Selasa, November 12, 2024

Non Suicidal Self Harm, Perilaku Menyakiti Diri Sendiri

Irwan Supriyanto
Irwan Supriyanto
Seorang dokter jiwa yang suka menulis, punya sambilan juga jadi dosen di FKKMK UGM, tapi seringkali hanya sekedar menemani pasien ngobrol
- Advertisement -

Dalam beberapa waktu terakhir tersebar berita mengkhawatirkan tentang sejumlah remaja di sebuah sekolah Magetan melakukan perilaku menyakiti diri sendiri atau sering disebut sebagai self harm/self injury. Dan ternyata peristiwa ini bukan pertama kalinya, karena ternyata dalam setahun terakhir banyak berita yang sama. Mereka melukai diri sendiri dengan berbagai benda tajam.

Banyaknya kasus self harm menjadi sebuah pertanyaan besar. Kenapa para remaja ini menyakiti diri sendiri? Yang jelas tujuan mereka bukan untuk bunuh diri dan mereka juga tahu dengan pasti bahwa apa yang mereka lakukan tidak mematikan. Namun mereka tetap mengulang-ulang perilaku ini meskipun hal itu menyebabkan luka dan sakit pada diri sendiri.

Maraknya kasus ini di kalangan remaja layak mendapat perhatian serius. Karena berdasarkan studi literatur, ternyata kasus ini tidak hanya terjadi di Indonesia dan terdapat trend peningkatan setiap tahun. Dan ternyata pelakunya bukan hanya remaja saja, bahkan bisa ditemukan pada orang dewasa dan lansia.

Siapa yang melakukan self harm?

Kasus self harm paling banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Prevalensi kasus self harm secara global cukup besar, yaitu 15% – 20% di kalangan remaja dan dewasa muda dan sekitar 6% pada dewasa.

Kasus ini juga lebih banyak ditemukan pada mereka yang mengalami gangguan mental, khususnya mereka yang mengalami distress emosional, misalnya pasien dengan emosionalitas negatif, depresi, kecemasan, atau yang mengalami disregulasi emosi. Mereka cenderung mengarahkan emosi negatif yang dirasakan ke dalam dirinya sendiri dan sering mengkritik dirinya sendiri.

Perilaku self harm sering dihubungan dengan adanya gangguan kepribadian ambang. Namun penelitian menunjukkan bahwa ternyata perilaku self harm tidak hanya ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang, tapi juga pada gangguan mental lainnya. Perilaku ini ditemukan pada pasien dengan gangguan suasana perasaan, gangguan cemas, atau gangguan kepribadian lainnya.

Rasio antara laki-laki dan perempuan untuk perilaku self harm tidak berbeda, namun terdapat perbedaan gender tentang metode yang digunakan. Perempuan lebih sering melakukan cutting, sementara laki-laki lebih sering dengan memukul (misalnya memukul tembok atau kepalanya sendiri) dan membakar (misalnya dengan menyundut rokok). Bentuk self harm lainnya adalah melakukan perilaku berisiko, misalnya dengan kebut-kebutan di jalan raya, minum alkohol berlebihan, atau bahkan melakukan hubungan seksual berisiko.

Kenapa orang melakukan self harm?

Berbeda dengan dugaan kebanyakan orang, para pelaku self harm ini tidak bermaksud untuk melakukan bunuh diri. Mereka seringkali memilih metode yang cukup menyakitkan namun tidak mengancam nyawanya.

Alasan pertama orang melakukan self harm adalah untuk menghilangkan sementara emosi negatif yang dirasakan. Banyak pelaku yang menyatakan bahwa mereka mengalami emosi negatif yang intens sebelum melakukan self harm dan merasakan perasaan tenang dan lega setelah melakukan self harm.

Alasan kedua adalah karena mereka ingin menghukum diri sendiri atau sebagai bentuk kemarahan terhadap diri sendiri. Hal ini terutama pada mereka yang sering mengkritik negatif dirinya sendiri.

- Advertisement -

Alasan ketiga adalah karena pelakunya ingin merasakan tanda fisik untuk distress emosional yang dialami. Mereka sering mengatakan bahwa mereka ingin membuat rasa tidak nyaman dan negatif dalam dirinya atau di hatinya agar bisa dilihat dan dirasakan secara fisik.

Alasan berikutnya ditemukan pada beberapa kasus bahwa mereka ingin mempengaruhi orang lain. Hal ini yang menyebabkan perilaku self harm tersebar luas karena umumnya mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan perilaku self harm.

Apakah self harm bisa meningkatkan risiko bunuh diri?

Banyak orang yang khawatir bahwa mereka yang melakukan self harm pada akhirnya akan melakukan bunuh diri, bahwa self harm dan bunuh diri adalah rentetan peristiwa yang saling berhubungan. Namun kekhawatiran ini sebenarnya tidak beralasan karena metode yang digunakan untuk self harm dan bunuh diri jelas sangat berbeda dalam tingkat letalitasnya. Meskipun demikian, adanya perilaku self harm menunjukkan adanya distress emosional yang merupakan salah satu faktor risiko timbulnya perilaku bunuh diri.

Bagaimana kita tahu bahwa orang melakukan self harm?

Perilaku self harm bisa diatasi dan diobati. Namun untuk bisa membantu mereka mengatasi perilakunya dan berobat, kita harus bisa mengenali dan mengidentifikasi pelakunnya. Hal ini sulit dilakukan karena biasanya mereka yang melakukan self harm menyembunyikan perilakunya sehingga sulit dikenali.

Meskipun demikian ada tanda-tanda yang mungkin bisa ditemukan pada mereka yang melakukan self harm, diantaranya adalah

  • sering menunjukkan adanya tanda-tanda luka, lebam, sayatan, atau luka bakar baru
  • adanya perilaku menarik diri dari teman, keluarga, sekolah, atau dari tempat kerja
  • adanya penurunan prestasi di sekolah atau penurunan kinerja dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya
  • adanya perubahan yang jelas dalam mood, pola tidur, atau pola makan
  • menghindari aktivitas-aktivitas rekreasional atau aktivitas yang bisa menunjukkan bekas luka yang dimiliki (misalnya menggunakan baju-baju yang memperlihatkan lengan, berenang, atau bermain di pantai)
  •  selalu menggunakan baju yang tidak sesuai dengan situasi untuk menutupi bekas luka
  • sering beralasan mengenai perilakunya menarik diri atau mengenai luka-luka yang dialami

Bila anda mencurigai atau mengenali atau bahkan mengetahui orang yang melakukan perilaku self harm, maka sebaiknya disarankan untuk segera berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Namun kita harus berhati-hati dalam menyampaikan hal ini kepada pelaku.

Mulailah dengan menanyakan keadaan dan perasaannya saat ini, tunjukkan bahwa anda bersedia dan siap membantu, bahwa anda khawatir dengan keadaannya. Sampaikan hal ini dengan pelan dan tenang, dengarkan semua keluhan mereka tanpa memberikan komentar negatif, dan dorong mereka untuk mencari bantuan profesional.

Referensi:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4244874/

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/self-harm

Irwan Supriyanto
Irwan Supriyanto
Seorang dokter jiwa yang suka menulis, punya sambilan juga jadi dosen di FKKMK UGM, tapi seringkali hanya sekedar menemani pasien ngobrol
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.