Jumat, Mei 23, 2025

Turki Tolak Swedia dan Finlandia karena Rusia atau Netral?

Pautan Akbar
Pautan Akbar
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Andalas
- Advertisement -

Turki ialah salah satu negara yang paling pertama bergabung ke dalam NATO, baru saja NATO terbentuk di tahun 1949, tiga tahun setelahnya yaitu tahun 1952 Turki langsung bergabung dengan NATO.

Dinamika hubungan NATO dan Turki memiliki sejarah yang panjang, kedekatan NATO dan Barat dengan Turki tidak terlepas dari revolusi Turki menjadi negara yang sekuler dan pro barat setelah Perang Dunia I usai.

Turki yang saat ini dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan sangat berbeda dengan Turki yang dipimpin oleh pendiri dan presiden pertama Republik Turki yaitu Mustafa Kemal Atatürk yang sekuler dan berorientasi Barat. Erdogan memimpin Turki dengan gaya yang berbeda dan yang terpenting ialah tidak sejalannya kepentingan-kepentingan Turki dengan Amerika Serikat, sekutu, dan NATO, contohnya seperti ditolaknya proposal Finlandia dan Swedia jadi anggota NATO.

Melansir dari CNBC Indonesia, Turki menjadi anggota NATO pertama yang menentang tegas bergabungnya dua negara tersebut ke dalam NATO, lalu akhirnya diikuti oleh Kroasia yang juga menolak keanggotaan Finlandia dan Swedia.

Kenapa Turki sangat tegas menolak proposal tersebut? Apakah karena Rusia atau tindakan netralitas semata?

Belakangan ini penolakan Turki atas keanggotaan Finlandia dan Swedia dalam NATO dicurigai sebagai bentuk oposisi terhadap keinginan dan kepentingan NATO dan Amerika Serikat, di lain sisi ini menjadi pertanyaan, apakah Turki memang berada di pihak Rusia?.

Melansir dari Al Jazeera News, Erdogan menyampaikan pada jurnalis tentang keinginannya untuk membeli lebih banyak lagi rudal buatan Rusia yaitu Rudal S-400 setelah terakhir kali ia tetap membeli rudal tersebut di tahun 2017 meskipun saat itu ada ancaman sanksi dari Amerika Serikat. Romantisme yang ditunjukkan dalam hubungan Rusia dan Turki ini dikait-kaitkan dengan tindakan Turki yang menolak Finlandia dan Swedia yang ingin bergabung dengan NATO, terlebih lagi tindakan Turki tersebut sejalan dengan kepentingan dan keinginan Putin yang menentang ekspansi NATO ke negara Eropa Timur yang merupakan pecahan Uni Soviet. Meskipun terlihat seperti keberpihakan Turki pada Rusia, ada beberapa alasan kenapa tindakan Turki tersebut merupakan bentuk netralitas semata.

Pertama, melansir dari Al Jazeera News Turki menolak Swedia dan Finlandia karena Turki percaya bahwa dua negara tersebut menyembunyikan kelompok Partai Pekerja Kudistan (PKK) yang dianggap sebagai organsiasi teroris yang ikut andil dalam upaya penggulingan Erdogan di tahun 2016.

Kedua, Turki menyetujui resolusi Majelis Umum PBB untuk menentang Rusia atas penyerangan ke Ukraina, namun anehnya Turki tidak memberikan sanksi pada Rusia.

Ketiga, melansir dari Council on Foreign Relations, beberapa pengamat menilai kebijakan Turki yang berbeda dengan tindakan pro-Ukraina dari Uni Eropa dan NATO sebagai upaya untuk memenangkan hati dua pihak, dengan tetap mendukung kemerdekaan Ukraina dan menawarkan diri sebagai penengah konflik sambil condong ke sisi Rusia.

Pautan Akbar
Pautan Akbar
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.