pasar malam. Gema dan meriahnya 17-an selalu riuh terlihat; antusiasme dan semangat masyarakat terutama anak-anak muda jelas terpancar dari cara mereka mempersiapkan acara ini. Tradisi ini yang harus selalu dijaga kelestariannya karena hal inilah cara menjaga dan mengajarkan nasionalisme kepada generasi kita. Bila hal ini sirna mungkin fenomena di Jawa tentang pudarnya kemeriahan perayaan kemerdekaan akan terjadi juga disini. Saya masih ingat betul ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar saya selalu tidak sabar untuk mengikuti perlombaan 17-an namun hal tersebut kini semakin memudar di masyarakat. Anak-anak sekarang (di Jawa) tidak se-antusias dulu dalam menyambut pesta kemerdekaan; bahkan banyak kampung yang hanya mengadakan kegiatan ala kadarnya saja hanya kumpul warga (tirakakatan) sebentar pada tanggal 16 malam lalu selesai pada jam 10 malam. Melihat kemeriahan acara 17-an di Kalbar masih semeriah dan seantusias ini maka Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan. Setidaknya acara ini menjadi obat untuk tetap membanggakan ‘kampung diri’ tanah air Indonesia walaupun negeri tetangga lebih bagus, lebih tertata, dan lebih nyaman.

Ke-tidak nyamanan di daerah perbatasan yang jauh tertinggal dari kemajauan janganlah menjadi boomerang yang akan melukai nasionalisme kita. Ketimpangan dan kesenjangan yang terjadi jangan sampai dimanfaatkan negara lain untuk menarik dan memanfaatkan sumber daya kita yang sebetulnya hebat dan kaya. Masyarakat Indonesia di perbatasan adalah garda terdepan untuk menjaga keutuhan bangsa ini. Jangan sampai mereka merasa tidak merdeka di negara sendiri; jangan pernah ada kesempatan bagi negara lain untuk “memerdekakan” masyarakat perbatasan dari kegalauan kehidupan yang tercipta di negara sendiri.

Salam Bhineka Tunggal Ika.

 

BIODATA PENULIS

Nama                    : Antonius Setyawan, M.Hum.

TTL                       : Bantul Yogyakarta, 07-Agustus-1984

Domisili               : Ngabang, Landak, Kalimantan Barat

Pekerjaan            : Dosen

Kantor                  : STKIP Pamane Talino

Email                     : antonius.setyawan.007@gmail.com

 

 

 

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.