Kamis, Maret 28, 2024

Selamatkan Otak, Selamatkan Anak

Nazaruddin Faiz
Nazaruddin Faiz
Pemerhati keberlangsungan kehidupan

Mana ada anak kecil yang benar-benar niat ke sekolah untuk belajar. Mana tau dan peduli mereka dengan pelajaran yang disiapkan guru-guru dalam kurikulum atau konsep lembaganya.

Bagaimanapun juga anak-anak berkembang dengan rasa penasarannya. Anak-anak berperilaku sesuai apa yang dilihatnya.

Orang-orang tua dengan ambisi dan gengsinya meminta anak-anak masuk dalam sebuah taman pendidikan anak usia dini untuk membuktikan kepada tetangga atau saingan bisnisnya bahwa anak mereka lebih hebat dari anaknya.

Anak-anak dalam masanya tak mampu menerima dan menampung keinginan orang tuanya. Mereka yang lebih asyik dengan dunianya. Pergi kesekolah dengan membawa uang jajan. Bermain dengan teman-teman seusianya. Mencari terus sesuatu yang baru, yang tidak mereka temukan di rumahnya.

Bagaimana hari ini pendidikan anak usia dini mulai di masuki otak-otak industrialisasi. Efek persaingan antar lembaga pendidikan membuat sekolah-sekolah saling meninggikan standar kemampuan anak didiknya.

Meski tanpa melihat tahap perkembangan anak yang seharusnya terpatok pada kebutuhan anak di masa usianya. Semua itu menghilangkan hasrat keingintahuan anak-anak pada sesuatu yang mereka anggap menarik.

Nilai-nilai persahabatan antar anak seusianya menjadi sebuah persaingan ambisi kedua orang tuanya. Anak-anak nakal termarjinalkan karena kehilangan rasa percaya dirinya. Anak-anak yang kurang mampu mengikuti dan menuruti keinginan orang tua dan lembaganya menjadi pemalu, lalu mereka dipenuhi rasa ragu untuk maju.

Konsep anak gagal dan anak pintar meracuni kebahagiaan belajar di usia mereka. Satu demi satu benih-benih gejala psikologi muncul dalam otak meraka. Anak-anak depresi, stres, pemarah, pemalu, agresif, dll. Seusia mereka, yang seharusnya mendapatkan dunianya sendiri dan akhirnya terjajah oleh ambisi-ambisi dan juga gengsi para orang tua.

Lalu, anak-anak hidup dalam ketakutan atas kesalahan. Menjadi curang dalam segala hal. Mencari sesuatu yang instan dalam belajar. Otak mereka kaku tanpa ide-ide kreatif dan inovatif yang hilang sejak dini. Anak-anak lalu mulai lupa siapa dirinya.

Nazaruddin Faiz
Nazaruddin Faiz
Pemerhati keberlangsungan kehidupan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.