Jumat, April 26, 2024

Skizofrenia, Penyebab dan Pencegahannya

Eriko Indrawan
Eriko Indrawan
Nama : Eriko Indrawan Mahasiswa UIN Jakarta Prodi Psikologi

Pernahkah anda frustrasi atau tertekan oleh hal-hal sepele? Atau apakah anda merasa sulit membedakan antara fantasi dan kenyataan? Ternyata, ini adalah salah satu ciri khas skizofrenia.

Apa Itu Skizofrenia?

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan manusia yang dapat menyebabkan perubahan pola pikir, perasaan, perilaku dan komunikasi. Menurut Puspitasar (2009), gangguan kejiwaan pasien skizofrenia merupakan penyakit yang lebih kronis dan berbahaya yang dapat melemahkan pasien.

Skizofrenia dianggap sebagai penyakit jiwa yang paling berbahaya dibandingkan dengan penyakit jiwa lainnya. Orang yang menderita skizofrenia cenderung mengalami gejala psikosis, sehingga penderita sulit membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Hal ini disebabkan oleh kejadian buruk yang dialami penderita skizofrenia sebelum kambuh.

Kekambuhan adalah suatu kondisi yang benar-benar mengalami penyakit sembuh. Sekitar 33% orang dengan skizofrenia kambuh dan sekitar 12,1% kembali ke pengobatan untuk mengatasi gejala skizofrenia mereka. Hanya sekitar 20-40% penderita skizofrenia yang dapat disembuhkan, sisanya merupakan skizofrenia kronis yang tidak dapat disembuhkan. Kekambuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, antara lain ekspresi emosi keluarga, pengetahuan keluarga, ketersediaan pelayanan medis, dan kepatuhan minum obat.

Kesimpulan yang penulis dapat dari artikel yang dikeluarkan Halodoc yang berjudul Skizofrenia mengatakan bahwa skizofrenia tidak memandang gender. Tahukah anda? Gangguan mental seperti skizofrenia bersifat netral gender, dan baik pria maupun wanita dapat terkena skizofrenia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa sekitar 20 juta orang di dunia menderita skizofrenia, dan sekitar 2,6 juta orang di Indonesia menderita skizofrenia. Jika seseorang sudah menderita skizofrenia kronis dan parah, mereka lebih mungkin meninggal lebih cepat daripada yang lain. Penderita skizofrenia umumnya mengalami beberapa gejala pada awalnya. Pria biasanya mengalami gejala ini lebih awal daripada wanita. Gejala skizofrenia muncul pada pria di usia awal hingga pertengahan 20-an dan pada wanita di usia akhir 20-an.

Penyebab Skizofrenia

Saat ini penyebab skizofrenia pada manusia belum diketahui secara pasti, namun penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain genetik, kimiawi otak, serta komplikasi kehamilan dan persalinan.

  • Faktor Keturunan (Genetik)

Jika gen yang diwariskan dari penderita skizofrenia begitu kuat sehingga risiko berkembangnya skizofrenia sekitar 10% lebih tinggi, dan meningkat hingga 40% untuk keduanya, maka orang tersebut kemungkinan besar bersifat integratif. Kecenderungan untuk mengembangkan ataksia.

Saya menderita skizofrenia. Namun, tidak ada gen tunggal yang diyakini bertanggung jawab atas skizofrenia herediter. Jika kedua orang tua menderita skizofrenia dan kemudian memiliki anak kembar, kemungkinan hanya satu dari si kembar yang akan mengalami skizofrenia adalah sekitar 50%. Meski demikian, bukan berarti seseorang yang membawa gen skizofrenia akan benar-benar mengalami hal yang sama.

  • Faktor Kimia pada Otak

Orang dengan skizofrenia biasanya memiliki perbedaan pemikiran, struktur dan fungsi otak akibat ketidakseimbangan serotonin dan dopamin di otak. Serotonin dan dopamin adalah pembawa pesan kimia yang mengirimkan sinyal ke sel-sel otak yang merupakan bagian dari neurotransmiter.

Perubahan kadar neurotransmiter yang disebabkan oleh obat membantu meringankan gejala skizofrenia berulang. Menurut peneliti, kelainan pada otak manusia dianggap sebagai salah satu penyebab skizofrenia, meskipun tidak semua penderita skizofrenia terkena, bahkan seseorang yang bukan penderita skizofrenia pun memiliki kelainan pada otaknya. Ini adalah kelainan atau perbedaan pada otak.

  1. Ventrikel otak lebih besar.
  2. Lobus temporal lebih kecil.
  3. Sel-sel otak memiliki lebih sedikit koneksi.
  • Komplikasi Kehamilan dan Persalinan

Penderita skizofrenia rentan mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan yang ditandai dengan berat badan lahir rendah, prematuritas dan kekurangan oksigen saat melahirkan. Ketiganya diduga mempengaruhi perkembangan otak.

Cara Mengatasi Skizofrenia

  • Pengkombinasian beberapa obat-obatan sesuai resep dokter.

Salah satu cara untuk mengobati skizofrenia adalah menggabungkan obat-obatan tertentu dengan psikoterapi. Obat yang diberikan dapat berupa antipsikotik, yang merangsang neurotransmiter di otak. Obat ini dirancang untuk mengurangi kecemasan, merangsang kemampuan berpikir, dan menekan atau meminimalkan halusinasi. Umumnya, dokter memberikan obat antipsikotik pada skizofrenia untuk meredakan atau menghilangkan gejala.

  • Terapi kejut listrik (ECT)

Pengobatan lainnya, yaitu dengan menggunakan terapi kejut listrik atau elektrokonvulsif (ECT). Terapi ECT dilakukan dengan mengalirkan listrik dari luar ke dalam otak penderita yang sudah dianestesi sebelumnya atau dihilangkan kesadarannya, sehingga kerusakan listrik pada otak yang menyebabkan gejala halusinasi dapat dikurangi.

Sejauh ini, tindakan pencegahan yang tepat untuk skizofrenia tidak diketahui. Namun, pemeriksaan dini dapat membantu mengurangi risiko efek gejala. Lingkungan rumah yang harmonis dan damai sangat penting, dan melakukan olahraga teratur dan aktivitas positif juga dapat mengurangi risiko terkena skizofrenia.

Eriko Indrawan
Eriko Indrawan
Nama : Eriko Indrawan Mahasiswa UIN Jakarta Prodi Psikologi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.