Senin, Oktober 7, 2024

Psikosomatis dan Stres: Komunikasi antara Tubuh dan Pikiran

Willy Riziq
Willy Riziq
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya.

Sakit merupakan hal normal yang bisa terjadi oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab sakit pun dapat bermacam-macam dan bervariasi. Mulai dari imun tubuh yang rendah atau penyebab eksternal seperti tersayat pisau, suhu udara yang sangat dingin, dsb. Namun, pernahkah kalian merasa sakit tapi tidak ada penyebab spesifik yang dapat dijelaskan oleh dokter. Hasil pemeriksaan dokter menunjukan tubuh yang normal, tapi kalian merasa bahwa diri kalian sedang tidak baik-baik saja. Lalu, apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam tubuh kita? Apa kita sedang diguna-guna atau kita sedang emosional saja?

Kenalan dengan Psikosomatis

Kondisi yang sudah saya jelaskan sebelumnya disebut dengan gangguan psikosomatis. Gangguan psikosomatis adalah gangguan atau keluhan secara fisik yang muncul tanpa alasan medis yang jelas, melainkan karena kondisi pikiran dan emosi yang cukup tinggi dan dalam keadaan yang tertekan. Psikosomatis berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau pikiran dan “soma” yang berarti tubuh, secara makna leksikal, psikosomatis adalah gangguan yang melibatkan pikiran dan tubuh yang saling mempengaruhi.

Gangguan psikosomatis bisa datang ke setiap orang dengan gejala yang berbeda-beda, bisa datang dengan gejala ringan, seperti sakit kepala, nyeri panggung, migrain, nyeri ulu hati, dsb. Namun, psikosomatis juga bisa datang dengan memperburuk dan memperparah penyakit yang sebelumnya sudah diderita oleh orang tersebut, misalnya orang yang sebelumnya memiliki riwayat asma, akan semakin parah dengan gangguan psikosomatis ini.

Data penelitian yang dilakukan oleh PubMed Central di amerika  menunjukan bahwa 60% orang yang sebelumnya memiliki penyakit kronis atau penyakit bawaan akan cenderung untuk mengalami depresi atau stres. hal ini dikarenakan orang yang sakit akan cenderung stress untuk memikirkan kesehatannya, sehingga pikirannya akan memengaruhi tubuh dan begitupun sebaliknya.

Kenapa Kita Bisa Mengalami Psikosomatis?

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, psikosomatis terjadi saat kita dalam kondisi tertekan, kondisi tertekan yang menjadi penyebab utama timbul gangguan psikosomatis ini adalah stres. Stres datang dengan berbagai macam sebab, mulai dari kuliah, percintaan, ekonomi, dsb. Stres merupakan hal yang sangat wajar dan dapat terjadi di kehidupan normal setiap orang. Namun, ketika stres berlangsung terus-menerus dan tanpa diiringi dengan istirahat yang cukup makan akan berdampak pada tubuh hingga terjadi gangguan psikosomatis.

Bagaimana stres bisa membuat kita mengalami gangguan psikosomatis?Ketika kita stres atau merasa tertekan akan suatu hal, otak akan mengirimkan sinyal ke tubuh kita dengan memproduksi dan mengeluarkan hormon adrenalin, kortisol dan norepinefrin. Ketika hormon tersebut disebut dengan hormon stres.

Dengan dihasilkannya hormon tersebut, orang akan berada dalam respon fight or flight. Kondisi ini terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan sesuatu yang dianggap mengancam hidup mereka, seperti jika dihadapkan dengan ujian mata kuliah yang sulit, seseorang mungkin berada dalam respon fight dengan belajar keras atau flight dengan pasrah dengan keadaan. Respon-respon tersebut membuat tubuh kita bekerja keras untuk menentukan respon kita.

Ketika kita terlalu lama dalam kondisi fight or flight, tubuh akan terus menerus bekerja dan otak akan terus memproduksi hormon-hormon stres tersebut, sehingga tubuh akan terlalu Lelah dan memunculkan sakit yang mungkin sebelumnya belum pernah kita rasakan. Kemudian ketika kita sakit, emosi kita mungkin tidak karuan, pikiran kemana-mana, hingga akhirnya otak mengeluarkan hormon stres lagi, tubuh bekerja lebih keras lagi, sampai kita mengalami gangguan psikosomatis yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Coping Stress

Stres yang sudah terlanjur bersarang di tubuh kita tentu perlu disembuhkan. Cara yang paling mudah adalah dengan konsultasi kepada psikolog atau psikiater yang lebih berpengalaman. Namun, di sini akan dijelaskan tiga teknik untuk mengenali dan mengatasi, atau biasa disebut dengan coping stress.

Pertama adalah dengan mengetahui gejala-gejala stres yang kamu rasakan. Tentu tidak semua orang tau gejala yang dialami, beberapa orang malah mengabaikan gejala tersebut dengan tetap memaksa tubuh untuk bekerja dengan keras. Gejala-gejala mungkin bisa datang dari hal kecil seperti pusing, mata kunang-kunang, nyeri otot, dsb. Ketika kita sudah mengetahui kalau kita mengalami gejala stres, lebih baik beri waktu kepada tubuh kita untuk istirahat sejenak agar tubuh bisa sembuh setelah bekerja terlalu lama.

Kedua adalah dengan mengetahui sumber stres yang kita alami. sumber stres tentu datang dari masalah-masalah eksternal di sekitar kita, sekolah, rumah tangga, dan hal hal lain yang membuat kita tidak nyaman. Dengan kita mengenali sumber masalah kita akan lebih mudah untuk menangani stres kita dengan step yang ketiga.

Ketiga adalah dengan menangani masalah yang membuat kita stres. teknik ini bisa disebut dengan coping stres. Menangani masalah stres ini bisa dilakukan dengan 2 teknik, emotion-focused dan solution-focused.

Emotion-focused adalah teknik yang dilakukan dengan meregulasi atau mengatasi emosi kita yang terlalu tinggi agar kita tidak terlalu emosional saat dihadapkan dengan situasi yang stressful.

Teknik ini bisa dilakukan dengan kita bercerita kepada orang-orang yang kita percaya. Dengan kita menyampaikan emosi negatif atau uneg-uneg yang sudah terpendam, diri kita akan sedikit lebih tenang, dan akan lebih baik dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Namun, emotion-focused ini hanya berfokus pada emosi kita dan hanya bersifat sementara dan tidak bisa dilakukan secara terus menerus. Karena pada akhirnya kita perlu melakukan Teknik yang kedua, yaitu solution-focused.

Solution-focused adalah cara kita coping stres dengan menyelesaikan langsung sumber masalah yang membuat kita stres tersebut. Misalkan ketika kita dalam masa ujian, cara kita menyelesaikan hal tersebut adalah dengan belajar. Namun, tentu tidak semua masalah bisa kita selesaikan sendiri. Ketika kita sudah tidak tahu lagi jalan untuk keluar, kitab isa melakukan konsultasi kepada psikolog atau psikiater yang lebih berpengalaman.

Dalam gangguan psikosomatis, tubuh dapat mempengaruhi pikiran dan pikiran dapat mempengaruhi tubuh. Sehingga kita perlu memastikan agar pikiran kita dalam kondisi yang baik dan sehat, dalam artian kita tidak terlalu tertekan dalam menghadapi aktivitas sehari-hari, sehingga tubuh juga dapat beraktivitas dalam kondisi sehat dan bugar.

Willy Riziq
Willy Riziq
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.