Senin, Oktober 14, 2024

‘Strict Parents’ di Masa Pandemi Merusak Mental Anak

Fitri Nur Azizah
Fitri Nur Azizah
Mahasiswi Hukum Keluarga Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Semenjak meningkatnya penyebaran covid-19, Pemerintah Indonesia membuat berbagai kebijakan. Salah satunya kebijakan untuk bekerja dan belajar dari rumah atau disebut dengan online learning. Kebijakan ini berlaku mulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. Dengan demikian anak nyaris berada didalam rumah selama 24 jam.

Dengan adanya kebijakan tersebut hampir semua kegiatan dilakukan oleh anak maupun orang tua di dalam rumah sehingga sang anak tidak dapat berkumpul bersama temannya. Hal tersebut membuat anak jenuh terutama bagi anak strict parents.

Setiap orang tua memiliki cara tersendiri untuk mendidik anaknya. Ada yang menerapkan pola kedisiplinan yang tinggi, ada pula orang tua yang sangat membebaskan anaknya terhadap pilihan yang disukai anak tersebut.

Pada dasarnya strict parents merupakan orang tua yang ketat atau menempatkan standar dan memberi tuntutan yang tinggi terhadap anaknya. Orang tua seperti ini biasaya memiliki keinginan yang tinggi terhadap cita-cita sang anak yang akan mengakibatkan pelarangan dalam banyak hal. Sang anak dikekang dan hanya boleh melakukan sesuai dengan aturan yang diberikan oleh orang tuanya. Didikan seperti ini kurang baik diterapkan, karena akan menyebabkan anak merasa tertekan dan tidak dapat mengekspresikan diri.

Akibat dari semua itu, sang anak menjadi tidak mandiri dan kurang bisa berpikir luas mengenai apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang tidak dapat mereka lakukan.

Dengan adanya tuntutan yang tinggi dan ketatnya peraturan dari orang tua terkadang membuat anak merasa tertekan dan stress. Apalagi bagi anak yang sudah beranjak dewasa, karena pada usia tersebut mereka sedang dalam fase menemukan jati diri, sehingga mereka sudah memiliki pola pikir dan pandangan hidup sendiri. Sebagai orang tua yang bijak berperan untuk mendukung apa yang dilakukan anak da tetap mengawasi sang anak agar selalu berada dalam jalur yang benar.

Meskipun orang tua memiliki sifat strict parents, mereka harus tetap berwibawa dalam artian, orang tua yang tegas harus berwibawa atau otoriter, tergantung pada tingkat kedisiplinan orang tua dan respon terhadap kebutuhan sang anak. Orang tua tetap harus memberikan kebebasan kepada anak untuk menyampaikan pendapat yang diinginkan anak tersebut. Pola asuh ini akan menghasilkan didikan yang baik untuk  anak.

Adapun dampak negatif strict parents bagi anak:

  • Mejadi stress dan depresi

Stres dipicu oleh tekanan batin, biasanya terjadi disaat situasi berbahaya ataupun sulit.

  • Mengundang gangguan perilaku

Pola asuh yang sangat ketat bisa mengundang gangguan perilaku pada anaknya, karena anak dapat meniru perilaku orang tuanya yang berpegang teguh pada pola asuh yang ketat. Ketika orang tua mendisiplinkan anak dengan kekerasan, ancaman, paksaan, bahkan hukuman, bisa jadi anak akan meniru perilaku tersebut. Membuat sifat membangkang, pemarah, agresif, dan impulsif dapat tertanam di dalam diri anak.

  • Membuat anak suka berbohong

Saat anak di didik untuk dsiplin dengan kekerasan, pengekangan, dan tanpa kasih sayang, akan menyebabkan munculnya rasa takut pada diri anak. Untuk menghindari hukuman dari orangtuanya, alhasil sang anak berbohong. Ditambah, orangtua strict parents tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk mengutarakan kejujuran. Hal tersebut dapat membuat anak jadi suka berbohong dan menyembunyikan sesuatu.

  • Menjadikan anak tidak percaya diri

Seorang anak yang dididik oleh orang tua dengan gaya asuh strict parents membuat anak terbiasa disuapi. Hal ini menyebabkan anak tidak percaya diri dalam mengambil keputusan, karena takut keputusan yang dibuatnya salah dimata orang tuanya.

Lalu bagaimana cara menghadapi strict parents? Berikut beberapa cara untuk  menghadapi orang tua yang strict parents.

  • Me time

Kalian bisa meluangkan waktu untuk me time, seperti jalan-jalan, shopping, atau pergi ke suatu tempat yang membuat kalian rileks. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengistirahatkan pikiran demi menjaga kesehatan mental kalian.

  • Mengalihkan pembicaraan kearah yang positif

Ketika orang tua kalian sedang menuntut atau melarang kalian dalam suatu hal yang tidak kamu sukai, maka kamu bisa mengalihkan pembicaraan ke hal lain yang positif untuk menghindari terjadinya perdebatan ataupun pemicu emosi.

  • Menjelaskan secara perlahan

Kalian dapat memberikan pendapat dan menjelaskan bahwa pilihan kalian itu baik, agar mereka dapat memahami apa sebenarnya keinginan kalian. Dengan ini kalian berpeluang untuk mendapat kan kesempatan memilih pilihan yang kalian inginkan.

  • Memanfaatkan kepercayaan

JIka kalian diberikan kepercayaan berupa kesempatan untuk menentukan pilihan hidup diri kalian, maka manfaatkan kepercayaan tersebut sebaik mungkin.

  • Bersabar

Belajarlah untuk menerima kenyataan bahwa kalian memiliki orang tua yang ketat. Ambil sisi positifnya, mereka seperti itu karena benar-benar menyayangi kalian dan tidak ingin terjadi hal yang buruk dalam kehidupan kalian.

  • Jangan memaksa orang tua untuk berubah

Jangan meminta mereka untuk berubah menjadi seperti orang tua yang kalian harapkan, akan tetapi kalian bisa fokus pada diri kalian dan passion kalian. Tidak ada salahnya kalian mencari dukungan dari pihak luar, seperti sahabat atau komunitas yang kalian ikuti. Itu akan lebih baik daripada kalian menyuruhnya berubah sehingga dapat menyakiti perasaan mereka sebagai orang tua kalian.

Fitri Nur Azizah
Fitri Nur Azizah
Mahasiswi Hukum Keluarga Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.