Jumat, Maret 29, 2024

Ocehan Fahri Hamzah Soal Aksi Teroris, Ngelantur!

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Keberadaan sosok Fahri Hamzah dan Fadli Zon, ‘bagai pinang dibelah dua’. Dua elit parpol yang berkantor di Senayan ini, gayanya sangat mirip dan sulit untuk dibedakan. Keduanya sama-sama ngomong ngelantur, terkait aksi teroris yang belum lama ini meledakkan bom di tiga gereja Surabaya.

Dua orang ini memang tidak kembar identik secara fisik, tetapi mereka selalu kompak mengeluarkan pernyataan-pernyataan nyeleneh yang membuat rakyat geram dan sakit hati. Fahri yang konon kabarnya sudah dipecat dari PKS, ogah hengkang dari Senayan dan tetap menunjukkan eksistensinya dengan berbagai komentar-komentar ngaco ketika mengeritik pemerintah. Elit parpol PKS yang uring-uringan melihat kelakuan Fahri, menemui jalan buntu untuk mendepak Fahri dari kursi DPR.

Dalam akun twitternya yang diunggah, Rabu 16 Mei 2018 lalu, Fahri merespon soal aksi teroris di Surabaya.

@Fahrihamzah: Musuh kita adalah pemerintah yang gagal membuat kita bersaudara sebab agama tidak ada yg mengajarkan kebencian…ajaran kebencian datang dari khotbah mereka yang gagal mengelola negara…perhatikanlah…

Dua hari sebelum Fahri ngoceh soal bom Surabaya, Fadli sudah menyatakan keberatan jika pemerintah menjadikan DPR sebagai ‘kambing hitam’ terkait regulasi terorisme.”Jangan seolah-olah karena gagal mengatasi (terorisme), undang-undang yang disalahkan. Yang salah jelas pemerintah dan aparat keamanan yang gagal mengamankan masyarakat,” kata Fadli di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Bukan sebuah kebetulan antara Fadli (Gerindra) dan Fahri (PKS) sama-sama berasal dari parpol oposisi dan substansi komentarnya soal aksi terorisme juga sama-sama menyalahkan pemerintah.

Nampaknya, antara Fahri dan Fadli ada semacam kesepakatan bersama untuk selalu duet dalam mengkritisi Pemerintah, walaupun hampir sebagian besar kritikannya tak bermutu dan menentang arus suara rakyat, terutama soal aksi bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya.

Keduanya sampai saat ini, masih nyaman-nyaman saja berkomentar. Padahal, setiap kali mereka berkomentar selalu memicu kemarahan rakyat. Sayangnya lagi, ratusan anggota DPR lainnya terkesan diam saja, cuek dan apatis terhadap tindak-tanduk Fahri dan Fadli yang dinilai rakyat sudah melampaui ambang batasnya sebagai wakil rakyat.

Elit politik Gerindra dan PKS juga sampai detik ini tidak pernah memberikan semacam teguran sedikitpun terhadap dua kadernya ini. Akibatnya, baik Fahri maupun Fadli seolah-olah merasa komentar mereka merupakan suara resmi parpolnya. Dengan kata lain, suara Fadli Zon adalah suara Gerindra dan suara Fahri Hamzah adalah suara PKS.

Saya berharap untuk masa-masa mendatang, rakyat harus lebih teliti lagi ketika memilih wakilnya untuk duduk di kursi DPR. Jangan sampai bangsa ini dipimpin oleh wakil-wakil rakyat yang bisa saja bersifat oportunis, rakus kekuasaan, bahkan sifatnya seperti sampah yang bau dan menjijikkan.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada kedua politisi muda ini, rasa-rasanya Fahri dan Fadli diduga kuat sudah mulai kehilangan kendali diri dan melupakan sumpah jabatan sebagai wakil rakyat. Perhatiannya terhadap rakyat hilang ditelan hawa nafsu politik yang membabi buta.

Tak ada larangan anggota Dewan mengkritisi pemerintah karena memang itu salah satu fungsinya. Namun, kritik yang ngelantur dan ngawur justru bisa menjadi bom waktu yang akan merusak keutuhan bangsa. Kritik harus dilandasi etika dan sopan santun, fokus terhadap se buah kasus, mengutamakan kepentingan bangsa, negara dan rakyat. Model kritik yang santun inilah yang tidak dimiliki Fahri dan Fadli. Seharusnya, Fahri dan Fadli memberikan contoh beradab dalam berkomentar maupun mengeritik, agar publik merasa nyaman secara psikologis maupun sosiologis.

Sekali lagi saya ingin menyampaikan bahwa fungsi DPR adalah sebagai lembaga kontrol terhadap Pemerintah. Namun, harus juga dipahami bahwa mengontrol dan mengeritik pemerintah, terkait aksi bom bunuh diri di Surabaya dengan memakai alat ukur kepentingan politik parpol dan hanya bertujuan untuk merebut kekuasaan adalah sebuah kesalahan besar yang tidak bisa ditolerir.

Kenapa begitu? Karena anggota DPR adalah wakil rakyat dan digaji oleh uang rakyat. Jadi, sangat tidak beradab kalau seorang politisi bicara hanya untuk parpolnya dan mengabaikan kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Terus, apakah Anda masih percaya dengan ocehan Fahri dan Fadli? Itu semua terserah Anda.

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.