Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) merupakan kelainan hormonal ditandai dengan disfungsi pada ovum sehingga menyebabkan infertilitas yang di mana perkembangan folikel hanya mencapai ukuran 10 mm. Penyakit ini dapat diketahui dengan pemeriksaan melalui USG ginekologis.
Siklus haid yang tertunda atau oligomonore yang diikuti dengan anovulasi kronis merupakan tanda disfungsi ovum. Namun, anovulasi jangka panjang yang menyebabkan perdarahan di rahim yang tidak berfungsi dapat meniru siklus haid yang normal.
Penderita penyakit PCOS memiliki kelebihan pada hormon androgen dan hormon insulin. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab penyakit tersebut menyerang wanita, yaitu faktor genetik, kelebihan hormon insulin dan hormon androgen.
Rata-rata pengidap penyakit ini menyerang wanita pada usia produktif terutama pada remaja yang rentan terkena penyakit ini. Penderita penyakit PCOS akan mengalami nyeri haid yang berlebih, rambut rontok, siklus haid yang tidak teratur, kelebihan berat badan, kulit menjadi berminyak atau berjerawat, timbulnya rambut yang berlebihan pada area tertentu seperti wajah, dada, punggung, dan bokong.
Mengapa PCOS dapat menyebabkan perempuan mengalami depresi? Wanita yang mengidap penyakit PCOS merasa harga dirinya lebih rendah dari wanita lain karena penampilan fisik hiperandrogenisme seperti obesitas, wajah yang berjerawat batu atau kistik, rambut yang rontok, seborrhea, dan hirsustisme. Hal tersebut tentu saja dapat memengaruhi identitas feminin mereka. Wanita tersebut akan merasa insecure dengan kondisi fisik tersebut.
Faktor psikososial bukan menjadi salah satu penyebabnya. Akan tetapi, terdapat beberapa gejala utama seperti disfungsi pada haid, obesitas, dan infertilitas. Penderita PCOS memiliki gejala neurotik di mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengatasi stres, depresi, dan cemas. Pada kondisi ini masalah psikologis yang kebanyakan dialami oleh wanita yang mengidap penyakit ini, yaitu depresi.
Penderita PCOS mengalami gejala-gejala depresi diantaranya, yaitu mood depresif, melankolis, dan selalu merasa sedih. PCOS dapat menyebabkan gangguan mental lainnya termasuk bipolar, anxiety, insomnia, dan skizofrenia. Penderita PCOS lebih banyak mengalami kesulitan tidur atau insomnia.
Lalu, bagaimana mengatasi stress pada penderita PCOS? Mengatasi stres pada penderita PCOS dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun nonfarmakologi. Pada farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian obat antidepresan dan anti cemas termasuk golongan benzodizapam seperti alprazolam tapi dapat menyebabkan ketergantungan yang berlebih. Sedangkan dalam nonfarmakologi cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu berelaksasi dengan cara meditasi.
PCOS dapat ditangani dengan merubah pola hidup yang sehat, rajin berolahraga, dan melakukan diet rendah kalori. Biasanya dokter memberikan obat-obatan yang dapat membantu siklus haid menjadi teratur dengan pemberian pil progestin dsb. Dokter pun dapat memberikan obat anti diabetes seperti metformin karena dikhawatirkan wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena risiko penyakit diabetes. Timbulnya rambut yang berlebih pada area tertentu dapat diatasi dengan mencukur.
PCOS merupakan penyakit yang berbahaya apabila tidak diatasi secara langsung. Karena, penderita PCOS dapat menderita penyakit lain termasuk obesitas, kanker endometrium, stroke, diabetes, dan disfungsi jantung. Oleh sebab itu, apabila telah mengalami tanda dan gejala dari penyakit PCOS segerakan untuk pergi menemui dokter agar dapat ditangani lebih lanjut.