Jumat, April 26, 2024

Romeo dan Juliet dan Kerajaan Abal-Abal

Marjono
Marjono
Alumnus Pascasarjana Universitas Semarang (USM), 2006, Kasubbag Materi Naskah Pimpinan Biro Umum Setda Provinsi Jawa Tengah, 2015-Sekarang, dan Penulis lepas

Adalah Totok Santosa Hadiningrat dan Dyah Gitarja (Fanni Aminadia) yang mendeklarasikan kraton agung sejagat (KAS) tersebut yang beristana di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo (12/1/2020). Riuh rendah para pengikut dengan rangkaian acaranya membuat pertunjukan menarik warga sekitar. Namun agenda itu tidak happy ending. 

Terbitnya kraton ala KAS dalam hemat penulis lebih ditopang pergumulan mimpi seseorang. Bisa jadi Totok dan Fanni pernah dan punya mimpi menjadi sosok raja maupun ratu. Namun, mungkin juga keduanya menasbihkan dirinya memanggul pucuk pimpinan pemerintahan kerajaan/kraton.

Nampaknya, nasib berkata lain keduanya menjalani kehidupan yang jauh dari kenyataan, sekurangnya secara ekonomi. Bahkan disebut-sebut, Totok pernah tinggal di gubug pinggiran rel kereta api di bilangan Ancol Jakarta, dan menyisakan hutang tak kurang Rp 1 milyar. Dikisahkan lagi, ia hanya penjual angkringan di depan rumah kontrakan di Jogjakarta.

Jalan hidup Totok dan Fanni yang tidak bercahaya (kemiskinan) membuatnya merasa kalah daya saing dengan kawan-kawan maupun masyarakat sekarang yang tak sedikit memuja harta.

Di tengah keputusasaannya, pasangan terlarang itu akhirnya mengepakkan sayapnya, melempangkan cita-citanya menjadi sang raja bermodal bualan manis dengan iming-iming yang punya perspektif harta dan jabatan bagi anggota atau pengikutnya.

Kemelaratan bisa saja menjadi senjata ampuh dia menyeret orang-orang miskin untuk menjadi target pasarnya. Disinilah aktor intelektual sang inisiator Fanni dengan otak busuknya bermain agar keduanyaa naik kelas sehingga ada pengakuan dan aktualisasi diri, sebagaimana puncak piramida Abraham Maslow.

Sungguh, Totok dan Fanni menjadi sosok influencer bagi masyarakat yang tanggung dalam berpikir dan memutuskan problematik. Mereka tidak saja irasional, bahkan mengalami kemuncuran (involusi) bepikir.

Secara logika dan kasat mata, dari mana akan mendapatkan uang banyak dengan tidak bekerja. Arsitek kata-kata ala Totok-Fanni telah membius dan melumpuhkan orang-orang yang sedang bangkrut secara akal sehat.

Membaca polah tingkah petinggi KAS itu, sepertinya sedang mengeja, menerjemahkan atau menafsirkan kalimat yang dilontarkan tokoh Arai, “Bermimpilah! Kelak Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu,” dalam Laskar Pelanginya Andera Hirata.

Tampak, raja-ratu KAS hanya bermulut manis dan tak cukup cerdas menjelaskan sejarah dan analognya. Mereka sedang meracau, Totok mengaku penerus dan reinkarnasi Kerajaan Majapahit, juga mengklaim KAS menguasai seluruh dunia. Ia bahkan mengatakan beberapa lembaga internasional yang kita kenal sekarang tak lain adalah kelengkapan kerajaan. Lembaga itu termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Ia bahkan mengatakan Gedung Departemen Pertahanan AS, Pentagon, adalah milik kerajaan. Bukan milik Amerika. Embrio KAS adalah Jogja Development Committee (Jogja DEC) yang menebar janji bahwa anggota akan mendapatkan gaji  Rp 100-200 USD per bulan. Para pengikut wajib setor Rp 3 juta untuk membiayai kelengkapan seragam ala kerajaaan yang dipimpinnya. tiap anggota juga ditarik iuran dengan iming-iming akan mendapat ganti ketika dana dari Bank Dunia cair (tito.id, 15/1).

Menelisik KAS simpulan yang ditangkap adalah potret murung yang menghiasi paras-paras pengikutnya, mereka hanya dipasok diksi-diksi fiksi tanpa pernah ada bukti. Masyarakat hanya beroleh dan makan tipu muslihat penuh kebohongan berlabel kursi jabatan dan kekayaan serta kemapanan. Jual beli kursi jabatan di ranah legislatif dan eksekutif ini pun masih menjadi PR dan tantangan bangsa ini.

Munculnya KAS, runtuhnya KAS membuat tugas yang tak ringan jajaran penegak hukum dan birokrasi. Sebut saja kerajaan/kraton serupa KAS, yakni Sunda Empire, Earth Empire di Tasikmalaya yang berupaya membangun pemerintahan baru dengan Bandung sebagai Mercusuar dunia. Media juga mengungkap adanya kraton Djipang di Cepu, Blora Jateng maupun Kraton Kawitan Amarta Bumi di Limbangan, Kendal Jateng.

Menurut Ketua Umum Forum Silaturahmi Kraton Nusantara (FSKN) sekaligus Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat (ayobekasi,net, 17/1), KAS dan Sunda Empire bisa dikatakan kraton liar, karena tak pernah terdaftar dalam data base FSKN, berbeda dengan kraton Djipang dan Kraton Kawitan Amarta Bumi secara resmi sudah terdaftar di FSKN.

Cogito Ergo Sum

Menyikapi lahir dan keberadaan kerajaan-kerajaan baru di negeri ini penting bagi pemerintah menertibkan kembali keberadaan kraton berikut gelar-gelar yang muncul itu, siapa yang kriminal mana yang kultural dengan inventarisasi dan verifikasi kraton, menggandeng akademisi untuk melakukan riset dan analisis soal kebasahan data maupun dokumen sejarahnya, mengajak kembali para aktor kerajaan fiktif itu kembali ke jalan yang benar tanpa represif. Budaya infrastruktur penting dipikirkan, namun tak kalah penting juga harus dipikirkan infrastruktur budaya.

Selain itu, problem macam kerajaan-kerajaan baru itu menjadi tanggungjawab seluruh pemangku kepentingan mulai desa hingga supra desa, termasuk kiai, ulama, pamong desa dan siapapun untuk pro aktif mengedukasi kepada masyarakat agar tidak gampang tergiur atau terjebak dengan angin-angin surga, sehingga rakyat tidak menjadi Don Kisot yang menyerang kincir angin yang dikira raksasa.

Romatic-nostalgic dengan masa lampau sah saja, tapi harus realistis, tidak ngoyoworo. Di sini pemerintah semakin dinanti track-nya untuk semakin memberikan layanan yang cepat, mudah dan murah sehingga berimbas pada ikhtiar menyejahterakan rakyat.

Forum-forum kumunikasi dan dialog di desa dan masyarakat perlu dirawat, sehingga ketika muncul informasi, kejanggalan dan berpotensi memicu keresahan serta konflik segera disampaikan atau dilaporkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab, sekurangnya kepada institusi pemerintah secara berjenjang. Dengan demikian, persoalan apapun dapat terdeteksi sejak dini, sehingga tidak berlarut dan viral.

Suka tidak suka, kita pun belajar bermimpi dari sang pemimpi. Namun demikian, tetaplah dalam koridor, bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi. Sebagai pamungkas, kita kembali kepada sang filsuf kesohor Rene Descartes dengan, “Cogito Ergo Sum,” saya berpikir maka saya ada. Akal sehat harus mampu meringkus akal bulus. Kita selamatkan rakyat, jangan sampai muncul Totok-Fanni baru.

Romantisme Romeo dan Juliet kerajaan abal-abal yang diperankan oleh sinuhun Totok Santosa Hadiningrat dan permaisuri kanjeng ratu Dyah Gitarja (Fanni Aminadia) berakhir di tangan tangan Polda Jateng (14/1). Angin Pogung bersorak atas respon cepat ini.

.

Marjono
Marjono
Alumnus Pascasarjana Universitas Semarang (USM), 2006, Kasubbag Materi Naskah Pimpinan Biro Umum Setda Provinsi Jawa Tengah, 2015-Sekarang, dan Penulis lepas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.