Dalam pendidikan tidak bisa hanya mengedepankan proses transfer ilmu pengetahuan, namun juga mencakup proses transfer nilai-nilai kepada peserta didik. Padahal menurut Muhammad Syafii Antonio dan Tim Tazkia, “Mentrasfer nilai tidak bisa dilakukan dengan menghafal konsep-konsep nilai itu saja, tetapi perlu mengalaminya secara langsung dengan melibatkan seluruh aspek yang ada pada diri setiap peserta didik, baik itu aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik” (2017: 4).
Proses transfer nilai tidak dapat terjadi begitu saja seperti kita belajar ilmu pengetahuan, namun “…Sebuah nilai baru akan ‘hidup’ dalam diri seorang peserta didik jika dia telah mengalami nilai-nilai yang diajarkan tersebut secara berulang-ulang dalam konteks kehidupan nyata” (Muhammad Syafii Antonio dan Tim Tazkia, 2017: 4).
Oleh karena itu saya akan membahas bagaimana relasi sosial mempengaruhi pendidikan seseorang dengan membaginya kedalam tiga subbab, yaitu: seberapa penting nilai dalam dunia pendidikan; bagaimana nilai di internalisasikan melalui hubungan relasi; siapa saja yang menjadi aktor internalisasi beserta pengaruhnya; dan ditutup dengan kesimpulan singkat.
Konsep Nilai pada Pendidikan
Perlu kita ketahui bahwa selain aspek kognitif, kita harus memperhatikan aspek afektif yang menyangkut internalisasi nilai-nilai. Menurut Gita Anggraini, “Pada dasarnya proses pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi berikutnya, dalam proses pewarisan tersebut di dalamnya juga terdapat upaya inovatif dan dinamik guna memperbaharui nilai tersebut ke arah yang lebih baik” (2016: 91).
Menurut saya, pendidikan yang sebenarnya haruslah menyangkut output baik di masyarakat. Pendidikan tidak dapat hanya diukur dari seberapa pintar atau seberapa banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang, namun pendidikan harus bisa merubah perilaku seseorang agar dapat diterima oleh masyarakat.
Nilai dalam Relasi Sosial
Sebuah pemahaman akan nilai dapat menjadi sebuah pendorong kita untuk melakukan hal baik dan buruk. “Sikap dan perbuatan seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia secara konsisten memegang nilai. Dan nilai yang diyakini itu dapat menjadi pendorong mewujudkan tekad menjadi perbuatan” (Parnomo, 1995: 21). Sebuah pemahaman akan nilai-nilai sangat berguna bagi pendidikan karena menyangkut aspek afektif yang mana jika peserta didik mendapatkan internalisasi nilai yang baik, maka output terhadap sikap, perilaku, dan karakter akan baik pula.
Lingkungan yang baik, akan memberikan internalisasi nilai yang baik. Pemikiran George Harbert Mead (1863-1931) dalam Nugroho (2018) mengenai “The Theoretical Perspective” mencetuskan sebuah “Teori Interaksi Simbolik” yang berisi mengenai, “Setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut” (Nugroho, 2018: 503). Jika kita ibaratkan nilai yang ada pada masyarakat adalah sebuah simbol yang memiliki arti penting dan disepakati bersama, maka nilai yang berupa simbol itu dapat mempengaruhi orang di sekitarnya melalui internalisasi.
Hubungan Relasi Sosial dengan Pendidikan
Perbedaan internalisasi setiap pesertaan didik didasari pada perbedaan lingkungan peserta didik. Menurut Mancini et al. (2006) perilaku peserta didik salah satunya dipengaruhi oleh Teman sebaya dan hubungan keluarga berdasarkan tingkat ekonomi, pendidikan dan status pernikahan orang tua yang berbeda. Perbedaan tersebut memiliki nilai-nilai dan dampak yang berbeda terhadap peserta didik. Seperti contoh dari Mancini et al. tadi, keluarga dengan tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi akan menghasilkan output perilaku yang berbeda.
Tetapi menurut saya, hubungan kedekatan antara anak dan keluarga juga penting. Keluarga dengan tingkat pendidikan tinggi tidak menjamin keberhasilan pendidikan tanpa adanya kedekatan relasi antara peserta didik dengan keluarga. Namun bukan berarti kedekatan atau ikatan relasi yang kuat itu menjadi faktor utama. Kedua faktor antara keluarga yang baik dan juga ikatan yang dibangun antara anak dan keluarga saling beriringan yang mana dapat menjadi salah satu faktor keberhasilan pendidikan anak.
Hubungan peserta didik dengan siswa lainnya juga harus diperhatikan. Sikap, perilaku, dan karakter siswa lainnya dapat mempengaruhi peserta didik seperti yang dikatakan oleh Mancini et al. dan teori Interaksi Simbolik oleh Mead. Siswa lain yang memiliki karakter baik, akan memberikan internalisasi yang baik juga pada peserta didik.
peserta didik juga sedang pada masa kebingungan mencari identitasnya, seperti yang dikatakan oleh Mancini et al., “Adolescents often feel fragile and insecure and are searching for their identity” (2006: 143). Jadi hubungan peserta didik dengan siswa lainnya harus diperhatikan karena sebenarnya peserta didik masih dalam masa pencarian jati diri yang membuatnya rentan terhadap nilai-nilai yang diterima.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat memahami bahwa pendidikan tidak hanya masalah transfer ilmu pengetahuan, namun juga transfer nilai-nilai. Dalam prakteknya, transfer nilai-nilai atau internalisasi tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut dengan pengalaman hidup seseorang. Bisa dikatakan internalisasi dapat diperoleh dari lingkungan peserta didik karena bersinggunggan langsung dengan aktor-aktor internalisasi. Pemilihan atau pembentukan lingkungan yang baik akan mepengaruhi relasi-relasi peserta didik yang mana jika lingkungan yang dipilih dan dibentuk baik, maka akan berdampak baik juga pada peserta didik, begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang baik di rumah dengan mempererat relasi dengan anaknya. Orang tua juga harus memilih sekolah yang baik karena dalam lingkungan sekolah terdapat banyak aktor internalisasi yang dapat mempengaruhi pendidikan anak. Semakin banyak aktor internalisasi yang memberikan nilai baik, semakin baik pula sikap, perilaku, dan karakter peserta didik, begitu pula sebaliknya. Jadi penting untuk memilih dan membuat lingkungan agar peserta didik dapat memiliki relasi yang baik karena itu akan mempengaruhi pendidikan peserta didik.
Daftar Pustaka
Anggraini, G. (2016). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Masyarakat Adat Dayak Ngaju. At-Turats 10(2), 91 – 102.
Antonio, M. S. dan Tim Tazkia. (2017). Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”: Sang Pembelajar dan Guru Peradaban (Leader & Educator). Jakarta: Tazkia Publishing.
Mancini, P. et al. (2006). Tobacco smoking, alcoholabuse and use of illicit drugs among secondary school students in Italy. Genus 62(1), 121-150.
Nugroho, R. S. (2018). Perilaku merokok remaja (perilaku merokok sebagai identitas sosial remaja dalam pergaulan di surabaya). Komunitas 7(1), 498-520.
Parmono, P. (1995). Nilai dan Norma Masyarakat. Jurnal Filsafat 23, 20-27.