Islam mengalami kejayaan ilmu pengetahuan tepatnya pada masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad dan Dinasti Umayah II yang berpusat di Andalusia Spanyol.
Dinasti Abbasiyah sebagai pusat ilmu pengetahuan di dunia belahan timur dan Dinasti Umayah II sebagai pusat ilmu pengetahuan di belahan dunia barat. Namun ketika runtuhnya dua dinasti besar tersebut, dunia islam mengalami kemunduran dalam berbagai bidang, khususnya ilmu pengetahuan.
Sementara itu, bangsa barat mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang khususnya ilmu pengetahuan hal ini disebut dengan zaman renaisans. Kemudian banyak tokoh-tokoh islam yang menyadari ketertinggalan Islam sehingga munculah pembaharuan dalam dunia Islam.
Filsafat barat pada waktu itu mendominasi dalam dunia Islam, karena banyak negeri-negeri Islam yang dijajah oleh bangsa Barat. Sehingga filsafat Islam tenggelam dalam waktu yang lama, lalu munculah Ali Syari’ati seorang filsuf asal Iran yang pemikirannya mempengaruhi Ayatullah Khomeini pemimpin besar pertama revolusi Iran.
Ali Syari’ati memiliki tulisan-tulisan dan pemikiran-pemikiran yang konstruktif dan membangkitkan pemikiran. Syari’ati melibatkan diri pada kajian terhadap sejenis ilmu sosial tanpa berpijak pada solusi-solusi yang diciptakan oleh bangunan masyarakat kapitalis atau bangunan masyarakat komunis, yang dipengaruhi oleh imperialisme dan komunisme di Eropa Timur.
Syari’ati mendukung revolusi Aljazair dengan tulisan-tulisannya. Meskipun Syari’ati banyak mengkaji karya dan pemikiran para ahli dan pakar asing di Eropa, tetapi Syari’ati tidak terpengaruh pikiran negatif mereka, seperti yang dialami oleh sebagian pemikir Islam.
Syari’ati mewarnai pandangan dan pemikirannya dengan seruan untuk berpegang pada agama Islam, namun tulisan-tulisannya memuat epistemologi, dasar-dasar filsafat dan sejarah, serta sosiologi. Tulisan Syari’ati sangat lantang dalam kebenaran dan pembelaan terhadap umat Islam.
Misalnya dalam Buku Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat, Ali Syari’ati menulis tentang humanisme, malapetaka modern, tiga malapetaka (keganasan kapitalisme, kejumudan marxisme dan kejumudan marxisme, dan kerancuan eksistensialisme), manusia dalam tarik menarik antara marxisme dan agama.
Dalam bukunya ini Syari’ati mengkritik habis-habisan pemikiran-pemikiran filsafat barat yang dikatakan atheis, tidak percaya tuhan, menempatkan manusia diatas segala-galanya.
Ia mengkritik humanisme modern yang memiliki pandangan “Singkirkan Tuhan dari kaidah moral, dan gantikan dengan kata hati, sebab manusia adalah makhluk yang punya kata hati yang bersifat moral bawaan”. Syari’ati dalam bukunya ini juga membahas tentang eksistensialisme yang bertentangan dengan agama-agama dari timur.
Dalam bukunya ini, ia menjelaskan secara kompleks berbagai cabang ilmu pengetahuan, mengkritisi pemikiran-pemikiran filsuf barat, membantah pandangan-pandangan mereka mengenai Islam.
Syari’ati adalah tokoh yang berani, tokoh pembaharuan Islam. Disaat banyak orang islam kehilangan jati dirinya tetapi tidak dengan Syari’ati, ia tidak kehilangan jati dirinya sebagai muslim, meskipun ia hidup lama di Prancis.