Kopi dikenal memiliki aroma yang pekat dan kuat. Seiring berkembangnya zaman, kopi diracik dengan rasa yang bervariatif. Orang sering bilang kalau kopi hitam untuk laki – laki karena rasanya yang pahit. Sedangkan kopi latte untuk perempuan karena rasanya yang manis. Padahal dalam biji kopi tedapat kandungan nutrisi dan antioksidan yang baik untuk manusia.
Kandungan Dalam Kopi
Menurut Headline, kopi kaya akan nutrisi dan memiliki antioksidan yang tinggi yang terdapat dalam biji kopi. Di dalam 240 ml kopi mengandung vitamin B1, B2, B3, B5, folat, potasium, magnesium, hingga fosfor, dan antioksidan yang sangat tinggi. Di dalam kopi juga mengandung kafein, stimulan yang dapat meningkatkan fungsi otak dan meningkatkan metabolisme. Rata – rata kafein di dalam secangkir kopi dengan range sekitar 90 – 100 mg.
Kopi Untuk Kesehatan Perempuan
Menurut Hopkins Medicine, orang yang minum kopi memiliki hidup yang lebih panjang, resiko lebih rendah terkena 2 jenis penyakit diabetes, gagal jantung, liver, DNA lebih kuat, stroke, penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson.
Menurut Harvard School of Public Health, perempuan peminum kopi mungkin dapat mengurangi resiko depresi. Nutrisi di dalam kopi dapat mengurasi resiko depresi sebesar 20% pada perempuan yang minum 4 atau lebih secangkir kopi daripada yang hanya minum sedikit atau tidak sama sekali. Dalam studi yang berjudul “Coffee, Caffeine, and Risk of Depression Among Women” dalam Archives of Internal Medicine menunjukkan bahwa orang yang minum kopi bebas kafein, teh, coklat, soft drinks dan jenis minuman lainnya termasuk minuman sedikit kafein tampaknya tidak dilindungi dari depresi.
Selain itu, dilansir dari Science Daily, perempuan yang minum dua atau tiga kopi sehari telah ditemukan memiliki lebih rendah total lemak tubuh dan perut dibandingkan orang yang minum lebih sedikit menurut studi baru di The Journal of Nutrition. Perempuan yang berusia 20 – 44 tahun yang minum dua atau tiga kopi per hari memiliki level lebih rendah dari adiposity, 3,4% lebih rendah daripada orang yang tidak mengonsumsi kopi.
Sementara perempuan berusia 45 – 69 tahun yang minum 4 atau lebih secangkir kopi memiliki presentase adiposity lebih rendah 4,1%. Secara keseluruhan, rata – rata lemak tubuh dipresentasikan sebesar 2,8% lebih rendah diantara perempuan semua usia yang minum dua atau tiga kopi per hari. Dr Lee Smith, Pembaca Kesehatan Masyarakat di Universitas Anglia Ruskin dan penulis senior studi mengatakan bahwa mungkin ada senyawa bioaktif dalam kopi selain kafein yang mengatur berat badan dan berpotensi digunakan sebagai senyawa anti-obesitas.
Hanya saja kopi tidak boleh dikonsumsi oleh perempuan hamil dan ibu menyusui. Menurut The Guardian, perempuan hamil harus berhenti minum kopi untuk mencegah keguguran, kekurangan berat badan bayi dan kelahiran bayi mati, menurut studi International Evidence tentang kafein dan kehamilan. Tak ada level aman untuk mengonsumsi kafein selama hamil dalam jurnal BMJ Evidence-Based Medicine.
Sejarah Kopi dan Perempuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak masalah perempuan minum kopi selama perempuan tersebut tidak hamil atau menyusui. Hasil penelitian juga mematahkan mitos yang menyebabkan perempuan tidak diperbolehkan mengonsumsi kopi.
Menurut Majalah Otten Coffee, pada 1475, masyarakat Turki percaya bahwa kopi mampu mengurangi kram pada perempuan yang datang bulan.
Pada 1600-an, industri kedai kopi merebak ke seluruh Inggris dan dataran Eropa lainnya. Sayangnya hanya kaum lelaki yang boleh nongkrong dan perempuan tidak diundang dalam acara – acara minum kopi. Pada masa itu, perempuan tidak menyukai rasa kopi.
Pada 1674, para perempuan Inggris menunjukkan ketidaksukaannya dengan mengeluarkan petisi yang dikenal dengan “The Women’s Petition Against Coffee”. Pada 1732, komposer asal Jerman Johann Sebastian Bach menciptakan Coffee Cantata yaitu ode (musik) tentang kopi yang menjadi bagian dari gerakan untuk mencegah para perempuan minum kopi. Di Jerman pada masa itu, para lelaki percaya bahwa kopi membuat perempuan tidak subur.
Kopi Sebagai Minuman Maskulinitas
Sejarah kopi dan perempuan bermula dari perempuan yang tidak menyukai kopi, minuman yang didominasi oleh laki – laki hingga melarang perempuan minum kopi karena tidak baik untuk kesehatan. Walaupun dari masa ke masa telah terjadi perubahan termasuk perubahan pada perempuan yang mulai menyukai kopi, tetap saja orang masih mempercayai mitos yang sudah tersebar luas. Maka dari itu, peminum kopi di dominasi oleh laki – laki dan dianggap sebagai minuman para lelaki.
Kita pasti sering mendengar kalimat :
“perempuan kok minum kopi ?”
“kamu ternyata suka kopi” (sambil terheran – heran)
Kalimat tersebut sering terucap karena ada beberapa orang yang masih tidak memperbolehkan perempuan minum kopi. Alasannya adalah tidak baik untuk kesehatan perempuan. Untuk alasan kesehatan, masih bisa diterima. Tetapi, ada yang bilang kalau kopi itu minuman laki – laki karena kopi diminum oleh kebanyakan laki – laki.
Penentuan jenis makanan dan minuman berdasarkan gender telah lama dikonstruksikan oleh masyarakat. Hal itu terdengar aneh seakan – akan maskulinitas laki – laki dan feminitas perempuan akan berkurang akibat makanan dan minuman. Karena itu, minuman kopi menjadi identitas laki – laki atas maskulinitas.
Tidak adanya edukasi secara luas tentang minuman kopi dan hanya diketahui masyarakat dari sisi ekonomi mengingat Indonesia adalah export kopi kedua di dunia setelah Brazil membuat masyarakat masih percaya dengan hal taboo tentang perempuan yang mengonsumsi kopi, walaupun tidak semuanya itu benar.
Padahal kopi juga baik untuk perempuan selama tidak dikonsumsi secara berlebihan dan tidak mengonsumsi kopi lebih dari standar minum antara 2 sampai 3 kopi per hari.
Kopi Di Era Millenial
Saat ini, Minuman kopi bisa dikonsumsi oleh siapa saja tanpa mengkotak – kotakkan makanan dan minuman berdasarkan gender. Kebiasaan minum kopi tidak hanya di dominasi oleh para lelaki. Kopi juga menjadi minuman yang dikonsumsi oleh perempuan.
Selain itu, perempuan juga terlibat dalam industri kopi. Sejak tahun 2000-an, perempuan banyak berkontribusi dalam industri kopi. Menurut International Coffee Organization (ICO), kontribusi perempuan dalam industri kopi sekitar 20 – 30%. Ada perempuan yang menjadi barista dan ada pula perempuan yang membuka usaha kopi seperti cafe.
Memperbolehkan perempuan mengonsumsi kopi dan terlibat dalam industri kopi bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung kesetaraan gender dan menghilangkan pandangan usang tentang larangan perempuan minum kopi, menjadi barista, mempunyai usaha kopi, bekerja di industri kopi tanpa adanya bukti yang jelas dan hasil riset penelitian yang konkret.
Sebenarnya bukan hal yang baru bagi perempuan terlibat dalam dunia kopi. Setiap pagi dan sore seorang ibu atau anak perempuan membuat kopi untuk suaminya atau bapaknya. Masak perempuan yang membuat kopi untuk keluarganya dipermasalahkan juga.