Minggu, Oktober 13, 2024

Siapa Pahlawan Masa Depan?

Ahmad Munir Hamid
Ahmad Munir Hamid
Dosen yang masih menimba ilmu

Gugur adalah batas akhir dari perjuangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa waktu, tenaga dan harta pun bisa di korbankan dalam ranah perjuangan.

Tak mudah pastinya dalam mewujudkan harapan, harapan untuk bebas dari segala macam penindasan, bebas dari segala kemiskinan, bebas dari kejahiliyaan.

Modernisasi menuntut kemajuan pendidikan juga teknologi, media sosial menjadi sarana yang banyak menarik perhatian sebab Indonesia adalah pengguna Internet terbanyak, terkhusus pada facebook.

Sebagian masyarakat berpendapat bahwa hal ini sangat berbahaya sebab akan terjadinya pergeseran sosial-budaya dan terkikisnya rasa toleransi, namun sebagian juga berpendapat bahwa ini adalah hal yang positif yang bisa menjadi peluang bisnis, dakwah atau sekedar hiburan.

Kebebasan berpendapat ini, kadang sering juga disalah artikan dengan melakukan penghinaan dan penghasutan yang bisa merugikan orang lain. Tak luput pula pimpinan negara yakni presiden, menjadi korban penghinaan sebagian masyarakat yang picik tanpa ada upaya mengkritik untuk kebaikan.

Bahkan yang lebih parah lagi, tokoh politik, pejabat publik pun seakan latah ikut arus dalam fenomena ini. Pendidikan, akal sehat bahkan nurani kadang seakan telah mati demi hanya menuruti nafsu untuk menghina atau mencari salah orang dan ingin di anggap pahlawan.

Apa mereka ini sehat, atau bangsa ini yang sedang sakit?

Pertanyaannya adalah ketika hal-hal itu terjadi berulang-ulang dan pelakunya adalah mereka-mereka saja yang membawa kepentingan partai, golongan atau kelompok dengan mengklaim sebagai perwujudan suara rakyat, aneh bukan…?

Tanpa karya, tanpa kemanfaatan, dan tanpa keihklasan kalian ingin menjadi salah satu pahlawan, atau menjadikan seseorang pahlawan, lantas adilkah tetesan darah mereka yang berjuang membela tanah air, melawan penindasan atas keserakahan ini. Sekali lagi hal ini pun kau anggap hal yang lumrah tanpa ada rasa bersalah.

Kelakuan buruk yang kau pelihara menjadikan pahlawan pun enggan menyapamu, seperti itu kiranya bangsa juga akan mengadilimu. Kisah ini akan selalu dicatat oleh generasi penerusmu untuk membuat penilaian seperti para senior mereka berulah, bahkan keturunanmu yang tak tau hal pun kadang juga terbebani atas lakumu, atas dosamu dan atas keserakahanmu.

Pahlawan berjuang tanpa pamrih, mereka merelakan mengorbankan segalanya karena adanya dorongan yang bernilai kemuliaan, baik atas nama tanah air, kebenaran, atau juga agama, karenanya itu sejalan dengan slogan yang diciptakan oleh para kyai dan ulama’ “hubbul wathon minal iman”, semua elemen masyarakat bersatu padu melawan para penjajah, itulah Indonesia raya.

Maka memaknai peringatan Hari Pahlawan, 10 november sudah seyogyanya kita bisa lebih bijak dalam bersikap, khususnya para politisi, akademisi  pejabat birokrasi hingga musisi. Paling tidak pejabat publik yang sudah “diakui” akan kepiawaian pengetahuan, pengalaman, fans juga basis massanya bisa memberi teladan atau uswah yang bagus kepada masyarakat umum, bisa menjadi inspirasi juga buat generasi yang akan melanjutkan perjuangan dalam membela NKRI, menjaga kedaulatannya bahkan memajukan tanah air tercinta ini.

Upaya menciptakan keharmonisan, kedamaian juga kebermanfaatan telah dibuktikan para tokoh bangsa, kyai dan ulama’, tindakan mereka adalah essensi dari perjuangan pahlawan terdahulu, bagaimana ia menyantuni kaum pinggiran, bagaimana ia membimbing umat, dan bagaimana ia juga berupaya mencerdaskan anak bangsa, serta bagaimana membela kaum minoritas.

Kuburlah egoisme, fanatik berlebihan, merasa paling benar dan upaya melemahkan bahkan mengganti bingkai NKRI dengan apapun, sebab perjuangan kemerdekaan telah banyak menyengsaraka, memakan korban, penderitaan juga penghinaan. Sebaliknya untuk putra bangsa, teruslah berkarya, berinovasi, wujudkan cita-cita negerimu, harumkanlah hingga langitpun kan mencium dan mendengar akan kebaikan yang kau lakukan.

Salam damai Indonesiaku, terimakasih pahlawanku atas perjuangan, pengorbanan dan dedikasimu.

Lamongan, 11 Nopember 2017

AMH

Ahmad Munir Hamid
Ahmad Munir Hamid
Dosen yang masih menimba ilmu
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.