Jumat, Maret 29, 2024

Prestasi Timnas Flat, Salah Pemerintah atau PSSI?

M. Yuniarhadi Satriawan
M. Yuniarhadi Satriawan
Mahasiswa program studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang

Kegagalan Timnas Indonesia meraih juara di bebrapa ajang memunculkan berbagai komentar dan kritik dari seluruh penjuru tanah air. Di ajang AFF Suzuki Cup, Timnas Indonesia hanya bisa finish di posisi kedua setelah di partai final harus menelan kekalahan melawa Thailand. Sementara itu, diajang Sea Games Timnas Indonesia hanya bisa finish diposisi ketiga dan meraih medali perunggu setelah mengalahkan Malaysia diperebutan juara ke-3. Terbaru Timnas Indonesia sukses melaju ke putaran final Piala Asia 2023.

Hal ini tentu menambah panjang torehan puasa gelar Timnas Indonesia. Mesikpun gagal membawa gelar juara namun usaha dan kerja kerasnya patuh kita apresiasi setinggi-tingginya. Para pemain telah menunjukan jiwa pantang menyerah didalam lapangan. Dengan adanya kegagalan ini justru membuat kita bertanya-tanya mengapa Timnas Indonesia belum bisa menjadi juara diberbagai ajang dan berusaha mencari permasalahan serta solusinya

Sejarah awal berdirinya sepakbola Indonesia dimulai dari bentuknya Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia pada tahun 19 april 1930 yang kini menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Pertandingan pertama Timnas Indonesia tercatat melawan Singapura pada tanggal 28 Maret 1921 yang masih memakai nama Hindia Belanda.

Indonesia pada tahun 1938 tepatnya pada masa sebelum kemerdekaan sempat merasakan atmosfer Piala Dunia 1938 di Prancis dengan nama Timnas Hindia Belanda. Indonesia ditunjuk sebagai peserta Piala Dunia 1938 setelah Jepang mengundurkan diri dibabak kualifikasi karena sedang berperang melawan  Cina. Perlu diingat bahwa negara yang mengikuti babak kualifikasi ini hanya dua yaitu Indonesia dan Jepang.

Selain pernah ikut serta didalam Piala Dunia 1938, Indonesia juga pernah mengikuti Olimpiade Melbourne 1956 setelah berhasil lolos dari kualifikasi zona Asia. Namun, Timnas Indonesia berhasil disingkirkan Uni Soviet pada babak perempat final dengan skor pertandingan pertama 0-0 serta pertandingan kedua dengan skor telak 0-4.

Sementara itu, diajang Asian Games Timnas Indonesia berhasil melangkah ke babak semifinal sebanyak 3 kali pada tahun 1954, 1958, dan 1986. Prestasi terbaik Timnas Indonesia pada ajang Asian Games yaitu berhasil menjadi juara ketiga pada Asian Games 1958 Tokyo setelah mengalahkan Timnas India dengan skor telak 4-1.

Timnas Indonesia juga sudah pernah mencicipi ajang putaran final Piala Asia tepatnya pada tahun 1997, 2000, 2004, dan 2007. Akan tetapi, dalam keempat gelaran Piala Asia tersebut Timnas Indonesia belum bisa memberikan prestasi yang dinginkan seluruh masyarakat Indonesia, Timnas Indonesia selalu gagal di penyisihan grup melawan negara Asia lainnya.

Di ajang SEA Games, Timnas Indonesia sudah pernah meraih emas pada tahun 1987 dan 1991. Kemudian, meraih medali perak pada tahun 1979, 1997, 2011, 2013, dan 2019. Serta meraih medali perunggu pada tahun 1981,1989, 1999, 2017, dan 2021.

Kemudian, di ajang AFF Suzuki Cup Timnas Indonesia tidak pernah sekalipun mencicipi yang namanya gelar juara, prestasi Timnas Indonesia hanya mentok atau stuck pada juara kedua dan ketiga. Juara kedua diraih Timnas Indonesia pada tahun 2000, 2002 2004, 2010, 2016, dan 2020. Sedangkan peringkat ketiga didapatkan pada tahun 1998 sebelum diberlakukannya regulasi tanpa perebutan tempat ketiga dan masih bernama Piala Tiger.

Jika prestasi Timnas Indonesia kita tarik secara keseluruhan, tentu saja jauh dari yang kita harapkan, kita masih belum mampu bersaing dengan negara Asia lainnya. Bahkan, dilingkup Asia Tenggara pun kita kewalahan didalam menghadapi musuh bubuyutan kita yaitu Thailand. Terlepas dari itu semua, kita sebagai warga negara pasti bertanya-tanya “Apa sih yang salah dengan sepakbola kita”?

Jika kita amati perkembangan sepakbola di Indonesia sejauh ini, faktanya adalah kita tertinggal sangat jauh dari negara lain, contohnya negara di Eropa. Perkembangan sepakbola di Eropa sangatlah maju, kemajuan ini bisa dilihat dari pembangunan infrastrukutur dan juga teknologi yang berkembang secara pesat. Setiap negara di Eropa hampir semua memiliki infrastruktur sepakbola yang memadai seperti adanya training center atau training ground, lapangan yang berstandar tinggi serta adanya bantuan teknologi yang mendukung kemajuan sepakbola seperti video assistant referee (VAR), goal line technology (GLT) dan lain-lain.

Disamping memiliki pembangunan infrastruktur dan teknologi yang memadai, negara di Eropa juga sangat mengutamakan bimbingan bola dari usia dini. Hasil dari program ini pun berhasil, hampir pemain bola profesional yang terlahir dari sekolah sepak bola (SSB), contohnya Lionel Messi, Phil Foden, Mason Mount, Andres Iniesta, Rashford dan lain-lain.

Kemajuan sepakbola di Eropa justru berbanding terbalik dengan kemajuan sepakbola di negara kita tercinta. Pembangunan infrastruktur merupakan masalah utama dalam sepakbola Indonesia. Banyak fasilitas sepakbola yang kurang memadai disetiap daerah bahkan sekelas Timnas Indonesia pun belum memiliki training center atau training ground. Training center sangat perlu dikembangkan disetiap daerah untuk bisa menjadi pusat atau tempat pelatihan bagi pemain guna untuk mendongkrak kemampuan dan teknik pemain. Selain itu, training center ini bisa digunakan sebagai tempat pendidikan sepak bola bagi bibit-bibit muda sepakbola Indonesia. Pembangunan infrastruktur ini pun harus diimbangi dengan perkembangan teknologi serta kualitas liga sehingga menghasilkan pemain yang bisa bersaing dengan negara lain.

Belakangan ini, muncul polemik atau perbincangan hangat tentang tidak adanya training center bagi Timnas Indonesia. Seperti yang telah saya sebutkan training center ini sangatlah penting, para masyarakat menilai bahwa tidak adanya training center merupakan salah satu penyebab mengapa prestasi sepakbola stuck atau tidak berkembang. Melalui media sosial, hastag trainingcenter membanjiri kolom komentar Instagram Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan. Para masyarakat ingin agar training center secepat mungkin untuk dibangun agar prestasi sepakbola Indonesia bisa berkembang. Menurut saya pribadi, ada beberapa hal yang bisa menjadi solusi agar pembangunan training center ini bisa terelealisasikan.

Pertama, seharusnya PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia semakin intensif berkomunikasi dengan pemerintah terutama kepada Menpora sehingga pembangunan training center bisa direalisasikan secepat-cepatnya.

M. Yuniarhadi Satriawan
M. Yuniarhadi Satriawan
Mahasiswa program studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.