Gaza, semakin hari semakin menderita. Seolah dibiarkan lenyap oleh dunia. Tak ada seorangpun yang mampu menghentikan kekejaman Zionis Israel kepada umat Islam di Palestina. Penggusuran, pembantaian, hingga kinipun rakyat Gaza merasakan kelaparan.
Kelaparan yang disengaja oleh Zionis Israel sangatlah membuat rakyat Gaza menderita. Dikutip dari cnbcindonesia.com (23-7-2025), Direktur World Food Program, Carl Skau, yang mengunjungi Gaza pada awal Juli, tak menemukan kata lain selain “terburuk yang pernah saya lihat”. Hal ini membuktikan bahwa kondisi di Gaza saat ini sangatlah memprihatinkan.
Israel memberlakukan blokade penuh terhadap Gaza pada tanggal 2 Maret 2025. Truk bantuan yang diperbolehkan masuk hanya sesikit, sekadar simbolik. Sehingga 2 juta jiwa terjebak dan merasakan kelaparan hebat.
“Saya menuju ke titik distribusi, berharap bisa membawa pulang sekantong tepung. Namun, sesampainya di sana, saya tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah saya mencoba menyelamatkan yang terluka, menggendong para martir, atau mencari tepung terigu? Demi Tuhan, saya rela mati demi bisa membawa sekantong tepung terigu saja untuk anak-anak saya agar mereka bisa makan”, kata seorang pria di Gaza. (bbc.com / 23-7-25)
Ratusan ribu anak menderita kelaparan dan malnutrisi, bahkan beberapa diantaranya sampai meregang nyawa. Ribuan rakyat Gaza dibunuh oleh tentara kera Israel saat berusaha mendapatkan makanan. Kekejian yang dilakukan Israel sungguh sangat tidak manusiawi. Mereka tak layak lagi disebut manusia. Menjadikan kelaparan sebagai cara genosida baru, membunuh rakyat Gaza secara perlahan.
Tidak ada seorang pun yang berani melawan kekejaman yang dilakukan Israel hingga saat ini. Tidak ada perlawanan secara militer kecuali dari Gaza sendiri. Dunia seolah-olah membiarkan Gaza sendirian berjuang. Kematian rakyat Gaza terpampang nyata setiap hari secara tragis.
Para pemimpin negeri muslim hanya berani beretorika. Jangankan bantuan secara militer, mengirimkan setetes airpun mereka tak mau. Kerjasama dan hubungan diplomasi dengan Israel tetap terjalin mesra. Mereka lebih takut akan negara adidaya dibandingkan takut kepada Allah.
Israel tak takut dengan apa yang mereka lakukan, karena backingannya ialah Amerika. Telah terbukti bahwa hak asasi manusia hanya sekadar teori belaka, tidak berlaku untuk umat Islam. Organisasi perdamaian yang lahir dari mereka tak mampu menghentikan genosida di Gaza. Semua negara berada dibawah ketiak Amerika kecuali Palestina.
Masyarakat di seluruh belahan dunia sudah muak dengan apa yang terjadi di Gaza. Apalah daya masyarakat sipil, selain berdoa dan bersuara. Aksi yang bisa dilakukan hanya buycut produk-produk Israel. Bantuan militer hanya bisa diberikan oleh penguasa, namun hanya pengkhianatan yang mereka berikan kepada umat Islam di Gaza.
Padahal telah dikatakan dalam sebuah hadis, ” Lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya satu jiwa seorang Muslim.” (HR. Tirmidzi no. 1395, Ibnu Majah no. 2619; hasan sahih). Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan Allah nanti di Yaumul Hisab terkait saudara-saudara kita yang dibunuh begitu saja?
Dua miliar umat Islam di dunia, jumlah yang sangat besar, tak mampu menolong saudaranya yang sedang kelaparan. Umat Islam sedang berada di bawah pengaruh Barat, sehingga umat Islam kini sangatlah lemah. Cinta dunia dan takut mati telah mendarah daging di tubuh umat Islam saat ini.
Tak ada cara lain yang mampu menolong umat Islam di Gaza selain mengirimkan pasukan militer. Kera Israel tidak mengerti bahasa diplomasi, mereka pendusta dan selalu berkhianat. Pemikiran umat Islam harus terbebas dari belenggu ilusi ketakutan yang ditanamkan oleh Barat. Sejarah telah membuktikan bahwa dengan persatuan umat Islam di seluruh dunia menjadikan umat Islam kuat di segala bidang, termasuk militer.
Umat Islam harus sadar akan potensi besar yang akan didapatkan ketika umat Islam bersatu. Umat Islam harus berani berfikir besar untuk cita-cita yang besar, yakni pembebasan Baitul Maqdis. Ketika umat Islam hanya takut kepada Allah, maka tak ada rasa takut untuk berjihad melawan Zionis Israel.
Sudah saatnya penduduk bumi merasakan Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin. Hukum Allah harus ditegakkan, ketakutan yang menjadikan syirik kepada Allah harus dilenyapkan. Jika Zionis saja semakin berani melakukan genosida secara terang-terangan, harusnya umat Islam juga semakin berani melawan perbuatan keji mereka dengan persatuan dan jihad.
Hidup mulia dengan Islam. Kalapun gugur, mulia dengan syahid. Perasaan ini harus tertanam kokoh pada hati dan pikiran setiap umat Islam. Perjuangan milik kita, kemenangan tetap milik Allah. Liberation of mind, before liberation of land.
Wallahu a’lam bisshowab