Minggu, Desember 15, 2024

Paradox pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di Daerah Keamanan Terbatas Bandara

Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Profesional dan akademis dengan sejarah kerja, pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan dan bisnis kedirgantaraan. Alumni PLP/ STPI/ PPI Curug, Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, International Airport Professional (IAP) dari ICAO-ACI AMPAP dan Fellow Royal Aeronautical Society (FRAeS).
- Advertisement -

Latar belakang

Pengelolaan isu paradoks manajemen antara proteksi dan produksi dalam pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di Daerah Keamanan Terbatas (DKT) bandara memerlukan pemahaman utuh tentang tantangan yang dihadapi dalam mencapai keseimbangan antara dua kebutuhan yang seringkali bertentangan.

Dalam konteks ini, paradoks tersebut muncul ketika pengelola dan pemangku kepentingan lainnya dihadapkan pada keputusan yang memerlukan perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan, yang mungkin membatasi kegiatan produksi dan operasional yang dapat meningkatkan efisiensi bisnis dan pendapatan. Keamanan yang ketat di kawasan terbatas bandara, seperti di daerah keamanan terbatas, memerlukan pengawasan yang ketat dan prosedur operasional yang lebih rigid, sementara di sisi lain, terdapat kebutuhan untuk mempertahankan kelancaran proses produksi dan layanan bagi penumpang dan pengusaha lainnya.

Pemikiran kritis sangat penting dalam pengelolaan paradoks ini, karena hanya dengan pendekatan yang matang dan sistematis, ekosistem bisnis yang berkelanjutan dapat dicapai. Manajer harus mampu merancang strategi yang menyelaraskan kebijakan proteksi (terhadap ancaman eksternal maupun internal) dengan upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional dan layanan. Dalam konteks ini, teknologi dan inovasi juga memainkan peran penting untuk menemukan solusi yang tidak hanya mengutamakan aspek keamanan, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan produksi dan operasional di bandara.

Pemikiran yang cerdas dan visioner dibutuhkan untuk menciptakan sistem manajemen yang mampu menjaga keseimbangan antara keduanya, dengan tetap memikirkan dampaknya terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat sekitar. Hal ini akan berkontribusi pada terciptanya ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan dapat bertahan dalam jangka panjang meskipun dalam situasi yang penuh tantangan di daerah keamanan terbatas  bandar udara.

Ekosistem Bisnis Berkelanjutan di Bandara

Pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di bandara merupakan upaya untuk menciptakan sistem bisnis yang tidak hanya mengutamakan keuntungan finansial, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam jangka panjang. Sebagai salah satu simpul bisnis yang penting, bandara memiliki peran strategis dalam perekonomian . Oleh karena itu, pengelolaan yang bijaksana terhadap ekosistem bisnis di sekitarnya sangat penting untuk memastikan keberlanjutan operasional dan dampaknya terhadap masyarakat serta lingkungan.

Pada dasarnya, ekosistem bisnis berkelanjutan di bandara melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk otoritas bandara, maskapai penerbangan, penyedia layanan di terminal, serta pihak lain seperti pelaku usaha, masyarakat sekitar, dan pemerintah. Pengelolaan yang berkelanjutan di bandara harus mencakup beberapa aspek, seperti:

  1. Keberlanjutan Lingkungan: Pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di bandara harus mengutamakan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan. Ini mencakup pengelolaan limbah, pengurangan emisi karbon, efisiensi penggunaan energi, serta penerapan teknologi ramah lingkungan dalam operasional bandara, seperti penggunaan energi terbarukan dan sistem manajemen air yang efisien.
  2. Peningkatan Infrastruktur dan Teknologi: Dalam mendukung keberlanjutan, penerapan teknologi modern di sektor infrastruktur bandara sangat penting. Misalnya, penggunaan sistem pemantauan otomatis untuk pengelolaan lalu lintas penumpang dan barang yang dapat mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi operasional. Teknologi juga dapat digunakan untuk mempercepat proses check-in dan boarding, serta meningkatkan keselamatan penumpang.
  3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia: Sumber daya manusia di bandara juga harus diberdayakan secara berkelanjutan. Pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi pekerja bandara dalam hal keamanan, pelayanan pelanggan, dan manajemen sumber daya sangat penting untuk menciptakan budaya kerja yang produktif dan berkelanjutan.
  4. Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Bandara sebagai pusat kegiatan bisnis dan transportasi harus berperan dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Ini termasuk menciptakan peluang bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang berlokasi di sekitar bandara, serta bekerja sama dengan pengusaha lokal untuk menyediakan produk dan layanan yang mendukung ekosistem bisnis di bandara.
  5. Keseimbangan antara Keamanan dan Produksi: Di kawasan yang memiliki daerah keamanan terbatas bandara, perlu ada keseimbangan yang bijak antara aspek proteksi dan kebutuhan operasional. Pengelolaan yang baik akan memastikan bahwa kebijakan keamanan yang ketat tidak menghambat efisiensi operasional dan pertumbuhan bisnis, sambil tetap menjaga keselamatan penumpang dan staf.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan ini, ekosistem bisnis di bandara tidak hanya akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang stabil, tetapi juga menjaga keberlanjutan sosial dan lingkungan dalam jangka panjang. Pendekatan ini akan memberikan manfaat tidak hanya bagi industri penerbangan, tetapi juga bagi masyarakat luas dan generasi mendatang.

Daerah Keamanan Terbatas di Bandar Udara

- Advertisement -

Daerah Keamanan Terbatas (DKT) di bandara adalah kawasan yang memiliki pengawasan dan pengamanan yang ketat, demi menjamin keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional bandara. Sebagai pintu gerbang penting kegiatan bisnis terutama terkait penerbangan internasional dan domestik, bandara ini memegang peranan penting dalam kegiatan transportasi udara dan perdagangan. Oleh karena itu, DKT dibentuk untuk mengelola dan mengawasi area-area yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman keamanan dan keselamatan penerbangan.

Daerah keamanan terbatas di bandara mencakup berbagai sektor, seperti area landasan pacu, ruang tunggu penumpang, fasilitas kargo, serta zona operasional maskapai. Keamanan di kawasan ini mencakup beberapa aspek, antara lain:

  1. Keamanan Penerbangan: DKT di bandara memiliki peran penting dalam mengelola berbagai aspek keamanan penerbangan, seperti pemeriksaan barang, penumpang, serta pengawasan terhadap akses ke pesawat dan fasilitas bandara. Hal ini bertujuan untuk mencegah ancaman terorisme, penyelundupan, dan kegiatan ilegal lainnya yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan.
  2. Keamanan Fasilitas dan Infrastruktur: Infrastruktur vital di bandara, termasuk terminal, hanggar, ruang kontrol lalu lintas udara, serta sistem pemantauan dan komunikasi, terletak di dalam DKT. Pengamanan yang ketat terhadap fasilitas-fasilitas ini sangat diperlukan untuk menghindari gangguan atau kerusakan yang dapat menghambat operasional bandara dan mengancam keamanan penumpang.
  3. Akses Terbatas: DKT membatasi akses hanya kepada personel yang memiliki izin dan tujuan tertentu, seperti petugas keamanan, personel maskapai, serta pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab langsung terhadap operasional bandara. Pembatasan akses ini memastikan bahwa hanya individu yang sah yang dapat memasuki area sensitif, menjaga agar potensi ancaman dapat dikendalikan.
  4. Teknologi Keamanan: Di era digital ini, DKT di bandara juga dilengkapi dengan teknologi keamanan mutakhir, seperti pemindaian biometrik, pemantauan CCTV, dan sistem deteksi otomatis untuk mendeteksi potensi ancaman sejak dini. Teknologi ini sangat penting dalam memperkuat sistem pengamanan dan mempercepat proses pemeriksaan tanpa mengurangi kenyamanan penumpang.
  5. Keterlibatan Multi-Instansi: Pengelolaan DKT di bandara melibatkan berbagai instansi yang bekerja sama dalam memastikan keberhasilan sistem keamanan. Ini termasuk TNI, Polri, Otavia, dan berbagai lembaga pemerintah lainnya yang memiliki kewenangan dalam menjaga ketertiban dan keamanan di dalam bandara.

Dengan adanya DKT di bandara, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang aman dan terkontrol, yang mendukung kelancaran operasional dan mengurangi potensi ancaman terhadap penerbangan, penumpang, serta infrastruktur bandara. Pengelolaan yang efektif terhadap DKT juga menjadi bagian dari upaya Indonesia dalam memperkuat citra internasional sebagai negara yang aman dan siap dalam menjalankan operasional penerbangan global.

Diskusi

Pengelolaan isu paradoks manajemen antara proteksi dan produksi di DKT bandara menjadi sangat krusial mengingat peran vital bandara ini dalam perekonomian nasional dan internasional. Sebagai salah satu wilayah penting dalam kediatan ekonomi,  bandara menghadapi tantangan yang kompleks dalam menyeimbangkan kebutuhan akan pengamanan yang ketat dan operasional yang efisien. Isu ini berpusat pada konflik antara kebutuhan untuk melindungi keamanan penerbangan, fasilitas bandara, serta penumpang dengan kebutuhan untuk menjaga kelancaran dan produktivitas operasional yang mendukung ekosistem bisnis yang berkelanjutan.

  1. Pengelolaan Proteksi dan Produksi yang Bertentangan

Pada intinya, paradoks ini muncul karena dua elemen yang saling bertentangan: perlindungan yang ketat sering kali membutuhkan prosedur yang memakan waktu, seperti pemeriksaan keamanan yang mendalam, pembatasan akses yang ketat, serta penanganan barang yang cermat. Prosedur-prosedur ini dapat menyebabkan keterlambatan operasional, menambah biaya, serta memperlambat alur layanan kepada pelanggan. Di sisi lain, untuk menjaga kelancaran produksi—dalam hal ini, operasional bandara dan layanan penumpang yang efisien—prosedur yang lebih ringan dan proses yang lebih cepat seringkali diperlukan, namun hal ini dapat menambah risiko terhadap potensi ancaman keamanan.

  1. Impak dari Proteksi yang Ketat terhadap Produksi

Salah satu contoh nyata dari paradoks ini adalah pengaruh ketatnya pengawasan di zona keamanan terhadap kelancaran alur penumpang dan barang. Sistem pemeriksaan keamanan yang berlapis—termasuk pemindai tubuh, pemeriksaan barang dengan X-ray, serta deteksi bahan berbahaya—memang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi ancaman terhadap penerbangan. Namun, jika sistem ini tidak diatur dengan efisien, dapat menyebabkan antrean panjang, keterlambatan penerbangan, dan ketidaknyamanan bagi penumpang. Hal ini dapat berdampak langsung pada kepuasan pelanggan dan bahkan pada pendapatan yang dihasilkan oleh pihak maskapai dan penyedia layanan di bandara.

  1. Strategi Pengelolaan yang Efektif: Teknologi dan Inovasi

Untuk mengatasi paradoks ini, penggunaan teknologi yang tepat menjadi sangat penting. Misalnya, teknologi pemindaian biometrik untuk verifikasi identitas penumpang dan sistem self-check-in yang cepat dapat membantu mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam prosedur pemeriksaan tanpa mengorbankan standar keamanan. Penggunaan teknologi ini memungkinkan bandara untuk mengurangi kemacetan di titik pemeriksaan keamanan dan meningkatkan efisiensi operasional. Sistem otomatisasi yang memantau dan mengatur pergerakan barang dan penumpang juga dapat memastikan bahwa produk dan layanan tetap berjalan lancar meskipun pengawasan keamanan tetap ketat.

Selain itu, pendekatan berbasis analisis risiko dapat diterapkan untuk menilai tingkat ancaman dan menentukan langkah-langkah pengamanan yang sesuai dengan situasi. Dengan kata lain, kebijakan pengamanan yang diterapkan tidak harus selalu “satu ukuran untuk semua”, melainkan dapat disesuaikan berdasarkan tingkat risiko yang teridentifikasi pada setiap situasi atau area tertentu.

  1. Keseimbangan antara Keamanan dan Efisiensi Operasional

Diskusi tentang pengelolaan paradoks ini juga melibatkan pemikiran tentang bagaimana mengelola sumber daya secara optimal. Efisiensi dalam pengelolaan bandara tidak hanya terkait dengan kecepatan proses, tetapi juga dengan bagaimana manajer bandara dapat mengintegrasikan aspek keamanan dalam strategi operasional mereka tanpa mengganggu kelancaran kegiatan bisnis. Sebagai contoh, pengaturan jadwal penerbangan yang fleksibel atau pengelolaan kapasitas terminal yang lebih baik dapat membantu mengurangi tekanan pada titik-titik pemeriksaan tanpa mengurangi kualitas pelayanan.

Keberhasilan dalam mengelola paradoks ini juga bergantung pada kolaborasi yang erat antara berbagai pihak terkait, seperti pihak keamanan bandara, maskapai, pengelola fasilitas, dan otoritas pemerintah. Pembentukan prosedur yang adaptif dan koordinasi yang baik antara pihak-pihak ini sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara dua kepentingan yang tampaknya saling bertentangan.

  1. Keberlanjutan Ekosistem Bisnis di DKT

Dalam kerangka ekosistem bisnis berkelanjutan, pengelolaan isu paradoks ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Keamanan dan efisiensi operasional yang dijaga dengan baik akan memberikan dampak positif tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga mendukung keberlanjutan jangka panjang bandara sebagai pusat ekonomi dan transportasi. Pengelolaan yang efektif akan memperkuat daya saing bandara di tingkat internasional, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan pada akhirnya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Paradoks antara proteksi dan produksi dalam pengelolaan ekosistem bisnis berkelanjutan di DKT bandara menuntut pendekatan yang cermat dan terintegrasi. Dengan pemanfaatan teknologi, kebijakan berbasis risiko, serta kolaborasi yang baik antar pemangku kepentingan, tantangan ini dapat diatasi dengan lebih baik. Keberlanjutan operasional bandara yang aman dan efisien dapat dicapai, yang pada gilirannya akan mendukung perekonomian dan pelayanan yang lebih baik bagi penumpang dan pihak-pihak terkait.

Tantangan

Pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di DKT bandara menghadapi berbagai tantangan yang kompleks, mengingat keberadaan bandara sebagai titik sentral dalam lalu lintas perjalanan udara nasional dan internasional. Tantangan ini tidak hanya terkait dengan pengelolaan operasional yang efisien dan penguatan daya saing ekonomi, tetapi juga dengan bagaimana memastikan bahwa aspek keamanan, keberlanjutan lingkungan, serta pemenuhan standar sosial tetap terjaga. Pentingnya pengelolaan DKT bandara, pengelolaan ekosistem bisnis di Bandara memerlukan perhatian lebih terhadap berbagai isu yang muncul dalam interaksi antara proteksi dan produksi.

  1. Keamanan yang Ketat dan Dampaknya terhadap Efisiensi Operasional

Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menjaga tingkat keamanan yang sangat ketat di daerah yang dibatasi dengan pengawasan yang intensif, sementara di saat yang bersamaan, menjaga efisiensi operasional dan kelancaran alur layanan bagi penumpang dan pelaku bisnis. Prosedur pemeriksaan yang panjang dan ketat di kawasan DKT dapat menghambat kelancaran proses operasional, menyebabkan keterlambatan penerbangan, serta memperlambat pergerakan barang dan kargo. Selain itu, pembatasan akses juga memperlambat interaksi antar berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan bandara, seperti maskapai, penyedia layanan, dan pengusaha lokal.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pemanfaatan teknologi yang efisien, seperti sistem otomatisasi, biometrik, dan alat pemindaian canggih, yang dapat mempercepat proses keamanan tanpa mengorbankan standar proteksi yang tinggi. Namun, penerapan teknologi juga memerlukan investasi yang tidak sedikit dan pelatihan sumber daya manusia agar sistem ini dapat diimplementasikan dengan lancar.

  1. Keterbatasan Infrastruktur dan Sumber Daya

Bandara merupakan pusat transportasi yang sibuk, terus menghadapi tantangan dalam pengelolaan infrastruktur yang sesuai dengan standar keberlanjutan. Infrastruktur bandara yang meliputi terminal penumpang, fasilitas kargo, serta sistem transportasi darat dan udara harus terus diperbarui dan ditingkatkan untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Keterbatasan ruang, terutama di kawasan DKT yang memiliki batasan akses, menambah kompleksitas dalam pengembangan dan pemeliharaan fasilitas tersebut.

Selain itu, pengelolaan sumber daya manusia yang terlatih dan terampil dalam menghadapi situasi yang melibatkan aspek keamanan dan operasional juga menjadi tantangan. Tenaga kerja yang terampil dalam pengelolaan keamanan, teknologi, dan layanan pelanggan sangat dibutuhkan untuk menjaga kelancaran ekosistem bisnis di bandara.

  1. Tantangan Lingkungan dan Keberlanjutan

Di tengah kebutuhan untuk mempertahankan operasional yang lancar dan aman, pengelolaan dampak lingkungan dari aktivitas di bandara menjadi tantangan yang tidak kalah penting. Emisi karbon yang dihasilkan oleh penerbangan, kendaraan operasional di bandara, serta pengelolaan limbah dan air, semuanya berkontribusi pada tantangan keberlanjutan di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengusaha dan pengelola bandara harus menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan yang mencakup penggunaan energi terbarukan, pengurangan jejak karbon, dan pengelolaan limbah yang efisien.

Namun, pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan dan penggunaan teknologi hijau juga memerlukan biaya tinggi, serta perubahan signifikan dalam cara kerja yang sudah ada. Inovasi dalam pengelolaan lingkungan, seperti pemanfaatan sistem daur ulang air dan penggunaan transportasi ramah lingkungan di sekitar bandara, harus diterapkan untuk mencapai tujuan keberlanjutan tanpa mengorbankan efisiensi operasional.

  1. Pengelolaan Risiko dan Kepatuhan terhadap Regulasi

Tantangan lain yang dihadapi dalam pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di daerah DKT bandara adalah pengelolaan risiko yang berhubungan dengan keselamatan dan keamanan. Bandara harus terus mematuhi regulasi yang ketat terkait dengan standar keamanan, keselamatan penerbangan, dan proteksi dari ancaman terorisme atau kejahatan. Pengelolaan risiko ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari otoritas bandara hingga lembaga keamanan dan maskapai penerbangan.

Selain itu, ada tantangan dalam mengintegrasikan berbagai kebijakan dan prosedur keamanan yang berlaku di tingkat nasional dan internasional, serta menjaga agar pengelolaan operasional tetap efisien dan sesuai dengan standar yang ada.

  1. Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Ekosistem Bisnis

Ekosistem bisnis di bandara melibatkan banyak pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan berbeda, mulai dari pihak keamanan, pengelola bandara, maskapai penerbangan, penyedia layanan, hingga masyarakat sekitar. Terkadang, tujuan dari masing-masing pihak ini dapat saling bertentangan, misalnya, antara keamanan dan efisiensi operasional atau antara keuntungan bisnis dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana menyatukan semua kepentingan ini dalam sebuah kerangka kerja yang berkelanjutan dan saling mendukung.

Tantangan pengusahaan ekosistem bisnis berkelanjutan di DKT bandara mencakup banyak dimensi, mulai dari pengelolaan keamanan yang ketat hingga pengembangan infrastruktur ramah lingkungan dan keberlanjutan ekonomi. Pengelolaan yang cermat, penggunaan teknologi yang efisien, serta kolaborasi yang baik antara semua pemangku kepentingan adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini. Dengan demikian, Bandara dapat terus berkembang sebagai hub transportasi yang aman, efisien, dan berkelanjutan, yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia serta menjaga kelestarian lingkungan.

Way Forward

Menghadapi tantangan kompleks dalam pengelolaan ekosistem bisnis berkelanjutan di DKT bandara, langkah maju (way forward) yang strategis dan terintegrasi diperlukan untuk memastikan keberlanjutan operasional, pertumbuhan ekonomi, dan perlindungan lingkungan. Sebagai salah satu bandara terbesar dan tersibuk di dunia, Bandara memiliki peran vital dalam perekonomian Indonesia, tetapi di sisi lain, bandara ini juga harus menanggapi tuntutan terkait dengan keamanan, efisiensi operasional, serta keberlanjutan lingkungan yang semakin meningkat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencapai tujuan tersebut:

  1. Pemanfaatan Teknologi Canggih untuk Meningkatkan Keamanan dan Efisiensi

Salah satu langkah utama untuk memajukan pengelolaan ekosistem bisnis berkelanjutan di daerah keamanan terbatas adalah dengan memanfaatkan teknologi terkini yang dapat meningkatkan efisiensi operasional tanpa mengorbankan standar keamanan yang ketat. Penggunaan teknologi biometrik, pemindai tubuh otomatis, serta sistem kontrol akses digital dapat mempercepat proses pemeriksaan keamanan tanpa menyebabkan kemacetan atau keterlambatan penerbangan.

Selain itu, teknologi IoT (Internet of Things) untuk pemantauan real-time di seluruh area bandara dapat memberikan data yang dibutuhkan untuk mengelola aliran penumpang, barang, dan kargo secara lebih efektif. Sistem pengelolaan dan pemantauan berbasis data ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperkuat ketahanan sistem terhadap ancaman yang mungkin muncul, serta memungkinkan prediksi dini terhadap masalah yang dapat mengganggu operasional.

  1. Pengembangan Infrastruktur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

Keberlanjutan menjadi faktor penting dalam pengelolaan ekosistem bisnis di bandara, baik dari segi operasional maupun dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Langkah berikutnya adalah pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan, termasuk penerapan prinsip bangunan hijau (green building), penggunaan energi terbarukan (seperti solar panel di atap terminal), dan pengelolaan air serta limbah yang efisien.

Inovasi dalam pengelolaan transportasi di sekitar bandara juga perlu diprioritaskan. Misalnya, memperkenalkan sistem transportasi berbasis kendaraan listrik (EV) atau sistem kereta ringan untuk menghubungkan terminal-terminal di bandara dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan berbahan bakar fosil. Selain itu, sistem pengelolaan limbah yang lebih canggih, seperti fasilitas daur ulang dan pengelolaan sampah organik, dapat memperkuat komitmen bandara untuk menjadi lebih ramah lingkungan.

  1. Kebijakan Pengelolaan Risiko dan Keamanan yang Adaptif

Menanggapi potensi ancaman yang selalu berubah, pengelolaan risiko yang lebih adaptif dan berbasis data harus diperkuat. Dalam pengelolaan daerah keamanan terbatas, bukan hanya teknologi dan prosedur yang harus diperbarui, tetapi juga pendekatan manajerial yang responsif terhadap perkembangan ancaman. Analisis risiko yang lebih mendalam dan berbasis data untuk menentukan langkah-langkah pengamanan yang tepat, serta penerapan kebijakan yang dapat menyesuaikan diri dengan dinamika ancaman, sangat penting.

Selain itu, keterlibatan lebih besar antara otoritas keamanan bandara dan pihak-pihak terkait, seperti maskapai, pengelola fasilitas, dan lembaga pemerintah, akan memastikan bahwa kebijakan keamanan tetap terintegrasi dan responsif. Penguatan pelatihan bagi petugas keamanan serta pengembangan sistem pengawasan yang lebih canggih juga harus menjadi fokus ke depan.

  1. Kolaborasi dan Sinergi Antar Pemangku Kepentingan

Untuk mencapai tujuan keberlanjutan, pengelolaan ekosistem bisnis di Bandara harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pihak pemerintah, otoritas bandara, maskapai, penyedia layanan, dan komunitas lokal. Salah satu langkah ke depan adalah menciptakan platform kolaboratif yang memungkinkan komunikasi lebih baik antara semua pihak ini. Melalui sinergi yang baik, dapat ditemukan solusi untuk mengatasi ketegangan antara keamanan yang ketat dan kebutuhan operasional yang efisien, serta menemukan cara-cara inovatif untuk meningkatkan kualitas layanan sambil tetap menjaga standar keberlanjutan.

Penting juga untuk meningkatkan kesadaran akan keberlanjutan di kalangan pengusaha yang beroperasi di bandara, dari sektor ritel hingga layanan transportasi. Melalui kebijakan insentif dan dukungan dari pemerintah, para pemangku kepentingan di sektor swasta dapat lebih termotivasi untuk menerapkan praktik bisnis yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

  1. Peningkatan Kapasitas SDM dan Kompetensi

Sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan memiliki pengetahuan yang luas tentang tantangan dan peluang yang ada dalam pengelolaan ekosistem bisnis berkelanjutan sangat penting. Oleh karena itu, pelatihan yang terus-menerus mengenai keamanan, keberlanjutan, dan teknologi baru harus menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan Bandara. Para pekerja di semua level, dari petugas keamanan hingga manajer operasional, perlu dilibatkan dalam pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan yang ada.

  1. Penerapan Kebijakan dan Regulasinya yang Fleksibel

Kebijakan yang diterapkan untuk memastikan ekosistem bisnis berkelanjutan harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan situasi dan teknologi yang terus berkembang. Untuk itu, peninjauan dan pembaruan regulasi secara berkala sangat diperlukan untuk menjaga agar pengelolaan bandara selalu relevan dengan perkembangan global dan dapat mengakomodasi kebutuhan operasional yang semakin kompleks.

Penutup

Dalam pengelolaan ekosistem bisnis berkelanjutan di DKT bandara, terdapat sebuah paradoks manajerial yang krusial, yaitu antara kebutuhan untuk menjaga tingkat proteksi dan keamanan yang tinggi, serta upaya untuk meningkatkan efisiensi produksi dan operasional. Kedua aspek ini sering kali saling bertentangan, dimana peningkatan pengawasan dan prosedur keamanan yang ketat dapat menghambat kelancaran operasional dan berpotensi memperlambat proses bisnis. Namun, tanpa perlindungan yang memadai, potensi risiko terhadap keselamatan, baik itu dalam aspek fisik maupun dalam dunia maya, bisa berimplikasi besar pada kelangsungan operasional bandara.

Oleh karena itu, pemikiran yang matang dan terintegrasi sangat diperlukan untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara proteksi dan produksi. Pendekatan manajerial yang visioner harus mampu mengidentifikasi solusi inovatif yang dapat mengoptimalkan keduanya, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, memperkuat kolaborasi antara pemangku kepentingan, serta merancang kebijakan yang adaptif dan fleksibel terhadap dinamika yang ada. Pemanfaatan teknologi untuk efisiensi operasional dan peningkatan keamanan, serta penerapan praktik keberlanjutan yang ramah lingkungan, menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini.

Sebagai pernyataan akhir, pengelolaan paradoks ini bukanlah sebuah tugas yang mudah, namun sangat penting untuk menjamin bahwa bandara tetap dapat berfungsi sebagai pusat transportasi udara yang aman, efisien, dan berkelanjutan. Dengan pemikiran yang holistik dan pemecahan masalah yang kreatif, bandara ini dapat terus mendukung perekonomian Indonesia, dengan tetapl menjaga lingkungan, keselamatan dan keamanan penerbangan.

Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Profesional dan akademis dengan sejarah kerja, pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan dan bisnis kedirgantaraan. Alumni PLP/ STPI/ PPI Curug, Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, International Airport Professional (IAP) dari ICAO-ACI AMPAP dan Fellow Royal Aeronautical Society (FRAeS).
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.