Masalah periodisasi dan sistem angkatan dalam kesusastraan Indonesia adalah masalah lama yang menjadi pembahasan ilmuwan-ilmuwan sastra.
Periodisasi berasal dari kata periode. Periode berarti kurun waktu atau lingkaran waktu (masa). Wellek (dalam Pradopo, 2007: 2) menyatakan bahwa periode dalam kesusastraan adalah sebuah bagian waktu yang dikuasai oleh suatu sistem norma-norma sastra, standar-standar, dan konvensi-konvensi sastra yang kemunculannya, penyebarannya, keberagaman, integrasi dan kelenyapannya dapat dirunut.
Periodisasi merupakan pembabakan sejarah perkembangan kesusastraan menurut kriteria yang ditentukan oleh sudut pandang peneliti. Kriteria atau dasar penggolongan periodisasi itu bermacam-macam, misalnya berdasarkan masa penerbitan karya sastra, pertimbangan intrinsik karya sastra, pertimbangan ekstrinsik karya sastra, dan berdasarkan pada perbedaan norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi zaman.
Dalam penentuan lahirnya sebuah periode baru, penulis sejarah sastra memiliki pendapat yang beragam. Pendapat tersebut berdasarkan cetusan mereka terhadap sebuah generasi baru dalam kesusastraan Indonesia.
Pakar sastra yang telah membuat periodisasi sejarah sastra Indonesia, antara lain, adalah H.B. Jassin, Buyung Saleh, Nugroho Notosusanto, Bakri Siregar, Ajip Rosidi, Zuber Usman, dan Rachmat Djoko Pradopo. Pada umumnya periodisasi mereka menunjukkan persamaan dalam garis besarnya. Akan tetapi, ada perbedaan kecil mengenai batas waktu setiap periode dan penekanan ciri-ciri yang ada setiap zaman.
Periodisasi sastra menurut H.B Jassin adalah
A. Sejarah Melayu Lama
B. Sastra Indonesia Modern 1. Angkatan 20 2. Angkatan 33 atau Pujangga Baru 3. Angkatan 45 4. Angkatan 66
Periodisasi sastra menurut Buyung Saleh adalah
- Sebelum tahun 20-an
- Antara tahun 20-an hingga tahun 1933
- Tahun 1933 hinga Mei 1942
- Mei 1942 hingga kini (1956)
Periodisasi sastra menurut Nugroho Notosusanto adalah
A. Sastra Melayu Lama
B. Sastra Indonesia Modern I. Masa Kebangkitan (1920—1945) 1. Periode ’20 2. Periode ’30 3. Periode ’42
II. Masa Perkembangan (1945—sampai sekarang) 1. Periode ’45 2. Periode ’50
Periodisasi sastra menurut Bakri Siregar adalah
- Periode pertama sejak masa abad ke-20 sampai 1942
- Periode kedua sejak 1942 sampai 1945
- Peridode ketiga sejak 1945, masa revolusi bergolak sampai masa surutnya revolusi, 1950
- Periode keempat dari 1950 hingga sekarang (1964)
Periodisasi sastra menurut Ajip Rosidi adalah
I. Masa Kelahiran dan Masa Penjadian (1900—1945) 1. Periode awal hingga 1933; 2. Periode 1933—1942; dan 3. Periode 1942—1945.
II. Masa Perkembangan (1945 hingga sekarang) 1. Periode 1945—1953; 2. Periode 1953—1961; dan 3. Periode 1961 sampai sekarang (1969)
Periodisasi sastra menurut Zuber Usman adalah
- Zaman Balai Pustaka (1908)
- Zaman Pujangga Baru (1933)
- Zaman Jepang (1942)
- Zaman Angkatan 45 (1945)
Periodisasi sastra menurut Rachmat Djoko Pradopo adalah
- Periode Balai Pustaka: 1920—1940
- Periode Pujangga Baru: 1930—1945
- Periode Angkatan 45: 1940—1955
- Periode Angkatan 1950: 1950—1970
- Periode Angkatan 1970: 1970—sekarang (1986)
Namun Periodisasi sastra di Indonesia saat ini dibagi menjadi 10 angkatan di antaranya:
- Angkatan Pujangga Lama
- Angkatan Sastra Melayu Lama
- Angkatan Balai Pustaka
- Angkatan Pujangga Baru
- Angkatan 1945 6) Angkatan 1950 1960-an
- Angkatan 1966 1970-an
- Angkatan 1980 1990-an
- Angkatan Reformasi
- Angkatan 2000-an
Periodisasi ini sangat diperlukan dalam dunia sastra sebagai pembeda ciri dan karakteristik antar angkatan sastra. Periodisasi sastra juga sangat penting terutama bagi penelaah sastra dan dunia pendidikan dan pengajaran. Karena dengan adanya periodesasi ini kita dapat mengetahui perkembangan sastra dari masa kemasa serta aliran, corak, ciri dan karakteristik ditiap-tiap angkatan sastra yang pasti berbeda-beda.