Rabu, Oktober 9, 2024

Prabowo Berkhianat? Retak Sudah!

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Saya menduga kuat bahwa 99,99 persen Prabowo Subianto (Gerindra) telah memutuskan untuk memilih AHY (Demokrat) sebagai cawapresnya. Kenapa Prabowo memilih AHY? Ada sejumlah alasan strategis yang mau tidak mau, Prabowo harus menerima ‘pinangan’ SBY untuk menjadikan AHY sebagai cawapres.

Adapun alasan itu diantaranya ialah pertama, AHY memiliki potensi elektabilitas cukup signifikan di kalangan pemilih muda atau kelompok milenial. Kedua, pendukung parpol Demokrat lebih prospektif dibandingkan dengan pendukung parpol PKS dan PAN. Ketiga, parpol Demokrat mempunyai modal logistik atau finansial yang sangat besar. Keempat, figur AHY dimungkinkan bisa menaikkan elektabilitas Prabowo.

Kelima, AHY dan Prabowo sama-sama berasal dari kalangan militer. Keenam, hanya dengan berkoalisi bersama Demokrat, maka Prabowo sudah memenuhi syarat presidential threshold. Ketujuh, pendukung fanatik SBY dari kelompok tradisional masih cukup tinggi. Kedelapan, parpol Gerindra dan Demokrat sama-sama memiliki visi nasionalis.

Kesembilan, AHY akan menjadi kendaraan politik Gerindra di pilpres 2024 mendatang. Kesepuluh, sebagian besar elit politik Gerindra dan para pendukungnya di tingkat akar rumput lebih suka AHY menjadi cawapres Prabowo. Kesebelas, elektabilitas parpol Demokrat lebih baik dibandingkan PKS dan PAN.

Kini, Prabowo bersama SBY tingggal menunggu saat yang tepat untuk mendeklarasikan koalisi itu secara resmi, menjelang detik-detik akhir pendaftaran capres dan cawapres Agustus ini.

Prabowo Tolak Itjima GNPF

Lantas bagaimana dengan sikap PKS terhadap Prabowo? Yang pasti Prabowo dituding telah ‘berkhianat’ terhadap PKS dan keputusan forum Itjima GNPF. Kenapa Prabowo dituduh berkhianat?

Pertama, pengajuan sembilan nama cawapres yang diusulkan PKS tak kunjung diumumkan Prabowo, bahkan kabarnya Prabowo menolak keras. Justru malah Prabowo memilih AHY. Kedua, Prabowo ‘cuek’ terhadap keputusan forum itjima GNPF. Prabowo menilai, forum itjima GNPF tidak mewakili ulama Indonesia, tapi mewakili kelompok kepentingan tertentu.

Ketiga, Prabowo menolak mengumumkan secara resmi ‘nikah siri’ politik antara dirinya dengan PKS. Keempat, Prabowo lebih memilih AHY (Demokrat) dibandingkan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri dan ustadz Abdul Somad (UAS). Kelima, Prabowo diduga kuat telah melanggar perjanjian politik dengan PKS yang sudah sejak lama disepakati.

Seperti diketahui, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman usai musyawarah majelis syuro PKS, belum lama ini menegaskan, sikap partainya di Pilpres 2019 tetap berpegang pada hasil ijtima GNPF yang merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres dan Ustazd Abdul Somad (UAS) atau Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapres.

Namun, ternyata skenario politik yang dilakukan PKS ini gagal total, sejak SBY bertemu dengan Prabowo. Sampai di sini, eksistensi koalisi Gerindra dan PKS retak dan mungkin saja bubar.

PAN Tolak PKS

Di sisi lain, PAN yang sejak awal tidak mau terlibat terlalu jauh dalam ‘persekongkolan’ politik antara PKS dan PAN, tetap enjoy dan terus melakukan manuver politik wait and see untuk menentukan sikap politiknya.

Cara-cara politik oportunis yang dilakukan PAN memang membuahkan hasil, karena koalisi PKS dan Gerindra, akhirnya retak gara-gara SBY. Perpecahan antara Gerindra dan PKS ini, tentu saja akan membuat posisi tawar politik PAN tinggi. Mungkin saja PKS akan ‘meminang‘ PAN. Dapat dipastikan saat ini, PKS sedang dalam keadaan frustasi.

Saya memprediksi, PAN akan menolak ajakan koalisi yang mungkin saja diajukan PKS. Pada dasarnya, PAN hanya mencari posisi aman. Cara satu-satunya yang akan dilakukan PAN ialah nyebrang ke kubu Jokowi. Buktinya, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan diam-diam bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana, Selasa, 7 Agustus 2018 lalu.

Kemungkinan munculnya tiga poros dalam pilpres 2019 ini sangat kecil, karena hanya tinggal PKS yang berjalan sendirian. Pilihan PKS hanya tiga yaitu, pertama bergabung dengan Prabowo dan SBY dalam keadaan terpaksa. Kedua, berkoalisi dengan kubu Jokowi. Ketiga, menolak berkoalisi dan tetap menjadi parpol oposisi. Kita tunggu saja.

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.