Jumat, Maret 29, 2024

Pengaruh Media dalam Mengusut Kasus yang Sedang Viral

Hazel Mahendra
Hazel Mahendra
Hazel Nafis Mahendra sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dari jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada  tahun  2021  silam, terdapat  kasus  dengan  dugaan  pelecehan  dan perudungan di KPI.  Kasus  ini  viral  lantaran korban  berinisial  MS menuliskan  surat, lalu  surat  tersebut  viral di  media  sosial. Setelah  viral, polisi  mulai  menindaklanjuti kasus tersebut. Sebelumnya pada  tahun 2020  korban sudah  melaporkan  kasus yang dialaminya ke pihak  berwenang, tetapi  tidak  ada  kelanjutan  setelahnya.

Lalu  dilanjut  dengan anggota  polisi  Sektor  Pulogadung yang  menolak  laporan korban terkait  kasus perampokan. Kasus  ini  menjadi  viral  lantaran korban yang merasa kecewa terhadap pengaduannya ke kepolisian,  kemudian menceritakan kejadian tersebut  melalui  media sosial. Aipda  Rudi  Panjaitan selaku  anggota  polisi Sektor Pulogadung  yang  menolak laporan tersebut, akhirnya   dimutasi keluar wilayah  Polda Metro  Jaya.

Peran  Media sebagai  wadah  untuk  mencari  segala informasi,menuangkan aspirasi, dan sarana  interaksi.  Menjadi sangat  penting  dalam  lingkungan  masyarakat. Media menjadi kebutuhan pokok masyarakat  untuk  memberikan segala  sesuatu yang dibutuhkan  pada  masa  sekarang. Pengaruh  media  dapat  dinilai  dari  dampak positif atau  negatifnya  khalayak,  tergantung  pada  siapa  yang  mengkonsumsinya. Media sosial  menjadi  salah  satu  bukti  masyarakat  dalam berinteraksi  dan  berkomunikasi. Berdasarkan  laporan  We Are Social,  terdapat  191  juta  penduduk  Indonesia  pada  tahun 2022  aktif  dalam  bermedia  sosial.

Dampak  adanya  contoh  dua  kasus  diatas. Memunculkan fenomena “No Viral No Justice” di kalangan masyarakat. Masyarakat beranggapan  bahwa  kasus  akan di proses,  jika  kasus  tersebut  viral di  media sosial. Hal  ini  juga  didukung  oleh  tagar #PercumaLaporPolisi dan #satuharisatuoknum yang  bermunculan  ramai  pada  media  sosial. Kritikan  masyarakat  terhadap  citra  kinerja  polisi  dinilai  kurang  baik. Kurang  responsifnya  polisi  dengan  aduan  masyarakat. Membuat  masyarakat  kecewa  serta  ragu-ragu  untuk  melapor.

Berdasarkan  data  Badan Pusat  Statistik (BPS) jumlah  kasus  yang  terlapor  ke polisi relatif  rendah, pada  tahun 2019  dan  2020.  Persentase  masyarakat di Indonesia yang melapor ke  polisi  kurang  dari  25%. Pada  tahun  2019  persentase masyarakat  yang melapor ke polisi  terdapat  22,19%. Kemudian tahun 2020 persentase  masyarakat yang  melapor  naik  menjadi  23,46%. Lalu  untuk  persentase masyarakat  yang tidak melapor ke  polisi  pada  tahun  2019  terdapat 77,81%. Kemudian  pada tahun 2020 persentase masyarakat yang  tidak  melapor  polisi turun menjadi 76,54%.

Kapolri  Jendral  Listyo Sigit  Prabowo   meminta  seluruh anggota  Polri  untuk melakukan  evaluasi  serta  berbenah diri dalam  menerima  laporan  pengaduan masyarakat. Kemudian Kapolri  Sigit  Prabowo  juga  mengingatkan  kembali  jajaran anggotanya  untuk  membuka  kritik  dari  masyarakat. Dia  menilai  bahwa  setiap kritikan  masyarakat  adalah  masukan  kinerja  Polri  untuk  melayani  masyarakat. Harapannya  stigma  yang  buruk  masyarakat  terhadap  Polri  mulai berkurang.

Sudah  semestinya  rakyat  Indonesia  memiliki  hak  untuk  melapor. Hal  ini  dikuat dalam  Pasal 108  Undang-Undang No. 8  Tahun  1981  pada Kitab  Undang-Undang Hukum  Acara  Pidana (KUHAP).

Di dalamnya  berbunyi  (1)  Setiap  orang  yang mengalami,melihat,menyaksikan atau menjadi  korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak  untuk  mengajukan  laporan  atau pengaduan kepada penyelidik dan penyidik  baik  lisan  maupun  tertulis. (2)  Setiap  orang  yang mengetahui pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap  ketentraman dan keamanan umum atau terhadap  jiwa  atau  tehadap  hak  milik, wajib  seketika itu juga melaporkan  hal tersebut kepada  penyelidik atau  penyidik. (3) Setiap  pegawai negeri dalam  rangka melaksanakan  tugasnya yang  mengetahui  tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana, wajib segera melaporkan hal  itu  kepada  penyelidik atau penyidik.

Pada  perkembangan  digital  saat  ini. Untuk melapor atau mengadu  tidak  perlu mendatangi  kantor  polisi. Kita dapat  melapornya  atau  membuat pengaduan, melalui aplikasi  atau  website E-Dumas. E-Dumas adalah layanan  pengaduan online masyarakat. E-Dumas juga  bagian  dari  salah satu  bentuk  pengawasan  masyarakat yang  disampaikan oleh instansi  pemerintah  atau  pihak polri  berupa pengaduan,saran,dan gagasan  yang bersifat  membangun. Melalui  aplikasi  ini masyarakat  dapat mengetahui  sejauh  mana perkembangan informasi  pada laporannya. E-Dumas bisa  menjadi  media  masyarakat  yang  efektif  dan  bermanfaat.

Pemberitaan  pada media saat ini  bukan  hanya  sekedar  informasi saja,  tetapi  juga sebagai laporan  atau  aduan  masyarakat. Segala bentuk  kekerasan,  pelecehan, dan kejahatan yang  lainnya. Merupakan bagian dari  dampak negatifnya  masyarakat. Pihak yang  berwenang seperti  polisi  menjadi  harapan  masyarakat untuk  dapat memberantasnya. Oleh karena itu, polisi juga  harus lebih  responsif dalam  bertindak dan menindaklanjuti laporan-laporan yang  sudah terlapor. Polisi  tidak  perlu menunggu kasus  tersebut  viral terlebih  dahulu. Karena  sudah menjadi  tugas  serta tanggungjawab  polisi untuk mengayomi dan melayani  masyarakat.

Hazel Mahendra
Hazel Mahendra
Hazel Nafis Mahendra sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dari jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.