Selasa, April 16, 2024

Tradisi Sedekah Laut Tegal dan Kepercayaan Mistisnya

Andika Deris
Andika Deris
Student at Indonesian art of Institut of Surakarta Animation Vanilla Monochrome

 

Latar Belakang Tradisi Sedekah Laut

Tradisi sedekah laut di Tegal memang sudah ada sejak lama dan masih dipertahankan hingga sekarang sebagai acara pesta laut bagi para nelayan untuk mensyukuri hasil melaut mereka atas apa yang mereka dapat, tradisi sedekah laut yang sudah menjadi ciri khas bagi para nelayan seluruh Indonesia terlebih lagi untuk daerah pesisir yang merupakan sebuah tradisi sejak zaman leluhur mereka.

Mayoritas masyarakat Indonesia terutama jawa umumnya masih percaya dengan hal – hal yang berbau mistis, meskipun pada zaman sekarang sudah maju dan modern, tetapi masih saja ada beberapa masyarakat yang masih percaya akan keberadaan roh leluhur mereka yang dipercayai secara turun temurun, masyarakat Indonesia mempercayai hal tersebut bukan tanpa alasan, meskipun belum diketahui dengan jelas mengapa masyarakat Indonesia takut jika mereka melanggar pepatah atau lisan yang diucapkan para leluhurnya dahulu meskipun belum dibuktikan secara ilmiah.

Salah satu yang paling menonjol dari budaya di Indonesia adalah budaya jawa  atau sering disebut kejawen, orang kejawen atau orang yang percaya akan budaya – budaya jawa sangat mempercayai apa yang diwarisi oleh para leluhur mereka, budaya kejawen juga mempunyai banyak mitos yang diluar akal sehat manusia, tetapi banyak dari mereka yang mempercayai jika budaya jawa merupakan bentuk rasa hormat kepada para leluhur atau roh pendahulunya.

Kebudayaan kejawen yang sangat beragam telah membentuk berbagai sekte dan tradisi kebudayaan tentang kehidupan di Jawa. Didalamnya pun terdapat beberapa kelompok yang biasanya membahas tentang pelestarian alam seperti Gunung, Laut, Sungai dll. Kebanyakan kelompok tersebut bersifat mistis dan didasarkan pada konsep berkedok agama.

Kebudayaan tradisi sedekah laut di Kota Tegal, masyarakat Kota Tegal yang notabenenya adalah daerah kota pesisir dan masyarakatnya banyak yang menjadi nelayan untuk mencari mata pencahariannya sehari-hari. Para nelayan di Tegal beberapa masih ada yang percaya akan adanya roh atau penunggu yang berada di laut mereka yang keseharian nya untuk mencari ikan.

Kepercayan terhadap roh leluhur diwujudkan dalam bentuk slametan atau syukuran. Salah satu bentuk slametan untuk tumbal yaitu upaya persembahan sesajen untuk penolakan bala. Nelayan di Tegal misalnya, mereka melarungkan tumbal berupa “Ancak” seperti miniature kapal & rumah yang berisi sesajen makanan dan kepala kerbau. Kepala kerbau tersebut memiliki makna agar dijauhkan dari berbagai marabahaya yang ada di laut.

Makna Tradisi Sedekah Laut

 

Dengan adanya tradisi sedekah laut, bagi nelayan kota Tegal memiliki makna tersendiri bagi para masyarakatnya, bukan hanya sebagai ajang pesta budaya, melainkan sebagai ajang silaturahmi bagi para nelayan dan semua masyarakat yang ingin melihat bagaimana kemeriahan sedekah laut. Paguyuban nelayan juga memanfaatkan tradisi ini sebagai acara tahunan budaya dan sebagai roda perputaran ekonomi, pasalnya banyak para wisatawan dari luar yang datang hanya karena ingin melihat upacara sedekah laut, para wisatawan tidak hanya melihat upacara tradisi sedekah laut dari pantai saja, melainkan ikut naik ke kapal untuk melihat langsung proses pelarungan ancak tersebut.

Sedekah laut sedikitnya ada 7 ancak berisikan kepala kerbau dalam bentuk miniatur kapal dan rumah adat yang diangkut secara beramai-amai menggunakan kapal ketengah laut untuk dilarungkan. Pelarungan ancak merupakan puncak acara dari tradisi sedekah laut yang rutin diadakan setahun sekali setiap tanggal 1 bulan Suro dalam kalender Jawa atau 1 Muharam dalam kalender Islam dan selalu dimeriahkan dengan kesenian lokal seperti pagelaran wayang golek pada malam sebelum ancak dilarungkan.

Pelarungan Ancak

Perayaan sedekah laut berlangsung selama 2 hari, mulai dari berdoa memohon perlindungan kepada Tuhan dan mempersiapkan sesajen tumpeng untuk mengarak ancak mengelilingi kota kemudian dinaikkan ke 7 kapal dengan arah yang berbeda – beda dan dibawa ke tengah laut untuk dilarungkan diikutin oleh puluhan kapal lainnya. Setelah ancak dilarungkan air laut yang ada di dekat ancak diguyurkan kedalam dek kapal yang dipercaya airnya bisa membawa berkah dan keselamatan untuk kapalnya.

Wali Kota Tegal, H. Dedy Yon Supriyono dalam sebuah kesempatan menyampaikan rencana kedepannya agar Pemerintah Pusat bisa melakukan revitalisasi Pelabuhan Perikanan Jongor Kota Tegal seluas 60 hektar, agar mampu menampung banyak kapal-kapal ikan yang bersandar.

“Ini merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi kejadian kebakaran kapal di Kota Tegal,” ungkap Dedy Yon.

Selain itu, Wali Kota juga menghimbau kepada seluruh pemilik kapal dan dari nahkoda sampai anak buah kapal (ABK) agar bisa berkerja sama dalam menjaga kapal mereka masing-masing.

“Perlu kerjasama yang baik, pemilik kapal dengan awak kapal, terkait penataan parkir, pemilik kapal memberikan edukasi kepada awak kapal, kapal yang bersandar harus ada yang bergiliran berjaga, aki dilepas, jangan sampai terjadi kebakaran, kompor juga dilepas, selain itu jika sedang menguras menggunakan pompa, agar tetap dijaga jangan sampai mesin terbakar,” jelas walikota Tegal Dedy Yon Supriyono

Andika Deris
Andika Deris
Student at Indonesian art of Institut of Surakarta Animation Vanilla Monochrome
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.