Minggu, Oktober 26, 2025

Timothy yang Terasing adalah Luka Sosial

Ahmad Septian
Ahmad Septian
Guru SMA Negeri 90 Jakarta dan Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran PAI Wilayah Jakarta Selatan.
- Advertisement -

Meninggalnya Timothy seorang mahasiswa di Universitas Udayana bukanlah perkara yang mudah dipahami, karena tragedi ini merupakan aib dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Penyebab meninggalnya Timothy memang disebut-sebut karena perundungan yang dilakukan oleh teman-teman kampusnya, akan tetapi perundungan ini diduga dilakukan secara berulang dan memungkinkan sangat berpengaruh pada psikis almarhum, hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Kasus ini membuktikan bahwa perundungan bisa terjadi di level pendidikan tinggi seperti kampus, dimana pelaku adalah kalangan mahasiswa yang seharusnya memiliki pemikiran dan jiwa sosial yang matang. Orang-orang terpelajar tidak menjamin bebas dari perilaku merundung sesama temannya, alih-alih memberikan rasa hormat terhadap perbedaan.

Berdasarkan studi yang dilakukan FISIP Universitas Airlangga, pada umumnya perundungan terjadi karena adanya perbedaan fisik atau bisa disebut korban memiliki kondisi fisik yang kurang menarik. Hal ini membuktikan betapa masyarakat kita belum bisa menerima atau minimal menghormati setiap perbedaan yang ada pada orang lain termasuk perbedaan fisik.

Adapun bentuk perundungan yang didapatkan oleh korban bisa berupa, dimaki secara kasar atau verbal abuse, pengucilan, dipermalukan di depan umum, diskriminasi, ancaman, hingga kekerasan fisik berupa pukulan dan sebagainya. Faktor yang sering menjadi pemicu perundungan diantaranya candaan, kontestasi di bidang akademik, olahraga dan lainnya, intoleransi, dan yang mengejutkan bahkan perundungan bisa terjadi tanpa adanya pemicu apa pun.

Bukan Hanya Dampak Psikis

Ancaman bagi seseorang bisa saja terjadi bukan hanya yang menyangkut fisiknya, melainkan rasa dijauhi dan dikucilkan dari komunitas sosial akan menjelma sebuah ancaman serius. Seseorang yang merasa tidak diinginkan oleh orang lain rentan menganggap pribadinya tidak lagi memiliki hak untuk hidup. Sebab perundungan yang dilakukan secara berulang akan mengikis rasa aman dalam diri seseorang.

Studi yang dilakukan oleh Naomi Eisenberger dan Kipling Williams dalam “Does Rejection Hurt?” (2003) menyebutkan bahwa penolakan sosial dapat mengaktifkan anterior cingulate cortex bagian dari otak manusia yang biasa aktif pada saat nyeri fisik. Sehingga dapat diartikan bahwa perundungan tidak hanya berdampak pada perasaan emosional seseorang melainkan juga sebagai bentuk ancaman nyata secara biologis.

Dalam sudut pandang evolusi, manusia memiliki kecenderungan terhadap hidup berkelompok, sehingga apabila ada seseorang yang terbuang dari komunitasnya ia akan merasa terancam dari kehidupannya, beberapa ancaman diantaranya adalah kelaparan, serangan predator dan lainnya. Perasaan seseorang ketika dijauhi dan merasa tidak diinginkan secara otomatis akan mengirim alarm pada saraf untuk merespons bahaya.

Bunuh Diri dan Naluri Sosial

Beberapa minggu lalu saya pernah menangani siswa yang melakukan self harm. Menurut keterangan dari orang tua siswa tersebut, perilaku itu dilakukan karena siswa mengalami perundungan di sekolah. Jelas tindakan itu bukan tanpa sebab, pemicunya adalah perasaan tidak diterima oleh teman-temannya dalam lingkungan belajar.

Perilaku yang dianggap aneh oleh kebanyakan orang itu jika kita pahami dalam sudut pandang sosial adalah bentuk dari naluri. Bahkan perilaku menyakiti diri sendiri dapat diartikan sebagai bentuk komunikasi ekstrem dan sinyal bagi seseorang manakala ia merasa tidak lagi memiliki tempat dalam kelompoknya.

Dalam artikel berjudul Gestures of Despair and Hope: A View on Deliberate Self-Harm from Economics and Evolutionary Biology (2008) Edward Hagen dan Paul Watson menyebutkan bahwa ketika seseorang menganggap dirinya beban bagi komunitas, keyakinan itu akan berkembang menjadi tindakan untuk “menghilang” dan berusaha untuk tidak membebani kelompok atau komunitasnya.

- Advertisement -

Artinya secara naluriah, manusia yang mengalami perundungan akan merasa terbuang bahkan perlu membebaskan orang lain dari keberadaan dirinya. Hal ini karena eksistensi diri bagi korban telah hancur dan hilang bahkan dari persepsi dirinya sendiri. Itulah mengapa perundungan menjadi sama berbahayanya dengan bertemu hewan buas yang siap menerkam, bahkan bisa lebih berbahaya karena perundungan membuat eksistensi seseorang mati sebelum dirinya terbunuh.

Perlunya Dukungan

Untuk bisa mengembalikan posisi emosional dan kepercayaan diri seorang korban perundungan, tentunya tidak hanya diupayakan dalam tindakan klinis, sebab perundungan ini berkait dengan situasi sosial. Maka dibutuhkan peran sosial untuk membantu menopang intensitas emosi yang sedang rapuh.

Akan tetapi problemnya, seringkali korban enggan bersuara ketika ia mengalami perundungan, bisa jadi karena malu atau takut menghadapi anggapan orang tentang lemahnya mental dan keyakinan yang keliru bahwa dirinya pantas mendapatkan perundungan.

Jika hal demikian terjadi, perundungan tidak hanya menciptakan situasi mengisolasi seseorang dari kelompok sosialnya, melainkan telah berhasil menjauhkan rasa berani dari dirinya. Luka yang dirasakan korban perundungan jauh lebih dalam dari apa yang dialami korban kekerasan fisik, selain itu ia berdampak lebih nyata bagi kehidupan seseorang.

Oleh karenanya kasus Timothy harus menjadi pelajaran bagi kita mengenai pentingnya menciptakan lingkungan yang suportif, terbuka pada setiap perasaan. Sekolah dan rumah harus menjadi tempat yang kokoh dalam mendampingi setiap persoalan. Kita tidak boleh membiarkan seseorang memendam lukanya sendirian.

Sebagai seorang manusia, kita perlu berada di pihak yang membutuhkan. Jangan ada lagi Timothy lain, apabila kita tidak bisa mencegah perundungan itu terjadi, cara terbaik selanjutnya adalah mengamankan nyawa korban, mendekap perasaannya yang beranjak kabur dari dalam dirinya, dari sikap penerimaan itu mungkin ia akan merasa dibutuhkan kembali dan kita telah menyelamatkan nyawa manusia.

Jangan sampai kita lupa pada mereka yang terasing, karena kesendirian dan kesepian lambat laun bisa membuatnya sakit, meminjam istilah dari seorang psikolog “Di dunia yang semakin terhubung, ironisnya banyak orang yang justru merasa terputus.” Hadirlah bukan sebagai pahlawan, tetapi sebagai teman yang bersedia menerima keterasingan.

Ahmad Septian
Ahmad Septian
Guru SMA Negeri 90 Jakarta dan Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran PAI Wilayah Jakarta Selatan.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.