Nasib disabilitas terkadang tidak diperlakukan sama tidak terkecuali dengan orang-orang albino. Albino adalah orang-orang yang berbeda genetik dengan banyak kulit biasanya. Ciri-ciri dari mereka yang mencolok adalah warna putih pucat yang bisa datang di sebagian tubuh atau bisa mewarnai seluruh tubuh. Hingga pada dasarnya, mereka tidak tahan dengan cahaya matahari. Fakta itulah yang membuat mereka berbeda dan unik di Afrika. Di Afrika, kelompok ini mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan orang-orang normal. Stigma buruk terhadap orang kulit hitam di Amerika Serikat, memperingatkan kita terhadap albino di Afrika.
Hidup mereka memang biasa namun masyarakat yang berada di Afrika membuat keberadaan albino menjadi terancam. Di Afrika, kehidupan orang albino dihantui rasa cemas karena albino dianggap berbeda orang oleh orang sekitar walaupun kulit hitam itu sendiri. Sikap bullying hingga sampai kepada pembunuhan menjadi berita yang lumrah dibicarakan di tanah Afrika.
Buruknya lagi, stigma yang hadir kepada albino di Afrika adalah menganggap bahwa orang-orang albino dianggap memiliki kekuatan magis. Stigma itu menyebar kepada masyarakat luas. Dari stigma buruk ini, banyak kepercayaan adat di Afrika yang kental mendorong mereka untuk membunuh orang-orang albino demi memiliki kekuatan magis tersebut. Kejadian itu merujuk kepada diskriminatif terhadap albino.
Namun, sebenarnya orang albino memiliki status yang sama dengan orang biasanya (normal). Pada kenyataannya di Afrika albino mengalami perlakuan yang berbeda. Dari fakta tersebut bisa menjadi refleksi kepada Indonesia bahwa orang albino tidak sama sekali hidup dalam hal yang magis dan tidak sama sekali mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kepercayaan adat lah yang menggiring opini kepada fakta seperti itu. Untuk itu, masyarakat Indonesia harus pintar dalam memilah opini yang beredar.
Malawi, Zambia, dan Tanzania Sulit untuk Kehilangan Stigma Buruk
Dengan didorong dengan stigma buruk dari masyarakat adat yang berada di Afrika. Keberadaan albino di Afrika menjadi terpinggirkan. Opini buruk tersebut menggiring sampai kepada penjuru Afrika seperti di Malawi, Zambia, dan Tanzania. Tanzania yang dikabarkan merupakan salah satu negara dengan kasus diskriminasi tertinggi terhadap albino. Stigma buruk terhadap orang albino kerap hadir dalam masyarakat.
Melihat dari kondisi sosial, kelompok albino faktanya dipinggirkan dari masyarakat karena dianggap berbeda dan memiliki ‘keunikan’. Dalam beberapa kasus di Afrika, seorang nelayan menjual istrinya yang albino sebesar 2000 poundsterling kepada seorang pengusaha.
Tadi Tanzania yang memiliki kasus tertinggi terhadap orang albino memperlakukan hal yang sama bahkan lebih parah lagi. Di Tanzania ditemukan Ezekiel John (47 thn) tewas mengenaskan karena dibantai di dekat kota Kigoma. Perlakuan yang sama terjadi di Zambia, seorang anak perempuan albino dipotong tangannya ketika lagi tidur oleh sekelompok orang yang tidak dikenal.
Dari beberapa kasus tersebut sebenarnya merupakan buruknya hal yang terjadi di pusaran tanah Afrika. Banyak yang menjadikan orang albino sebagai korban untuk mendapatkan kekuatan magis. Namun, itu hanyalah opini yang sesat dari kelompok adat. Pada kenyataannya, itu adalah pembunuhan yang brutal dan tidak manusiawi.
Usaha selalu dilahirkan oleh kelompok albino tersebut dari stigma buruk masyarakat. Di Tanzania, Pulau Ukurewe menjadi tempat persembunyian kelompok albino. Karena dianggap berbeda dari keluarga maupun masyarakat, kelompok albino mencari tempat yang aman untuk hidup. Pulau itu menjadi ‘surga’ kecilnya kelompok albino di Tanzania karena dari pulau tersebut mereka bisa hidup dengan damai dan tentram tanpa merasa cemas terhadap stigma buruk dari masyarakat.
Dalam usaha lain, Zihada Msembo, Sekretaris Jenderal Masyarakat Albino yang memperjuangankan kelompok-kelompok yang terdiskriminatif di tanah Afrika untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah setempat sebagai kasus yang besar.
Masyarakat Indonesia Jangan Berperilaku yang Sama
Sampai saat ini belum mengetahui secara pasti berapa jumlah penduduk Indonesia yang mengalami albino. Kedudukan mereka di Indonesia sama halnya orang normal. Dari kejadian di Afrika cukup menjadi refleksi bagi Indonesia bahwa stigma buruk tersebut harus dihilangkan.
Apalagi yang terjadi sampai kepada pembunuhan atau mutilasi. Dari data BPS tahun 2010, jumlah suku yang berada di Indonesia sebanyak 1.340 suku. Dari suku-suku tersebut, tentunya punya perbedaan masing-masing dalam memandang albino. Namun, dari suku banyak tersebut, diharapkan mampu untuk berpikir jernih terhadap kelompok albino. Hal itu dimaksudkan dengan tidak memandang rendah albino sebagaimana Tanzania, Zambia, dan Malawi lakukan.
Bersih dari kasus yang brutal bukan berarti tidak ada kasus tentang albino. Rosanah (20) berhenti sekolah karena mendapatkan ejekan dari teman-temannya karena dia albino. Ejekan semacam itu tentu tidak bisa dihindarkan namun bisa dikurangi. Dalam kenyataannya, Albino tidak perlu di diskriminasi di Indonesia. Mereka berhak diperlakukan sama sebagaimana kebanyakan orang normal. Hak-hak mereka harus dilindungi dan tidak perlu mendapatkan stigma buruk yang berbeda dari masyarakat.
Mereka hanya diberikan keistimewaan lahir dengan kulit yang berbeda. Dalam halnya juga, mereka harus mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, bahkan berpolitik sekalipun. Tidak ada yang membedakan mereka dengan orang normal dari segi kapasitas.
Mengurangi stigma buruk terhadap albino bisa dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang stigma-stigma buruk yang beredar. Ejekan dan bullying bisa dikurangi dengan cara memberitahu kepada masyarakat tentang kebenaran dari albino. Sehingga, masyarakat bisa memandang albino selayaknya dengan masyarakat umum lainnya