Jumat, April 26, 2024

Rindu Rubrik Anak

dyah andriyani
dyah andriyani
S1 Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Bis Sekolah yang ku tunggu ku tunggu 

Tiada yang datang

Ku telah lelah berdiri berdiri

Menanti-nanti

Sepenggal lirik lagu anak berjudul Bis Sekolah nampaknya sedikit mampu mengilustrasikan rasa rindu tentang rubrik anak yang termuat dalam media massa berjuluk koran. Koran Kedaulatan Rakyat khususnya edisi hari Minggu menjadi serbuan bagiku dan sekelompok temanku saat masih hidup di sebuah asrama berjarak tak jauh dari rumahku.

Rasanya untaian kalimat yang tersusun sedemikian rupa dalam cerpen memberi nafas hiburan bagi rasa penat setelah mengerjakan tugas piket rutin asrama kala itu. Kami dilarang membawa benda-benda elektronik ke dalam asrama sehingga hanya televisi yang memiliki batas waktu untuk dinikmati serta koran yang setiap hari bisa kami akses.

Koran menjadi benda umum bagi setiap manusia berakal dan tak mengenal usia. Tiap lembar bagiannya boleh digunakan oleh pemegangnya, entah dibaca, ditulisi, atau sekedar sebagai alat pengurang rasa panas.

Melalang buana ke berbagai daerah dengan jenis beragam menjadikan masing-masing keluarga memilih satu sumber koran tertentu untuk dipercaya. Anak menjadi pribadi umum yang berhak menikmati hadirnya surat kabar.

Kemajuan teknologi masa kini memunculkan panorama baru. Setumpuk koran dengan beragam nama mudah kujumpai di rak perpustakaan salah satu perguruan tinggi istimewa, tempatku menimba ilmu.

Variasi media penyampai informasi dan berita rasanya menambah khazanah wawasan dan memberikan banyak pilihan untuk memilihnya. Namun, dari sekian banyak koran tersebut, hanya beberapa saja yang masih melestarikan adatnya untuk memuat rubrik anak dalam lembaran korannya. Meskipun dengan kadar hanya sekali dalam seminggu.

Koran mungkin sepele dan kadang jadi bungkus tempe. Sejatinya, koran menjadi salah satu benda yang dapat secara intensif masuk dalam keluarga, lingkungan pertama dinamika anak. Koran saat ini identik dengan orangtua. Beragam nama koran yang merebak di pasaran, kurang menghidupkan rubrik anak dalam karyanya setiap hari.

Wajar saja jika anak kurang memiliki apresiasi terhadap koran. Mereka hanya sedikit mendapat manfaat dari hadirnya media massa tersebut. Barangkali bagi generasi selanjutnya, surat kabar merupakan benda antik yang khusus dipegang dan dinikmati oleh kaum berumur lebih.

Salah satu faktor dari kurang minatnya membaca koran di kalangan anak muda adalah tidak adanya kebiasaan membaca koran. Hilangnya rubrik anak di berbagai surat kabar menutup akses bagi anak-anak untuk setidaknya berkenalan dengan koran.

Karya berbentuk puisi anak, cerita pendek, kartun, gambar, dan liputan sains menjadi bentuk-bentuk segar dan ringan untuk diterima anak. Rubrik anak dalam surat kabar dibuat sedemikian rupa sehingga mudah disantap dan dicerna anak.

Koran bukan satu-satunya benda ajaib yang dapat menghibur anak dan bukan sihir yang mampu menghipnotis pola pikir anak, namun dirinya yang mudah terjangkau perlu menjadi barang umum tak kenal usia. Semua pihak bisa menikmati dengan porsinya masing-masing.

Sajian rubrik anak kerap mengapresiasi tulisan garapan anak-anak. Tentunya, rubrik anak menjadi salah satu wadah untuk menumbuhkan jiwa kreatif dalam mengotak-atik huruf, anak dapat berkontribusi pada konten koran

Surat kabar digunakan sebagai alat penyebar informasi terjangkau. Katakanlah dengan harga minimal Rp. 3000,- (tiga ribu rupiah) per satuan, kita mampu menikmati isi dan infromasi terkini secara keseluruhan. Bahkan kalau hanya sekedar untuk dibaca, banyak koran loak tersebar di toko-toko serta tempat pengumpulan barang bekas. Akses mendapatkannya sangat mudah.

Jika saja dalam setiap surat kabar, bacaan yang disediakan untuk anak mendapat porsi yang cukup – khususnya bagi setiap anak dalam keluarga yang berkesempatan berlangganan koran – maka dapat tumbuh kebiasaan membaca koran sejak dini.

Rubrik anak yang sebagian besar sudah mati tak terlalu dihiraukan bagi sang empunya surat kabar. Toh, tanpa rubrik anak, surat kabarnya tetap laris terjual dengan isu-isu hangat berkisar politik dan tindak kriminal kejam yang terjadi.

Balutan-balutan gambar dalam sampul koran sering dihiasi oleh renteten kronologi tindak kriminal kejam kasus pembunuhan yang secara langsung dapat dilihat oleh anak. Tidak menjadi masalah saat sebuah koran menyediakan informasi terkini – dan itulah yang dituntut dari keberadaan koran – yang perlu diperhatikan adalah bahwa koran perlu menyediakan wahana bagi anak untuk mendapatkan hiburan.

Anak menjadi makhluk yang kurang terperhatikan, bahkan dalam hal-hal sepele seperti pemenuhan nutrisi bacaan dari keberadaan surat kabar. Meskipun, pada awal berdirinya tidak bertujuan untuk menjadi penghibur anak, namun koran yang terjangkau dan mudah ditemukan setidaknya memberi ruang untuk dapat dinikmati anak.

Dalam sebuah esai karya Kundarti Ari berjudul Mewujudkan Dunia “Totto-Chan”   menuliskan bahwa ”Anak juga berhak untuk berkembang mencakup hak atas pendidikan, informasi, waktu luang, kegiatan seni budaya, kebebasan berpendapat, keragaman, serta hak anak cacat atas pelayanan, perlakuan, dan pendidikan khusus.”

Hak atas infromasi sangat beragam. Pendidikan, dongeng, cerita rakyat dan lain sebagainya merupakan kebutuhan informasi bagi anak-anak. Setidaknya, masa kanak-kanak terselamatkan dengan cerita pendek yang termuat dalam surat kabar meski porsinya hanya selembar.

Orang tua perlu untuk memutar akal untuk lebih memperhatikan situasi tersebut. Seperti penggalan lagu Bis Sekolah, “…ku telah lelah berdiri berdiri//menanti nanti…” Menanti merebaknya koran yang diiringi dengan semakin dihargainya rubrik anak.

dyah andriyani
dyah andriyani
S1 Program Studi Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.