MANDHANINEWS: Mantan anggota DPR dan politisi Golkar. Setya Novanto melayangkan protes keras pada polisi. Hal ini karena perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan aparat hukum terhadapnya.
Seperti yang diketahui, Setnov tersangka kasus E-KTP, dikabarkan kedapatan makan Nasi Padang di sebuah restoran di Jakarta. Sikap ini menurut sumber MANDHANINEWS dilakukan untuk melihat perbedaan antara perlakukan koruptor dan demonstran.
“Kemarin May Day, saya lihat aparat menangkap ratusan buruh, mereka ditelanjangi dan dibotakin. Saya iri,” kata Setnov.
Setnov menduga ada pelanggaran hak asasi manusia yang dialami dirinya. Sebagai terpidana kasus Korupsi yang memenangkan piala citra untuk kategori pura-pura tabrakan terbaik, dia tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk dari polisi.
“Saya tidak terima. Buruh bisa bentrok, dipukulin, ditendang, dicukur gundul, sementara saya sebagai koruptor ditangkap baik-baik, diperlakukan dengan santun, bahkan diperbolehkan makan di warung nasi padang padahal saya harusnya dipenjara, negara kemana?” kata Setnov.
Di tempat terpisah sikap serupa juga dilayangkan oleh mantan pejabat pajak penerima suap, Gayus Tambunan. Menurutnya aparat hukum di Indonesia sudah sangat keterlaluan. Dia bisa berlibur ke Bali, jalan-jalan, makan enak tapi sebagai pengemplang uang rakyat, Gayus mengaku tidak pernah mengalami represi.
“Ya saya iri ya sama buruh, mereka bisa dipukulin, terus diusir, ditembak air, dipermalukan. Saya? Saya cuma bisa liburan ke Bali sambil liat tenis,” kata Gayus.
Gayus juga mengkritisi sikap aparatur negara yang sangat berbeda dalam memperlakukan dirinya dengan waria. Seperti diketahui november tahun lalu satpol PP Lampung merazia tiga waria di lokasi wisata Labuhan Jukung, Pesisir Barat. Petugas kemudian menyemprot mereka dengan air dari mobil pemadam kebakaran (damkar), menyebutnya sebagai “mandi wajib”.
“Saya sebagai laki-laki tulen, narapidana, yang kejahatannya lebih berat merasa sangat malu. Kenapa aparat demikian keras pada kelompok minoritas dan buruh, tapi pada koruptor demikian santun,” kata Gayus.
Dikabarkan bahwa Gayus dan Setnov akan membuat pernyataan sikap. Koruptor Nasional Tolak Langkah Penjara Lemes Santai atau KNTLPLS. KNTLPLS akan mengadvokasi hak-hak koruptor di Sukamiskin untuk mendapatkan hak setara seperti kelas buruh, waria, dan mahasiswa Papua.
“Coba liat, mahasiswa Papua itu demo damai, tak pernah rusuh, tapi kepala mereka diinjak, ditangkap, dianggap makar. Sementara kami koruptor? Kadang dapat sel mewah, kadang juga dikasih ijin buat jalan-jalan,” kata Setnov.
KNTLPLS akan mengirimkan surat pada Presiden Joko Widodo untuk mengakhiri perilaku diskriminatif antara demonstran damai dan para koruptor. Menurut Setnov, Koruptor juga berhak diperlakukan seperti kelas buruh, kelompok minoritas, mahasiswa Papua atau warga di daerah konflik agraria.
Sesekali para koruptor anggota KNTLPLS ingin merasakan intoleransi, kekerasan, dan bentrok. Mereka ingin merasakan pembubaran paksa acara seperti Syiah atau Ahmadiyah yang dilakukan polisi bersama polisi. Menurut Setnov, selama ini polisi dan pemerintah sangat keras terhadap aktivis, tapi lemah lembut pada koruptor.
“Coba di bawah Jokowi, berapa kali diskusi film senyap, atau film dokumenter ekstraktif yang dibubarkan paksa ormas. Kami ini, jangankan dimarahin ormas, mereka baik banget padahal duit rakyat yang kami ambil milyaran,” kata Setnov.
Untuk itu KNTLPLS mendesak aparat negara, dalam hal ini polisi dan satpol PP untuk lebih tegas. “Kami rindu digebukin, kami rindu dibubarkan, selama ini sebagai koruptor kami ini dimanja, ini tidak baik. Tolong pak Jokowi jangan merusak hak asasi kami,” kata Gayus.
“Cita-cita kami, ingin ditembaki aparat saat operasi tangkap tangan korupsi. Selama ini aparat hanya menembaki rakyat saat terjadi bentrok konflik agraria, kami ingin ini berubah,” kata Setnov.