Semenjak beredarnya surat rekomendasi bodong DPP Partai Golkar, yang mengusung Walikota Bandung Ridwan Kamil berpasangan dengan Danil Muttaqien Syafiudin, untuk maju di Pilgub Jabar 2018, maka publik heboh, terutama simpatisan dan kader Partai Golkar Jawa Barat.
Surat bodong tersebut tentu membuat situasi politik menghangat, dan direspon oleh sebagian besar kader Golkar Jabar dengan nada kesal, geram dan tidak rela jika Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, tak dapat rekomendasi untuk maju di Pilgub Jabar.
Hal tersebut bisa terlihat dari banyaknya pemberitaan media minggu-minggu ini, mulai dari media sosial (Facebook, Twitter, IG), hingga media online dan media cetak. Semuanya bisa dikatakan membicarakan rekomendasi bodong yang tersebar di media sosial.
Tak heran jika pada Selasa (26/9/17), ribuan kader Golkar se-Jawa Barat menggelar demonstrasi besar-besaran dihalaman kantor DPD Partai Golkar Jabar di Kota Bandung. Demonstrasi ini menuntut agar DPP Golkar untuk segera mengeluarkan rekomendasi kepada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi untuk maju di Pilgub Jabar. Mereka juga mengultimatum, jika hasil Rapimda Golkar Jabar yang mengusung nama Dedi Mulyadi maju di Pilgub Jabar, tidak diaminkan oleh DPP Partai Golkar akan menggelar demostrasi besar-besar ke DPP Golkar.
Sebagai penikmat gegap gempita kanca politik di Jabar, saya rasa gerakan yang dilakukan oleh ribuan kader Golkar se-Jabar ingin mengusung ketuanya maju menjadi calon Gubernur Jabar sangatlah wajar dan masuk akal.
Alasannya, sebagaimana kita ketahui, perjalanan karir kepemimpinan Dedi Mulyadi yang dikenal sebagai pemimpinnya orang desa (wong ndeso), ternyata adalah sosok pemimpin yang memiliki pengaruh besar terhadap revolusi pembangunan Provinsi Jabar khususnya Purwakarta.
Ini bisa dibuktikan dengan sejumlah prestasi fenomenal sehingga didorong oleh warga dan pendukungnya untuk melanjutkan pengabdian di level lebih luas, tepatnya Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, apa yang sukses dikerjakan di Purwakarta bisa direplikasi di semua Kabupaten/Kota di Jabar.
Pembuktian pertama, semenjak dua periode menjadi orang nomor satu di Kabupaten Purwakarta. Dedi Mulyadi membawa perubahan yang sangat pesat untuk Purwakarta, perubahan itu bisa dilihat dari aspek pembangunan kota dan perkampungan yang tertata rapih. Sebagai mana jargonya,”mengurus kampung, menata kota, memuliakan warga”.
Bagi Dedi Mulyadi, jargon tersebut bukan hanya sekedar jargon tanpa karya nyata. Jargon tersebut dia implementasikan melalui kebijakan-kebijakan yang selama ini ia lakoni di Purwakarta.
Pembuktian berikutnya, dari aspek pengembangan destinasi wisata. Dahulu, Purwakarta dikenal “Kota Pengsiun” tapi itu dulu. Kini kemajuan Purwakarta sangatlah pesat salah satunya semejak dibangunya objek wisata Taman Air Mancur Sri Baduga, yaitu air mancur terbesar se-Asia Tenggara. Dampaknya, setiap minggunya Purwakarta selalu dikunjungi puluhan ribu wisatawan yang ingin menyaksikan pesona air mancur.
Maka dari itu, sudah sewajarnya kesuksesan itu ia tularkan untuk seluruh kabupaten di Jawa Barat dengan menjadi Gubernur Jabar pada 2018 mendatang. Jika dirinci, banyak sekali karya nyata Dedi Mulyadi.
Sebagai pemimpin yang sukses, Dedi Mulyadi yang juga Ketua DPD Golkar Jabar mendapat dukungan dari kader Golkar se-Jabar dan warga Jabar untuk maju dalam kontestasi di Pilgub.
Dari situlah bisa jadi Dedi Mulyadi memiliki pengaruh yang kuat, sehingga rivalnya pun berbondong-bondong ingin menghalanginnya untuk maju di Pilgub Jabar. Apalagi, gerakan Dedi Mulyadi selama empat tahun kebelakan dia selalu aktif menyapa masyarakat di Jawa Barat. Jika disimpulkan, siapa yang tak kenal dengan Dedi Mulyadi. Calon Gubernur Jabar yang bekerja, bukan hasil survei dan main faceebook dan twitteran. Cag!
