Jumat, April 26, 2024

PSI dan Kejutan Suara Milenial Jokowi

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi

Harus diakui PSI (Partai Solidaritas Indonesia), partai yang mampu mengkonsolidir kekuataan generasi milenial dalam bingkai politik praktis. Pertanyaanya, mampukah kekuatan PSI mengkonversi suara dukungan untuk Jokowi di Pilpres 2019 nanti?

PSI dideklarasikan 14 November 2014 lalu, belum terekam dengan baik dibeberapa lembaga survey. Bahkan PSI masuk dalam 5 besar partai yang tidak lolos Elektoral Threshold (ambang batas) yang ditentukan. Dalam survey PSI ada diangka antara 1,5 % hingga 2 %.

Tentu saja dengan bidikan segmentasi suara pemilih usia 20-30 tahun. Hasil survey itu bukan konklusi PSI tidak bakal lolos ambang batas partai. Kenapa? Karena suara milenial generasi usia 20-30 tahun (Generasi Z). Sangat sulit terekam dalam urusan politik. Bagi generasi Z, politik hanya sebatas aktualisasi guyonan belaka.

Yang ter-aktualisasi bentuk flyer, Videogram atau Infografis. Konten yang diinginkan tentu saja dari subtansi pesan fakta yang diinginkan.  Melainkan parodi yang menertawakan isi konten.

Sikap politik bagi generasi milenial tidak konsisten.  Hari ini berbeda dengan esok hari. Karena komitmen politik bagi mereka sebatas kekuataan trending topic sebuah fenomena sosial. Bukan komitmen yang sifatnya fanatisme dukungan. Seperti partai-partai ber-platform ideologi aliran.

Inilah yang membuat lembaga-lembaga survey sulit merekam suara mereka.  Prosentasi variabel suara yang belum menentukan pilihan dalam survey,  didominasi mereka para milenial Gen Z ini. Sehingga tidak bisa disimpulkan, PSI tidak akan lolos ambang batas partai yang 3 persen tersebut.

Sebaliknya, PSI akan menjadi debutan yang mengejutkan dalam pemilu ini. Saat suara milenial yang potensinya 40 % jumblah pemilih di Indonesia. Mampu dimobilisir ke TPS untuk mencoblos PSI. Ini yang lebih masuk akal.  Pasalnya, riak gerakan mereka tambah hari tambah terlihat nampak. Dalam bentuk kopi darat antar anggota dalam konsolidasi pemenangannya.

Melihat karekteristik suara milenial Gen Z,  Gen Y dan Gen X,  angka 1,5 hingga 2 % adalah modal sangat besar.  Mereka akan jadi kuda hitam,  disaat partai-partai lain mengalami penurunan tingkat kepercayaan publik.  PSI mampu menawarkan hal yang baru dalam dunia politik era milenial ini.

Ruang kosong prosentasi suara bimbang (undecided) atau suara Golput menjadi sasaran empuk PSI.  Suara ini didominasi generasi milenial dan masyarakat yang anti-pati terhadap politik.  Kare a kekecewaan mereka dengan perilaku politik yang cenderung korup dan bising.

Kemampuan tokoh-tokoh PSI, seperti Guntur Romli, Raja Juli, Tsamara Amany,  Grace Natali, Giring Nidji. Tidak juga mengecewakaan. Dalam beberapa acara talk show media meinstream, mereka menunjukan kemampuan memahami masalah. Argumentasi logis syarat akan literasi. Dan mampu beretorika layaknya politisi kawakan.

Framing PSI Adalah Jokowi

Potensi inilah yang membuat PSI layak diperhitungkan dalam ranah politik 2019 mendatang. Bahkan, PSI yang debutan baru ini menimbulkan kecemburuan partai koalisi pendukung pasangan Capres dan Cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin.

Dalam berbagai momentum kegiatan,  PSI terkesan sebagai anak emas Jokowi-Ma’ruf Amin.  Partai anak muda ini terbingkai sebagai bagian yang melekat dengan pasangan petahana.

Tidak hanya itu,  votegatter PSI mendapat tempat dalam acara-acara talk show televisi.  Hampir dibeberapa acara talk show.  Kader PSI ada dalam barisan pembela Jokowi-Ma’ruf Amin.  Dan kemampuan mereka tidak diragukan. Mereka menunjukan, bahwa kaum muda juga bisa ber-politik.

Tentunya perlakuan khusus ini bukan tidak berdasar. Sebagai salah satu syarat kemenangan, Jokowi-Ma’ruf Amin harus mampu melekatkan dalam satu bingkai. Bahwa PSI adalah Jokowi. Pesan ini harus diproduksi massal sehingga arus suara milenial memilih Jokowi-Ma’ruf Amin.

Keberadaan PSI sangat mempermudah kerja tim pemenangan Jokowi.  Mereka mesin yang sudah siap berkerja di kantong-kantong milenial. Berbeda dengan kubu sebelah.  Kubu Prabowo dan Sandi,  masih seporadis dalam mengharap kaum Milenial.

Garapan milenial bersifat personifikasi. Misalnya Sandiaga uno dan Faldo Maldini. Personifikasi penokohan ini membutuhkan proses dan kerja keras yang lama. Apalagi karekteristik kaum milenial yang sangat dinamis. Perlu pengawalan ketat hingga ke akur rumput.  Sehingga mampu dikonversikan jadi suara.

Sementara PSI sudah mampu menjadi mesin komunal kekuataan milenial. Tugasnya, tidak hanya memberikan tambahan suara kepada Jokowi. PSI juga mampu membendung suara milenial agar tidak lari ke Prabowo dan Sandiaga Uno

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.