Sabtu, April 20, 2024

Pemilu Ditengah Kewarasan Publik

Bahrur Rosi
Bahrur Rosi
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Jayabaya Jakarta

Riuh gemuruh menuju perhelatan pesta demokrasi sudah mulai terasa dan begitu membahana di ruang publik. Pemilu 2019 yang dilaksanan secara serentak untuk memilih Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta memilih Presiden dan Wakil Presiden pertama kali akan terlaksana. Penyelenggara Pemilu sudah bersiap siaga untuk memastikan bahwa Pemilu terlaksana sesuai amanah konstitusi, dan peserta Pemilu sudah mulai memanaskan mesin politik untuk merebut kemenangan dalam ajang kontestasi.

Sejak awal, ide sederhana demokrasi sebenarnya merupakan sarana penghormatan terhadap martabat kemanusiaan (human dignity). Indikasi paling nampak dalam sebuah masyarakat demokratis adalah digelarnya sebuah pemilihan umum (pemilu) yang jujur, bersih, adil, terbuka, dan berkeadaban. Penyelenggaraan pemilu yang demokratis menjadi prasyarat penting dalam rangka mendapat legitimasi kekuasaan yang hakiki di mata rakyat.

Sejatinya, pemilu merupakan rangkaian empiris dari partisipasi politik publik secara lebih luas. Sejatinya pula, pemilu menjadi penanda penting apakah sebuah negara mampu dijalankan secara demokratis atau tidak. Pemilu merupakan takdir bagi institusionalisasi hak-hak rakyat secara konstitusional. Bahwa pemilu adalah bagian dari dinamika politik berorientasi kekuasaan, hal tersebut tidak lantas menjadikan pemilu hanya menjadi alat demi kekuasaan.

Penyelenggaraan Pemilu 2019 harus dilaksanakan secara sehat dan waras, pemilu tidak boleh hanya dijadikan sebagai jalan untuk mendapat kuasa dengan menghalalkan segala cara. Politik uang, politisasi sara, dan hoaks harus dijauhkan dari ruang publik dalam setiap ajang demokrasi, karena publik harus dicerdaskan dengan hal politik yang beradab yang tidak merusak demokrasi.

Kematangan Berpolitik

Esensi berdemokrasi adalah penghargaan dan penghormatan tehadap hak pilih orang lain. Bukan hanya ajang memenangkan persaingan meraih kekuasaan dengan membeli suara rakyat dengan uang, bukan ajang provokasi, menghujat, menghinakan, dan menjatuhkan sesama. Namun bagaimana memenangkan persaingan dengan cara yang elegan, santun dan bermartabat.

Untuk itu dituntut itikad baik dan konsistensi dari seluruh peserta dan pemilih dalam pemilu 2019 yang bersaing dalam untuk menjaga etika dan norma dalam berpolitik. Peserta pemilu harus bekerja keras atas dasar keinginan yang sama untuk memajukan bangsa dalam setiap momentum penyelenggaraan pemilu yang dituangkan dalam visi dan misi yang membangun untuk kebaikan negeri. Bukan mencari cela lawan politik dan menjatuhkan dengan berbagai serangan yang tak beretika.

Kedewasaan berpolitik merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, baik penyelenggara pemilu, peserta pemilu, masyarakat yang cerdas. Mereka harus bergandengan tangan serta bergotong-royong menciptakan pemilu yang sehat, cerdas dan bermartabat.

Kewarasan Pemilu

Tentu dengan berbagai latar belakang yang berbeda, karakter, model dan cara berdemokrasi antar masyarakat dengan yang lain tidaklah sama. Persepsi masyarakat tentang kebebasan untuk menentukan pilihan pun diwujudkan dengan wajah yang berbeda pula.

Ini yang akan memunculkan intrik-intrik politik dan terkadang menjurus pada konflik horizontal antar kelompok masyarakat. Dengan cara pandang dan cara aktualisasi demokrasi yang tak sama, tentu akan mengahasilkan output yang berbeda. Maka tak heran, banyak di lapangan dijumpai kampanye negatif, provokatif, intimidasi, yang tak jarang memicu kericuhan kecil di tengah masyarakat.

Dalam penyelenggaraannya, pemilu harus dijauhkan dari praktek politik uang, politisasi sara dan hoaks. Pemilu yang berjalan setiap lima tahun sekali harus terus bergerak dewasa dan terus diperbaiki kualitas pelaksanaannya.

Pemilu harus dijaga dan dirawat kewarasannya dengan menjauhkan dari praktek yang dapat menciderai demokrasi dan kedaulatan rakyat. Rakyat harus dicerdaskan dalam berdemokrasi, elit politik harus memberi contoh bagaimana wajah demokrasi yang baik. Para elit politik tidak boleh memberikan contoh buruk dalam menjalankan roda demokrasi yang bisa ditiru di akar rumput dan rentan memunculkan konflik horizontal.

Pada akhirnya, semua komponen dalam kontestasi pemilu baik penyelenggara, peserta dan pemilih pemilu harus bersikap dewasa dan bersama-sama menjaga kewarasan pemilu, pemilu yang beradab, dan demokrasi yang sehat. Setiap orang harus punya kebebasan dalam pilihan dan harus saling menghargai, setiap orang juga boleh meninggikan pilihannya tapi bukan harus dengan merendahkan pilihan orang lain.

Bahrur Rosi
Bahrur Rosi
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Jayabaya Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.