Rumah Banjarsari Surakarta telah menjadi saksi bisu atas kebangkitan seni yang mampu meresapi jiwa manusia dengan pementasan teater tari “The Wounded Cuts”.
Karya yang berhasil memadukan seni tari, musik, dan visual ini tak hanya mengundang decak kagum dari penonton, tetapi juga menegaskan pentingnya seni dalam penyembuhan luka batin dan pencarian jati diri.
“The Wounded Cuts” merupakan adaptasi brilian dari lakon “Luka-luka Yang Terluka” karya Dhani Darmawan yang pertama kali ditulis pada tahun 1991.
Dengan tema jati diri dan identitas manusia, lakon ini menyampaikan pesan melalui dialog aforisme yang melompat dari satu nilai ke nilai lain, menggambarkan luka-luka yang bertumpuk tanpa penyelesaian. Dhani sendiri menyebut karyanya sebagai pelepasan dari kecamuk pikiran tentang hal ihwal jati diri.
Pementasan ini menunjukkan betapa sutradara Whani Darmawan mampu menyatukan elemen-elemen artistik dengan sangat baik.
Penampilan Danang Pamungkas dan Dewi Galuh Sinta Sari di atas kursi berukuran 35 x 35 cm bukan hanya menonjolkan keseimbangan fisik, tetapi juga tantangan batin yang harus dihadapi dalam hidup. Setiap gerakan mereka adalah refleksi dari keseimbangan batin yang sejati, meskipun mungkin ada konflik dalam kehidupan nyata.
Ilustrasi musik oleh Rio Murti dan Iwan Karak, serta video kreatif oleh Satrio Panji, menambah kedalaman emosional pementasan ini. Pencahayaan yang ditata oleh Surakartans Lighting & Art Kleb memberikan sentuhan magis yang membuat setiap gerakan dan adegan semakin hidup.
Penonton tidak hanya menikmati sebuah pertunjukan, tetapi juga merasakan sebuah perjalanan emosional yang mendalam.
Pementasan ini adalah bukti dari kerja keras dan kolaborasi luar biasa antara semua pihak yang terlibat. Produksi yang dipimpin Zen Zulkarnaen menyatakan bahwa proyek ini bekerja dengan pola berjejaring, menggabungkan seni dengan edukasi manajemen administratif dan kreatif. Kerja sama ini menunjukkan bahwa seni bisa menjadi alat edukasi yang kuat, memperkuat hubungan antar individu dan komunitas.
Lakon teater yang digelar pada Sabtu, 22 Juni 2024 ini juga menampilkan”Teras Publik” yang berlangsung dari pukul 16.00 hingga 22.00 WIB dan berhasil menarik perhatian pengunjung dengan berbagai karya seni interaktif.
Penulis muda Lila Noviastantri berbagi pengalaman dalam menulis dan tari Jawa klasik, sedangkan grup seni cukil Trio Bekicot memberikan workshop. Penampilan musik akustik oleh murid-murid SMKI (SMKN 8) Surakarta dan bazar barang antik Pasar Kenangan juga menambah kemeriahan acara.
Pementasan “The Wounded Cuts” bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebuah manifestasi dari visi besar seni sebagai alat untuk membangun kekuatan bersama dan tumbuh bersama.
Dhani Darmawan yang menyutradarai lakon teater ini menegaskan bahwa seni memiliki kekuatan untuk mengedukasi dan memperkuat hubungan antar individu. Pementasan ini membuktikan bahwa melalui seni, manusia bisa menemukan dan memelihara keseimbangan batin mereka, meskipun dunia nyata penuh dengan luka dan konflik.
“The Wounded Cuts” adalah pengingat akan kekuatan seni yang mampu menyentuh dan menyembuhkan jiwa manusia.
Pementasan ini mengajak kita semua untuk melihat seni sebagai bagian penting dalam kehidupan, sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain, serta sebagai jembatan untuk mencapai harmoni dan keseimbangan dalam hidup.