Achmad Zaky, CEO Bukalapak yang postinganya di media sosial twitter menghasilkan tagar Uninstall bukalapak dan Uninstall Jokowi langsung melakukan klarifikasi. Pertama, ia meminta maaf kepada publik atas cuitanya tersebut yang ia sadari bahwa hal tersebut tidak bijaksana.
Dan kedua, ia menyampaikan makna dibalik cuitanya tersebut. “Cuitan tersebut tidak bermaksud untuk mendukung atau tidak mendukung suatu calon presiden tertentu, melainkan ajakan untuk bersama membangun Indonesia melalui penelitian dan pengembangan ilmiah,” Ujar Zaky dalam release klarifikasinya.
Pesan kedua dari klarifikasi tersebut menyampaikan bahwa makna dibalik pesan yang disampaikan Zaky adalah tentang penelitian dan pengembangan ilmiah. Tapi, makna yang diterima masyarakat Indonesia, dan bahkan sebagian para politisi secara umum adalah tentang dukungan Zaky kepada salah satu pasangan calon presiden 02, Prabowo-Sandi.
Setelahnya, Persoalan menjadi rumit ketika hal tersebut masuk ke dalam kancah politik. Lahirnya tagar Unisntall Bukalapak, dan Unisntall Jokowi menjadi salah satu contoh. Lalu, komentar-komentar dari pendukung kedua paslong saling mengisi ruang publik. Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Arya Sinulingga, seperti yang dilansir Tirto.id mengatakan kalau Zaky seperti “kacang lupa pada kulitnya”. Arya mengatakan, selama ini Jokowi sudah begitu banyak membantu Bukalapak–korporasi yang dibuat pengusaha dalam negeri.
Di sisi lain, komentar TKN Prabowo menyatakan bahwa sikap dari TKN Jokowi adalah lebay dalam menanggapi cuitan CEO Bukalapak tersebut. Hal tersebut terlihat dari apa yang dikatakan oleh anggota tim Advokasi dan Hukum BPN Prabowo-Sandi, Habiburokhman seperti yang dilansir detik.com “Kubu TKN diharap jangan lebay dan seolah anti-kritik menagggapi cuit CEO Bukalapak. Selama ini mereka sering mengkritik dan bahkan melemparkan tuduhan negatif kepada pihak lain yang tidak mendukung Jokowi, tetapi giliran ada kritik kenapa mesti gusar?” Ujarnya.
Menanggapi sikap dan perilaku masyarakat, dan politisi yang merespon cuitan dari Zaky tersebut. Seorang Penjagar Ilmu Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, menyatakan bahwa ,” “Masyarakat cenderung brutal mengenai pilihan politik. Beda pilihan saja jadi tidak rasional. Harusnya enggak usah begitu-begitu amat. Repot. Bikin Indonesia enggak maju,” Ujarnya dalam laman Tirto.id
Serba Serbi Komunikasi
Fenomena komunikasi adalah fenomena banyak serba: Serba ada, serba luas, dan serba makna (Aubrey Fisher, dalam Ardianto 2014:17). Dalam persoalan Uninstall Bukalapak tersebut, kita tidak akan membahas fenomena komunikasi serba ada, dan serba luas. Tapi, akan membahas fenomena komunikasi serba makna. Karena disitulah persoalan dari kegaduhan cuitan Ahmad Zaky tersebut.
Mahasiswa semester awal ilmu komunikasi mungkin akan paham bahwa pesan yang disampaikan si pengirim, akan sampai kepada si penerima. Tapi, makna atau maksud yang dikirim oleh si pengirim, mungkin tidak akan tepat atau tidak akan sesuai seperti makna atau maksud si pengirim. Dan terjadilah yang namanya distorsi makna. Karena dalam pesan tersimpan berbagai makna yang didalamnya dipengaruhi oleh latar belakang penerima pesan.
Zaky memaknai pesan yang dikirmnya tentang penelitian dan pengembangan ilmiah. Dan tidka ada kaitanya dengan pemilihan presiden pada 2019. Tapi, masyarakat dan para politisi sebagai penerima, memaknai pesan Zaky tersebut tentang dukungan terhadap capres tertentu. Disitu terjadilah, bagaimana pesan diterima tidak sesuai maksud pengirim.
Maka dari itu, pesan mungkin akan sampai kepada penerima, tapi maksud dari pesan tidak menjamin diterima dengan baik. Maka dari itu terjadilah penyimpangan makna. Makna yang diharapkan Zaky, tidak diterima dengan tepat oleh penerimanya. Dan pada akhirnya, terjadi kegaduhan yang sekarang ini terlihat .Sederhana memang permasalahanya yaitu miss communication.
Meski cuitan Zaky langsung dihapus, tapi tidak mengurangi kegaduhan yang sudah timbul. Karena salah satu serba komunikasi yang lainya menurut Deddy Mulyana adalah Komunikasi tidak bisa ditarik kembali. Ketika pesan sudah disampaikan, tidak ada lagi kesempatan pengirim untuk menarik pesannya kembali. Nasi sudah menjadi bubur. Dan pesan sudah terlanjur dimaknai.
Terakhir, diperlukan kehati-hatian dalam mengatur jari-jari kita, agar tidak terjerumus kedalam kesalahpahaman. Dan kita harus benar-benar paham akan komunikasi, efek komunikasi, dan segala hal mengenai komunikas. Karena pada dasarnya seperti menurut Sapardi bahwa inti kehidupan itu komunikasi dan komunikasi itu inti kehidupan.